xiv - desperation and happiness at the end

996 72 35
                                    

"jadi sebaiknya kita coba ubah filter pengeditan untuk film kali ini. seperti yang kalian tahu, kalau kita ingin menonjolkan sedikit sisi gelap dunia model yang udah gue susun di naskah," ucap Kyra saat rapat perkembangan film baru yang tengah ia garap.

kali ini, wanita berusia dua puluh empat tahun itu hendak membuat film dengan mengangkat sisi gelap dunia modelling yang sama gemerlapnya dengan dunia entertainment bidang lainnya. dibantu Sarah, kekasih Ersya sekaligus teman Zura di kampus, dan juga Yana yang merupakan istri Zura, Kyra berhasil menyelesaikan naskah dan bahkan sesi pengambilan adegan juga sudah diselesaikan. kini, Kyra dan tim tengah membahas harus diedit seperti apakah adegan-adegan itu, mulai dari filter video hingga ketepatan urutan video agar pesan yang ingin disampaikan kepada penonton dapat mudah dipahami.

"terus, kita perlu nih nam....,"

ucapan Kyra terpotong saat handphone-nya bergetar, memunculkan nama Ravindra pada layar benda pipih tersebut. Kyra terdiam sebentar sambil menatap handphone-nya.

"mbak Kyr, kita berhentiin dulu aja ya rapat kali ini. anak-anak udah pada lapar nih," sela salah satu anggota team.

lama tak dijawab, panggilan dari Ravindra pun berhenti.

"ya udah, sampai sini aja rapat kita. selanjutnya kita bahas lagi aja besok. dan besok ga perlu rapat di kantor. kita skype aja ya, soalnya gue ada urusan," ucap Kyra.

wanita itu lalu keluar dari ruangan setelah merapikan seluruh barangnya yang sempat berceceran di atas meja rapat. sembari menuju mobil, Kyra pun menelepon Ravindra.

"halo? sayang? tadi rapat ya? maaf ya aku telepon," ujar Ravindra dari seberang.

"hmm iya. kenapa tadi nelepon?" tanya Kyra pelan, terdengar tidak senang.

"kamu marah ya? ya udah deh, maafin aku ya. aku ga tau kalau kamu masih rapat. tadi tuh niatnya mau ngajakin kamu makan ke rumah, kamu ditanyain sama ayah sama mama soalnya. terus ditanyain, kok tiga bulan ini kamu sama aku ga ada dateng ke rumah," cerita Ravindra yang membuat Kyra menghela napas pelan.

sangat pelan agar Ravindra tidak mendengar helaaan napas kesal itu.

"hmm, jangan hari ini bisa? aku masih banyak kerjaan nih," ucap Kyra setelah cukup lama terdiam.

dan bisa Kyra dengar helaan napas dari seberang. siapa lagi kalau bukan Ravindra pelakunya.

"ya udah, hari sabtu besok aja ya. kamu kosong kan? aku ga nerima penolakan. lagian syuting film kamu udah selesai, jadi kamu harus mau," ucap Ravindra tegas, berbeda dengan cara bicara biasanya.

Kyra mengatakan iya, dan setelah sambungan telepon pun terputus saat Kyra sudah berada di balik kemudi dengan mobil yang baru saja menyala satu menit yang lalu. gadis itu meletakkan handphone-nya di kursi samping tempatnya duduk, lalu meremas setir dengan kedua tangannya dan menempelkan dahi-nya juga di sana.

sekelebat memori pun perlahan menghampiri pikiran Kyra.








"you may kiss your bride,"

tepukan tangan meriah dan suitan heboh pun tak terbendung saat Ravindra mencium bibir Kyra dihadapan Tuhan, pendeta, dan tamu undangan yang menyaksikan pemberkatan suci mereka siang itu di salah satu hotel bintang lima di Jakarta.

keduanya resmi menjadi sepasang suami dan istri setelah satu tahun berpacaran.

"pipi kamu kok merah gitu sih? malu ya?" goda Ravindra saat menemukan Kyra dengan pipi yang memerah setelah ciuman singkat di antara keduanya berakhir.

"ih apaan sih! enggak lah, orang biasanya juga lebih dari itu," sangkal Kyra, padahal bahasa tubuhnya tak bisa dibohongi.

Ravindra pun dibuat gemas oleh wanita yang kini sah menjadi istrinya.

perplexité | renryu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang