I'M STUPID - 14

414 28 0
                                    

Setelah Zena sampai dirumahnya,Revan yang segera mau pulang tak jadi saat mobilnya tak bisa menyala.

"Oh shit,bensinnya habis lagi"umpat Revan kesal.

Zena yang melihat Revan tak kunjung pergi pun menghampiri.

"Kak Revan,ada apa?"

"Ze,disini ada penjual bensin yang deket gak?"

"Oh ada,disebelah sana!"Zena menunjukkan tempat penjual bensin yang tak jauh dari rumahnya.

Revan pun mengangguk mengerti.

"Mau aku temani?"tawar Zena yang ingin membantu Revan,pasalnya penjual bensin itu menjual perbotol,jadi mana mungkin Revan bisa mengangkat semua,sedangkan yang ia tahu dua botol untuk mobil pasti tak cukup untuk mobil Revan,terlebih rumah Revan cukup jauh dari rumah Zena.

Revan mengangguk dan mereka mulai berjalan kearah penjual bensin itu.

Meski dikota,tapi siapa sangka masih ada yang menjual bensin pakai botol?

"Dasar sopir bodoh,masa gak liat bensinnya dulu baru berangkat?"omel Revan sepanjang jalan membuat Zena terkikik pelan.

"Bisa jadi kak Revan kualat,karena suruh pak sopirnya pulang naik ojek"sindir Zena dengan nada geli membuat Revan merasa malu.

"Tapi gak pa-pa deh kan dengan begini,aku bisa dekat sama kamu"ceplos Revan membuat Zena menatapnya heran.

"Eh..nggak maksud aku,ya kan aku bisa ngantar kamu pulang,jadi kamu gak perlu capek jalan pulang"Jelas Revan cepat dan panik,takut Zena akan merasa tak nyaman dengannya.

Zena tertawa"alasan"cibir Zena namun tak membahas hal ini lebih lanjut.

Setelah mereka mengembalikkan botol bensin si penjual,akhirnya mereka memutuskan untuk duduk sebentar di teras rumah Zena.

Ditemani secangkir es teh dan cemilan ringan.

"Mm Ze,aku pulang dulu yah,ini es teh nya enak banget loh,kapan-kapan aku boleh kan mampir lagi minum es teh yang segar ini?"seloroh Revan membuat Zena terkekeh.

"Iya boleh kok,"

"Ok,mm Ya udah kalau gitu aku pamit,bye Ze!"

"Bye kak!"balas Zena ikut berdiri membuat ia dan Revan berdiri berhadapan.

Sebelum Revan melangkah ia dikejutkan dengan suara seseorang yang begitu ia kenal,begitupun dengan Zena yang merasa membeku ditempat.

Arvin.

"Oh ternyata lo disini,pantas aja gue kerumah lo,lo nya gak ada"Ucap Arvin saat ia sudah sampai didepan kedua orang itu.

Dan tentu saja ucapan Arvin bohong,karena ia sama sekali tak pergi ke rumah Revan.

"Kak A..Arvin!"Sapa Zena gugup saat dilihatnya Arvin menatapnya tajam,setelah itu Arvin mengalihkan tatapannya pada Revan yang balas menatapnya datar.

"Hm,lo mau kerumah gue kan?,ya udah ayo,ini gue juga udah mau pulang!"Seru Revan santai tanpa mengindahkan tatapan Arvin padanya.

"Ze,gue pamit yah,hufth..udah dua kali gue pamit sama lo ya,"Revan terkekeh sedangkan Zena hanya tersenyum tipis menanggapi.

Revan pun melangkah ke mobilnya sedangkan Arvin masih diam ditempat,

"Oh jadi alasan lo,nggak hubungin gue karena lo berduaan sama Revan?"Sarkas Arvin pada Zena.

"Hah,itu...itu tadi...aku sama kak Revan..."

"Gak perlu dijelasin,gue juga gak butuh penjelasan lo"ketus Arvin membuat Zena merasa bersalah.

"Kak Arvin!"panggil Zena saat dilihatnya Arvin pergi tanpa mengucapkan apa-apa lagi padanya.

Zena menghela nafas panjang saat Arvin menghiraukan panggilannya sampai motor Arvin sudah menghilang dari pandangannya.

"Maafin aku kak"lirih Zena sedih dan segera masuk kedalam rumahnya untuk mengecek ponselnya.

Dilihatnya panggilan tak terjawab dari Arvin sebanyak tiga kali.

"Aku pasti udah bikin kak Arvin khawatir,"gumam Zena setelahnya ia berpikir apa ia Arvin khawatir padanya?

Tentu saja tidak,tapi kalau itu benar Zena senang itu artinya Arvin peduli padanya bukan?

***

"Ah sial,kenapa juga gue hubungin Si Cupu sampai tiga kali?,pasti ia mikir kalau gue perhatian ke dia,ck"gerutu Arvin kesal pada dirinya sendiri.

Saat ini ia sudah sampai rumahnya,ia tak kerumah Revan seperti yang ia katakan.

Tadi ia mengatakan kebohongan itu karena merasa kesal,entah ia kesal karena apa,ia sendiri tak tahu dan tak mau mencari tahu.

Ia pun mengirimkan pesan pada Revan kalau ia ada urusan mendadak makanya ia tak jadi kerumah Revan.

Sementara Revan yang menerima pesan itu,merasa bingung.

"Urusan?urusan apa?"bingung Revan namun sesaat kemudian ia tersenyum miring saat mengingat tatapan dingin yang Arvin layangkan padanya tadi saat melihat kebersamaanya dengan Zena.

"Arvin...Arvin bilang aja lo mulai kesal kan melihat gue sama Zena?"

"Tapi gue pastiin lo nggak akan bisa nyakitin Zena lebih lama,dengan menjadikannya sebagai pacar pura-pura lo."

***

Keesokan pagi..

Seperti biasa Zena menunggu Arvin yang mengatakan akan menjemputnya.

Sepuluh menit kemudian Arvin pun datang.

Tanpa mengatakan apa-apa,Arvin pun melajukan motornya saat Zena sudah naik dijok belakang.

Dan seperti biasanya Zena hanya berpegangan pada ujung jaket Arvin karena ia takut terjatuh,bagaimanapun Arvin melajukan motornya cukup kencang.

Saat mereka sampai diparkiran sekolah,tiba-tiba sebuah mobil berwarna merah berhenti disamping motor Arvin.

Arvin dan Zena tak peduli,dan melangkah ke kelas namun langkah mereka terhenti saat sebuah suara yang sangat familiar bagi Arvin namun asing bagi Zena,memanggil Arvin keras.

"ARVIN NOZA JOHANSON."

Zena berbalik melihat orang itu,namun berbeda dengan Arvin yang membeku ditempat.

Tbc

__Beri vote__

I AM STUPID!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang