♡Part 8♡

44 24 9
                                    

REMEMBER !!

Vote itu gratis.

Comment juga gak perlu biaya.

Okeh, itu ajah.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Joya berjalan tidak semangat menuju kelasnya. Hari ini badannya terasa tidak enak, sedikit pusing, dan hidungnya tersumbat. Mungkin karena semalam ia masuk angin dan mengakibatkan ia mulai merasa sakit.

"Joy, kenapa? Kurang sehat?" Tanya Ocha setelah melihat sahabatnya itu duduk dibangkunya dengan lesu. Ocha yang baru selesai membayar denda terlambat 2 hari lalu pada Juna, kini mendekat kearah Joya yang sudah meletakkan kepalanya diatas meja.

"Aduh, kenapa Joya bisa sakit? Makanya ayah bilang apa, jangan sering ngutang. Kau tidak mendengarnya 'kan? Makanya kena azab," tambah Zilan yang kini bergambung dengan kedua sahabatnya. Joya yang belum 100% persen sakit langsung menampar mulut kurang ajar Zilan.

"Language tolong dijaga. Aib-ku kenapa diumbar-umbar?"

Zilan yang habis berteriak kesakitan malah manyun mendengar omelan Joya. Eh, tapi semua orang tau kalau Joya suka ngutang, apalagi sama Juna. Jadi itu bukan aib.

"Virus yang masuk kedalam tubuh Joya jelmaan hulk, ya? Kenapa sakit sekali saat dia menampar mulutku?"

Ocha hanya tertawa sambil memegang perutnya. Zilan memang pantas dapat hantaman dari Joya.

"Untungnya bukan virus corona yang---"

"Hust!! Jangan bicara sembarangan Zilan. Perkataan itu adalah doa, jadi tolong dijaga."

Makin lebar ketawanya Ocha melihat Zilan di skak mat oleh Juna. Ya maklumlah, humor seorang Ocha hanya sampai di Zilan menderita.

"Kan, dimarahin ketua kelas. Rasain," ejek Joya dan memeletkan lidahnya kearah Zilan yang tambah manyun kemudian menatap Juna dengan senyum lebar.

"Kalau masih sakit izin saja. Nanti aku sampaikan sama Bu Citra," ucap Juna mendekat. Dia merasa bersalah pada Joya. Mungkin anak itu sakit karena dirinya semalam.

Joya hanya menggeleng pelan sebelum kembali meletakkan kepalanya diatas meja. Batas bolosnya dipelajaran Bahasa Inggris kali ini sudah habis, jadi ia tak mau mendapat masalah jika bolos lagi.

"Benar yang dikatakan Juna. Nanti kau tambah sakit," ucap Zilan sembari memeriksa suhu tubuh Joya dengan tangannya. "Badanmu juga hangat, Joy."

"Baiklah, aku juga mulai pusing." Daripada memaksa, akhirnya Joya setuju jika dirinya izin dan beristirahat di UKS.

"Ayo aku antar." Zilan sudah memegang tangan Joya dan membantunya berdiri. Sebenarnya Joya bisa sendiri, cuman Zilannya saja yang berlebihan.

Setelah Zilan, Joya, dan Ocha keluar kelas, Juna yang memperhatikan mereka sedari tadi hanya menghembuskan nafas beratnya. "Huhh!!"

"Kenapa? Kok, kelihatan kesal?"

Juna terkejut saat tiba-tiba muncul suara dari sebelah kanannya. Ia cepat menengok dan menemukan gadis berkacamata yang dilihatnya di kantin kemarin sedang menatapnya aneh.

"Kenapa kau disini? Bukankah kelasmu disana?" Tunjuk Juna entah kemana. Gadis itu, Lia, hanya tersenyum kalem sambil menggelengkan kepalanya.

"Aku bukan peramal."

Juna menautkan alisnya bingung. Memangnya dia pernah menyebut seperti itu tadi? Gadis aneh.

"Jangan terlalu keras pada hatimu," ucap Lia sembari membenarkan letak kacamatanya yang melorot akibat hidung yang kurang mancung untung menopang kacamata itu. "Aku pergi dulu, Juna."

JOY & JUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang