I'M STUPID - 24

388 23 2
                                    

Zena bangun terlambat gara-gara ia begadang bersama Arvin.

Masih baik Arvin mau mengantarnya pulang,hingga ia tak merasa takut pulang sendirian.

Namun saat sampai rumahnya,perkataan Arvin terus-terusan mengganggu pikirannya.

Emosi yang sedari tadi ia tahan akhirnya ia tumpahkan begitu ia sampai dalam kamarnya.

Sepanjang malam ia menangis,menangisi kebodohannya yang begitu mencintai Arvin terlalu dalam.

Jam tiga pagi,baru ia bisa tidur dan akhirnya ia bangun terlambat.

Buru-buru ia bergegas ke kamar mandi untuk mandi dan segera berpakaian.

Setelah itu ia keluar rumah berjalan menuju halte untuk mencari ojek,karena ia yakin Arvin pasti sudah berangkat duluan.

"Aduh ojek mana lagi?mana udah jam masuk lagi?"ocehnya sendiri.

"Huhftt mana mata bengkak gini juga kayak panda"

Akibat menangis semalaman akhirnya ia terbangun dengan mata bengkak,dan ia harap semoga kacamatanya bisa menyamarkan matanya itu.

Ting!

Sebuah suara klakson membuatnya mendongak untuk melihat siapa pemilik mobil itu.

"Ze,ayo masuk ntar terlambat lagi"

"Kak Revan?"

"Iya ini gue,ayo masuk!"

Dengan cepat Zena memasuki mobil Revan,bahkan tanpa ia sadari ia memasuki bangku penumpang bagian depan membuat Revan tersenyum lebar.

"Kenapa kak Revan tersenyum begitu?apa karena mata aku yah?"Tanya Zena malu.

"Nggak,gue cuma senang aja lo mau duduk di samping gue"

Zena pun tersadar kalau ia duduk disamping Revan,padahal sebelumnya ia memilih duduk di belakang.

Baru saja ia mau pindah tapi Revan segera menjalankan mobilnya membuat Zena mendengus.

"Udahlah Ze,lagian gue juga nggak bakal gigit lo kok,kalau duduk disamping gue"Canda Revan membuat Zena meringis malu.

"Kak Revan terlambat juga?"Tanya Zena setelah beberapa saat terhadi keheningan.

"Hmm,gara-gara Dior semalam nantangin gue main PS,jadinya gue bangun terlambat"

Zena tertawa mendengarnya..

"Oh iya,kok lo juga bisa terlambat sih,padahal kan lo selalu bangun pagi?"Tanya Revan balik.

"Semalam gue juga begadang"Ringis Zena pelan.

"Begadang?dirumahnya Arvin?"

"Hah?bu..bukan semalam gue baca novel baru,makanya bangun kesiangan"alibi Zena,sungguh ia tak mau menceritakan yang sebenarnya pada Revan.

"Terus kok mata lo bengkak gitu?lo abis nangis?"Tanya Revan lagi membuat Zena makin gugup.

"Huh,no..novelnya tadi malam kebetulan sad ending makanya gue nangis hehe"

Zena meminta maaf yang sebesar-besarnya pada Revan dalam hati karena telah berbohong.

Dan kali ini ia merasa Revan lebih santai jadi makanya ia ikut terbawa suasana menggunakan kata gue-elo.

***

Saat sampai disekolah,Revan membukakan pintu untuk Zena yang tertawa karena gaya Revan saat membuka pintu mirip seperti sang pangeran yang begitu membuka pintu,pangeran langsung mengulurkan tangan pada sang putri yang disambut baik oleh Zena.

Sepanjang perjalanan menuju kelas,mereka berjalan diiringi berbagai macam sindiran dan hinaan,lebih tepatnya hanya Zena.

"Ehh..itu bukannya si Cupu yah?"

"Iya itu kan si Cupu?tapi kok jalan sama kak Revan yah?"

"Hebat juga si Cupu,bisa dapat cowok ganteng dan populer dua sekaligus!"

"Itu mah bukan hebat,tapi kegatelan.Masa ia pacaran dengan kak Arvin tapi sekarang jalannya sama sahabat kak Arvin sendiri"

"Wah peletnya si Cupu manjur banget yah"

Revan yang berjalan disisi Zena tiba-tiba menghentikan langkahnya begitu emosi yang sedari tadi ia tahan akhirnya tak mampu ia dibendung lagi.

Ditatapnya siswa siswi yang membicarakan atau menghina Zena seperti tadi.

Sedangkan Zena hanya mampu tertunduk diam karena tak berani melawan.

Memangnya siapa dirinya yang berani melawan?dan lagi ia tak mau membuat keributan dengan meladeni ucapan mereka semua.

Meski hatinya sakit dan panas mendengar ucapan mereka,tapi sekali lagi ia tak berani membantah,toh semakin ia membantah pasti semuanya semakin memandang rendah dirinya.

"Bisa diam gak lo semua?"bentak Revan menatap tajam pada kumpulan siswa siswi yang langsung terdiam tak berani bersuara.

"Lo kalau mau bicara,fikir dong,dan apa itu tadi?pelet?lo semua hidup dizaman berapa sih?masih aja percaya hal seperti itu,"

"Dan satu lagi,sekali lagi gue dengar lo semua menghina Zena seperti tadi,awas lo semua!"ancam Revan tegas setelahnya menarik tangan Zena yang terkesiap.

Zena merasa de ja vu,dulu saat dirinya pertama kali jalan dengan Arvin,berbagai macam hinaan seperti ini juga ia dapatkan tapi bedanya saat itu Arvin hanya diam sedangkan saat bersama dengan Revan,Zena akui merasa terharu karena tindakan Revan yang membelanya.

Zena mendesah panjang,seandainya Arvin bersikap seperti itu,ia yakin dirinyalah yang menjadi gadis yang paling bahagia.

Siapa yang tidak bahagia saat dirimu dibela oleh pacarmu sendiri,orang yang kamu cintai.

Buru-buru Zena menepis pikirannya itu,toh ini sudah bagian dari takdirnya,mencintai tanpa dicintai.

***

Zena berhenti melangkah saat Revan berhenti tiba-tiba,hampir saja ia menabrak punggung Revan kalau ia tak segera sadar dari lamunannya.

"Kak Revan ada ap....."

Zena menghentikan ucapannya saat pandangannya tertuju pada dua sosok yang berdiri tak jauh dari hadapannya.

"Kak Arvin,kak Claudia"gumam Zena pelan.

Tanpa kata Revan segera menarik tangan Zena,menggenggamnya erat saat mereka hampir sampai di dekat Arvin dan Claudia yang sepertinya tengah membicarakan sesuatu yang serius.

"Kalau mau pacaran,jangan di jalan"sindir Revan keras membuat Arvin dan Claudia menyadari kehadirannya dan Zena.

Arvin mengalihkan pandangnya pada Revan dan Zena,ahh lebih tepatnya kearah tangan Revan yang menggenggam erat tangan Zena yang mengalihkan tatapannya saat tanpa sengaja tatapan mereka bertubrukan.

Hal itu membuat Arvin mendengus tak suka,tatapan Arvin menajam saat dilihatnya Revan tengah tersenyum miring kearahnya.



Tbc

__Beri Vote__

Hufthh ceritanya menarik atau membosankan sih??kok gak ada yang mau koment gitu😅

I AM STUPID!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang