xii - another

835 85 10
                                    

jika dahulu Ravindra memiliki pikiran untuk mengambil beasiswa sebagai pintu kabur dari kehidupan yang ia anggap tidak menyenangkan, maka kini pria itu belajar keras agar bisa segera kembali.

ia merasa sedih saja karena belum banyak momentum yang ia bangun dengan ayahnya sebelum berangkat ke Jerman. dan walaupun baru lima bulan menetap di sana, rasanya ia ingin sekali terbang dan memeluk kedua orang tuanya. sayangnya ia tidak membuat keduanya khawatir dengan merengek ingin pulang. makanya pria itu putuskan untuk diam dan mengalihkan rasa itu dengan gigih dalam belajar.

tok, tok, tok

ketukan pada pintu kamarnya membuat Ravindra yamg tengah melamun di depan laptop tersadar dan dengan cepat membuka pintu.

"hello my bro!" sama Januar dan langsung saja merangsak masuk ke dalam kamar Ravindra.

"lo tuh ya, be......,"

Ravindra hendak protes, namun Januar memotongnya terlebih dahulu.

"marah aja hidup lo. kurang baik apa sih gue ngunjungi lo? nih, gue bawain pizza juga, sukaan lo," ucap Januar.

Ravindra mendengus pelan. ia pun menutup pintu dan berjalan menuju Januar yang sudah duduk di karpet kamarnya. pizza dan satu liter botol soda sudah tertata rapi di atas meja pendek yang sengaja Ravindra letakkan di atas karpet.

membungkam serta menyogok Ravindra itu sangatlah mudah sejujurnya, kasih saja pizza. apapun toppingnya, si penggemar roti pipih itu pasti akan memakannya.

"kalau pizza aja lo diem," sungut Januar.

"ini sukaan gue, makanya gue diem. abis makan, gue usir lo dari sini," ucap Ravindra sinis.

"ih lo mah gitu! are you still mad with my invitation to that bar?" tanya Januar yang membuat Ravindra berhenti menguyah.

"i am not mad! gue cuma belum bisa aja dateng kesana," ucap Ravindra.

"kenapa? are you afraid if you suddenly meet him there?" tanya Januar tepat sasaran.

lima bulan berada di Jerman, tentu banyak hal yang Ravindra lalui. bukan hanya soal belajar giat, latihan dengan benar, atau menciptakan lagu sebagai tugas akhir. tapi pria itu juga harus menghadapi pertemuan dengan ayah kandungnya.

kata mamanya, ayah kandung Ravindra tidak pure Jerman saja. ada sedikit darah China, yang membuat Renjun memiliki wajah sedikit oriental.

semenjak mama menunjukkan fotonya, Ravindra mulai mencari informasi tentang pria itu. Ravindra sadar bahwa tidak mungkin mamanya akan memilih tinggal dengan ayah kandungnya, mengingat mamanya punya suami dan juga ada Elang yang merupakan buah hati mamanya dengan ayah tirinya. tetapi Ravindra hanya penasaran bagaimana pria itu menjalani hidupnya selama ini.

namun ketika banyak informasi ia dapatkan, Ravindra justru ragu untuk mendatangi pria itu. lebih ke perasaan takut bahwa ayah kandungnya tidak tahu tentang keberadaannya di dunia.

"ya kalau ketemu mah ya berarti udah takdirnya gitu. orang ayah lo hidup, sehat walafiat. ga bakal juga nyariin mama lo, kan lo sendiri cerita kalau ayah lo udah nikah. udah punya anak juga kan," tambah Januar.

"iya sih,"

"ya udah, terus napa bingung sih lo? sok datengin, penasaran juga kan lo. perlu gue temenin ga?" tawar Januar.

"ga usah, gue bisa sendiri,"

di sinilah Ravindra, di depan sebuah bar dengan gaya bangunan klasik, di tengah dinginnya malam.

ia masih saja bimbang, antara ingin masuk atau tidak ke dalam sana. masih tidak bisa menerka apa yang akan terjadi ketika ia masuk ke dalam.

memberanikan diri, Ravindra masuk dan menunjukkan passport pada penjaga di pintu masuk. menunjukkan bahwa dirinya sudah legal untuk masuk ke dalam sana.

perplexité | renryu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang