Assalamualaikum
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Tidaaakk...," pekik Joy langsung berdiri dari tempat duduknya. Seisi kelas dibuat terkejut dengan pekikan Joy hingga mereka mengelus dadanya. Pagi-pagi sudah disuguhi dengan teriakkan ala Joy, siapa yang tidak kaget?
Joy menatap memelas kearah Pak sultan. Ia tidak bisa menerima saat wali kelasnya itu membuat ia satu kelompok bersama Jun untuk tugas akhir mata pelajaran PKN.
"Aku tidak mau satu kelompok dengan Jun, Pak. Terserah bapak asal aku tidak dengan Jun." Jun hanya memutar bola matanya malas. Dia juga tidak ingin satu kelompok dengan orang cerewet seperti Joy, nanti ia akan stres jika terus bersama Joy. Lagipula Jun tidak suka harus bekerja kelompok karena ia tidak mau repot jika harus berkelompok.
"Nilai kau itu dibawah 60, jadi bapak membuatmu 1 kelompok dengan Jun agar nilai yang tak seberapa itu setidaknya naik. Ck, kau ini banyak protes."
Pak Sultan hanya mampu geleng-geleng kepala. Bukannya senang karena bisa satu kelompok dengan peringkat 1, ia malah protes.
"Pak, aku satu kelompok dengan Ocha saja, ya ya ya?" Bujuk Joy masih berusaha. Tidak, bahkan sampai perang dunia ke-3 ia tak akan mau satu kelompok dengan Jun. Alasannya sih simple, Jun kalau sudah serius belajar akan berbahaya, jadi sangat bertolak belakang denganku. Bisa jadi nanti Jun akan benar-benar meracuniku dengan Sianida yang dicampur Logaritma.
"Nilaiku bahkan lebih rendah darimu Joy, kau gila ya?" Ocha menepuk jidatnya pelan. Dan juga sebenarnya ia sudah satu kelompok dengan Dayat, pria yang menjadi incaran Ocha 3 bulan lalu.
"Aku tak ingin Joy menggagalkan acara pendekatanku," Batin Ocha.
"Kau taukan Jun itu bagaimana jika belajar kelompok? Iki saja yang satu geng dengan preman sekolah tidak ingin lagi sekelompok dengan Jun apalagi aku?" bisiknya pada Ocha yang duduk disampingnya. Joy tidak bisa membayangkan bagaimana nasibnya nanti.
"Aku satu kelompok dengan Zilan saja, ya pak?" Joy masih berusaha membujuk wali kelas yang killer itu.
"Nanti hanya aku yang akan bekerja, kau kan tak mau repot jika tugas kelompok." Joy ingin menambal mulut Zilan yang seperti ban bocor itu. Rahasianya jadi terbongkar karena makhluk aneh ini.
"Ekhmm, jadi kau tidak mau Joya Alfrida?"
"Aku tetap tidak mau."
•••••••
Joy menatap kosong kearah pintu apartemennya. Ia terlihat seperti tak bertenaga dan juga tak punya selera untuk hidup saat ini.
Duk
Joy menempelkan kepalanya kepintu hingga menimbulkan suara yang keras.
Tok tok tok
Makin melorot semangat Joy saat mendengar ketukan pintu. Ia sudah tau siapa yang mengetuk karena ia telah mendapat telfon dan SMS sebanyak 20 kali.
"Kisahku berakhir dengan sekelompok dengan Jun, TAMAT."
Ceklek
Jun menatap kesal Joy. Sangat kesal hingga Jun ingin mencekik Joy sekarang juga. 30 menit Jun menunggu didepan dan Joy dengan seenaknya hanya bersantai didalam. Dia bukan tipe yang suka menunggu bahkan 5 menit saja.
"Jika kau benar-benar tidak berniat untuk pergi, silahkan saja. Aku bisa menelfon Pak Sultan dan memangkas nilaimu sampai keakarnya," ucap Jun sinis. Jika bukan karena Bibi Weni (ibunya Joy) ia tidak akan datang kemari apalagi menunggu anak manja ini.
"Yaakk!! Seenaknya kau mau memangkas nilaiku, memangnya kau siapa?"
