♡Part 7♡

62 31 3
                                    

V+C Jangan lupa ya.

Ok, let's go
.
.
.
.
.
.
.
.

Juna sebenarnya tidak punya rasa gengsi, hanya saja saat ini Juna sedikit gengsi jika meminta Joya untuk hadir diacara syukuran dirumahnya. Ah, mungkin lebih ke malas untuk bertemu dengan gadis itu. Taukan bagaimana Joya jika berhadapan dengan Juna? Apalagi Joya yang masih marah padanya.

Pengennya bilang ke orangtua Joya, tapi mereka sedang berada di Yogyakarta untuk menjenguk adiknya mama Joya. Mana papanya memaksa untuk mengundan Joya, jadi mau tidak mau ia harus pergi kesana.

"Coba saja dulu," ucap Juna yang sedang berdiri didepan pintu apartementnya Joya.

"Assalamualaikum," salam Juna sambil mengetuk pintu. Tangan kanannya ia gunakan untuk menekan bel apartementnya Joya. "Joya," panggilnya lagi.

Juna melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 5 sore. Biasanya Joya dirumah kalau jam segini.

"Eh, nak Juna."

Juna langsung menengok kebelakang dan menemukan Ibu Arum, tetangganya Joya, yang menyapanya. Juna tersenyum tipis melihat mantan guru SD-nya ini.

"Iya, Bu," balas Juna sopan.

"Cari Joya, ya?" Tanya Ibu Arum tersenyum ramah. Juna hanya mengangguk mengiyakan.

"Tadi ibu lihat Joya sedang naik sepeda didepan."

Tidak biasa Joya naik sepeda sendiri setelah menabrak pot jalan 2 tahun lalu. Juna bahkan ingat anak itu bersumpah dengan tangis yang kencang jika ia tidak akan naik sepeda lagi.

"Terimakasih, Bu Arum. Juna pergi menyusul Joya dulu. Permisi."

○○○○

Joya mengerem sepedanya setelah berhasil mengayuh sejauh 5 meter. Ia mengusap keringat didahi dengan lengannya. Lelah juga setelah 15 menit mencoba untuk kembali menaiki sepeda yang dianggurin selama dua tahun ini. Perlu waktu lama untuk meyakinkam dirinya agar bisa kembali naik sepeda.

"Setidaknya aku sudah tidak takut lagi."

Joya tak akan lupa saat 2 tahun lalu ia menaikki sepedanya dan malah menabrak pot bunga di pinggir jalan. Bodohnya, ia menabrak pot bunga itu karena berlomba dengan Juna untuk sampai di apartement mereka. Ah, lebih tepatnya hanya Joya yang menganggap itu perlombaan karena Juna bahkan tidak tau. Yang Juna tau, saat itu tiba-tiba Joya menyalip sepedanya dan berteriak kalau dia menang. Dan akhirnya Joya tidak sengaja menabrak pot bunga dipinggir jalan.

Kini Joya kembali akan mengayuh sepedanya menuju warung untuk membeli minuman. Tapi, kemunculan Juna membuat Joya mengurungkan niatnya sesaat.

"Kenapa dia disini?" Batin Joya bingung melihat Juna.

"Aku ingin bicara."

Joya menautkan alisnya bingung. Kenapa harus bilang dulu kalau ingin bicara. Biasanya juga Juna langsung to the point tanpa embel-embel dulu.

"Bicara saja," ucap Joya. Mungkin hal yang penting sehingga Juna harus basa-basi dulu. Untungnya juga ia sedang dalam mood yang baik, jadi tak merasa terganggu.

"Ayahku," jeda Juna. Ia bingung memeilih kata yang tepat untuk memberitahu Joya.

"Om Adit? Kenap dengan Om Adit?"

JOY & JUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang