"satu, dua, tiga!"
cekrek
"terima kasih!"
acara bakti sosial yang berlangsung selama dua jam itu akhirnya berakhir dengan foto bersama pada pukul setengah enam sore. beberapa orang harus melaksanakan sholat maghrib, makanya acara diselesaikan tepat saat suara adzan dari masjid dekat panti asuhan berkumandang.
selain umat muslim dan yang berhalangan untuk menunaikan ibadah, yang lain pun mulai membereskan tempat acara.
"kak Kyra!" panggil seorang anak kecil sambil menarik kaos yang Kyra kenakan.
Kyra menoleh pelan dan tersenyum, kemudian dengan segera menyelesaikan cucian piring di hadapannya. setelah selesai, ia pun mengelap tangan dan bersimpuh di depan gadis cilik yang masih setia berdiri di sampingnya.
"kamu yang namanya Nela ya?"
"iya kak. mau ga nemenin Nela cari kakak ganteng?"
"kakak ganteng?"
"iya. yang tadi kak Kyra ajak ngomong di bawah pohon itu. biasanya kakak ganteng naik sampe atas rumah pohon. tapi tadi enggak,"
"emang kakak ganteng masih ada? ga pergi sholat?"
"kakak ganteng mah ke gereja perginya, kayak kak Kyra sama Nela,"
"ya udah! ayo kita cari kakak ganteng!" ucap Kyra mengiyakan keinginan gadis di hadapannya.
walaupun Kyra sesungguhnya tidak yakin apakah kakak ganteng yang dimaksud oleh Nela masih berada di bawah pohon tadi, mengingat langit sudah menggelap.
dan seperti tebakan Kyra, tak ada siapapun di bawah pohon tersebut.
"yah! ga ada kak!"
"mungkin di dalem. mau cari lagi?"
"iya boleh!"
di dalam, Kyra dan Nela tidak sengaja berpapasan dengan ibu Dira.
"bu Dira, kakak ganteng mana?" tanya Nela sembari memeluk kaki ibu pengurus panti itu.
"eh Nela! maksudnya kak Ravi?" tanya ibu Dira yang dibalas anggukan cepat oleh Nela.
"kak Ravi udah pulang tadi sayang. katanya salam buat Nela," ucap ibu Dira yang membuat Nela memajukan bibirnya.
gadis kecil itu langsung berlari menuju kamarnya. pastinya merajuk karena kakak gantengnya pulang tanpa pamit.
"maaf ya mbak Kyra! Nela emang gitu kalau kakak gantengnya udah kesini, harus bareng terus. cuma karena ada acara ini, tadi Nela ga sempet main sama Ravi. pamit duluan deh, katanya mau latihan band gitu,"
kata band pun membuat Kyra memiringkan kepalanya. bukan Ravindra yang dimaksud toh?
terlalu penasaran, Kyra pun memberanikan diri bertanya.
"maksud bu Dira Ravindra ya?"
"iya. kamu fansnya dia ya? ibu perhatiin dia banyak banget punya fans cewek,"
"yah lumayan deket sih bu. pernah ngerjain proyek bareng gitu," ucap Kyra asal, walaupun itu bukan pula sebuah kebohongan.
"oh! pantesan aja tadi kamu ngomong sama dia pas di bawah pohon. ibu merhatiin loh dari dalem,"
dalam hati Kyra terperanjat. pasalnya, ia tidak menyadari bahwa pria yang menutup kepalanya dengan hoodie abu-abu itu adalah Ravindra.
berarti, secara langsung gadis itu sudah mengatai pria itu dong?
mati aja lah!
"Ravindra itu ya, ibu tuh sebenernya sedih gitu kalau lihat dia. kehidupan dia yang berat itu bikin dia memendam banyak hal. rasa sedih, marah, kesepian, semua dia pendam sendiri. di depan banyak orang dia lebih banyak diam. cuma pas di panggung aja ibu bisa lihat senyum tulus dia," cerita ibu Dira yang berhasil mengalihkan atensi Kyra.
KAMU SEDANG MEMBACA
perplexité | renryu ✔
General FictionKyra pikir dengan menjadi anak orang kaya, semua keinginannya dapat terpenuhi. Seperti ambisinya untuk memiliki seorang Ravindra, ia rela membeli peralatan canggih mulai dari kamera hingga alat penyadap, bertingkah bak 'sasaeng' vokalis band indie b...