Joy juga tak ingin kalah. Ia akan terus membuat Jun kesal sebagai aksi balas dendamnya. Ia berencana akan membuat Jun kesal setengah mati jika bersamanya.
Ya, Joy adalah satu-satunya yang bisa membuat Jun naik darah.
"Aku tidak tahan dengan bacotanmu, sekarang ambil ini," ujar Jun sambil melempar sebuah helm kearah Joy. "Kita pergi naik motor, dan jangan banyak protes sebelum kau kulaporkan pada Bibi Weni."
Skak mat.
Beda lagi jika Joy harus berhadapan dengan ibunya. Pak Sultan bahkan tak ada apa-apanya dengan ibunya itu.
Joy hanya bisa menggerutu dalam hatinya dan mengikuti Jun untuk turun kebawah.
"Semoga, kau jerawatan Juna."
●●●●●
J
oy tanpa henti mengagumi indahnya pemandangan yang berada tepat dihadapannya ini. Setelah melakukan perjalan sekitar 20 menit, akhirnya ia dan Jun sampai di Panti Asuhan Kasih Bersama.
"Aku tak tau jika dikota ini memiliki tempat yang indah seperti ini, woow." Joy tersenyum melihat danau yang indah dan bersih dihadapannya kini. Tempat ini juga banyak ditumbuhi tumbuh-tumbuhan mulai dari pohon, tanaman bunga, dan sayur-sayuran.
"Makanya kau harus berpergian ketempat lain selain mall dan kamar." Joy menatap jengkel Jun yang menyindir dirinya tanpa melirik. "Jangan merusak suasana indah ini dengan kalimat kotormu itu."
"Kalian sudah datang?"
Dua manusia itu berbalik dan mendapati seorang wanita paruh baya dan tiga orang anak kecil berusia 6 tahun. Jun tersenyum tipis dan berkata, "iya, kami baru saja sampai. Maafkan kami karena tidak langsung menemui bibi didalam."
Wanita itu membalas senyum Jun.
"Cantik," pikir Joy yang melihat wanita yang sudah berusia 49 tahun itu tapi masih sangat terlihat aura kecantikkannya.
"Tak apa, nak Jun. Bibi tau temanmu sangat menyukai tempat ini, kan?"
"Iya, aku sangat suka tempat ini. Disini sangat sejuk dan juga pemandangannya sangat indah," ucap Joy bersemangat. Wanita tua itu hanya terkekeh pelan melihat respon Joy. "Dia sangat lucu," batinnya.
"Kakak, tapi danau ini sangat menakutkan." Anak perempuan berbaju pink itu menatap Joy.
"Disini banyak hantunya loh." Oh tidak, Joy sedikit parno jika berhubungan denga hal-hal seperti ini. Ia tipe yang cukup penakut meski kelihatan tidak.
"Sudah-sudah, maafkan Naomi, dia memang sering becanda," ucap wanita itu sambil meminta maaf pada Joy dan Jun. "Ayo masuk, disini dingin."
Mereka pun pergi dan meninggalkan Joy serta Jun yang masih terdiam. Mungkin hanya Joy yang terdiam karena masih memikirkan perkataan Naomi tadi, sedangkan Jun hanya menunggu Joy untuk berjalan.
"Kau tak berniat berjalan?" Jun memasukkan tangannya ke saku jaketnya menunggu gadis ini untuk berjalan.
"HUAAAA, DISINI ADA SETAAAANN."
Dan yah, Joy berakhir dengan berlari ketakutan menuju rumah panti dan meninggalkan Jun yang geleng-geleng kepala melihat tingkah aneh tetangganya itu.
Bersambung
●●●●●
Akhirnya bisa lanjutin ceritanya.
Tiba-tiba lagi malas nulis.Hmm~

(My heart, oh no)
❤❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
JOY & JUN
Novela Juvenil"Jun itu tetangga yang menyebalkan, ketua kelas pelit, partner berantem, sekaligus teman masa kecil yang pintar." ~Joya "Joy itu kalau marah menyebalkan, kalau diam menakutkan. Maaf, Joy, tidak ada pujian untukmu." ~Juna Ini kisahnya Joya dan Juna...