FYI, covernya author ganti lagi untuk yang kesekian kalinya..😅😅
Oke, just it.
.
.
.
.
.
.
.
♡Happy reading♡Vote and comment
.
.
.
.
.
.
.
.Joya itu tipe orang yang tidak terlalu suka tempat ramai yang sunyi. What? Maksudnya gimana? Contahnya itu seperti perpustakaan. Iya, orangnya memang banyak, tapi semuanya pada diam-diam bae jadi 'kan terasa sunyi. Berasa gaib semua kalau di perpustakaan, katanya Joya sih begitu.
Anehnya, Joya sekarang berada dalam tempat yang tidak ia sukai tidak juga ia benci, perpustakaan sekolah. Dia bukan mau merubah ketidaksukaannya, hanya saja kali ini ada hal yang mendesak dan memaksa Joya agar datang ke perpustakaan.
Setelah melewati rintangan didepan pintu perpustakaan disebabkan karena ia lupa membawa kartu perpusnya, kini Joya sudah berada didalam setelah bernego dengan Abdul, sekretaris osis, yang juga adik kelasnya itu. Entah apa yang dilakukan Joya hingga ia bisa masuk kedalam perpus untuk meminjam buku paket Bahasa Indonesia.
Niat awalnya cuman ingin memfoto lembar buku paket tersebut karena saat ia sakit, Joya ketinggalan materi. Kenapa tidak pinjam buku yang lain? Ya karena buku mereka saat itu langsung dikumpul. Punya Zilan ada, tapi Joya menyerah karena tidak bisa membaca tulisan temannya itu. Tapi sekarang, Joya sudah ditarik menuju rak buku yang berada dipojok oleh seseorang.
Gadis itu meringis karena lengannya ditarik dengan kuat dan juga kasar. Ia ingin memaki orang tersebut yang karena membuat lengannya terasa sakit. Namun, makian itu hanya tertahan ditenggorokkannya saat melihat Dila yang kini menatapnya tajam.
"Bukankah aku sudah memperingatimu semalam untuk tidak menyebarkannya?" Kata Dela denga suara pelan dan penuh penekanan. Ia yakin jika Joya yang telah menyebarkan bahwa dirinya yang mencuri uang teman sekelasnya, karena sebentar wali kelasnya itu ingin berbicara padanya. Padahal ia hampir tidak punya masalah dengan guru itu.
"Tunggu dulu...," jeda Joya sembari melepaskan lengannya dari genggaman Dila dengan sekali tarikkan. "Aku tidak mengerti. Aku tidak pernah memberitahu siapapun. Niat saja tidak punya."
Dila menggeram. Joya masih bisa berbohong saat ia tahu kebenarannya.
"Siapa lagi? Hanya kau yang tahu hal itu. Dan itu pasti dirimu yang menyebarkannya. Jangan berbohong, Joy." Dila yakin itu Joya. Jadi ia berusaha untuk membuat Joya mengaku.
"Bukan aku," balas Joya. Ia tidak suka dengan tuduhan tanpa bukti seperti ini. Mana ngotot lagi. Ya, karena memang bukan dirinya. Ia bahkan tidak memberitahu Juna semalam. Zilan dan Ocha juga tidak mungkin yang menyebarkan.
"Jangan berbohong. Aku yakin kau yang menyebarkan gosip itu." Tak mau kalah, Dila berusaha dengan argumennya. Ia memperkecil jarak dengan Joya kemudian menatap Joya tajam.
Joya tersenyum tipis. Ah, lebih tepatnya seringai. "Gosip? Jadi kau menganggap kelakuanmu itu gosip?" Sedetik kemudian, ekpresi Joya berubah. Kini ia menatap tajam balik Dila. Ia memajukan dirinya hingga ujung sepatu mereka hampir bertemu. "Pertama, aku tidak sudi menyebarkan kebenaran yang berkedok gosip buatanmu." Joya sedikit memajukkan dirinya dan masih terus menatap tajam Dila. "Kedua, aku tidak perduli siapa yang menyebarkan itu." Dila kini was-was. Posisinya sekarang, dialah yang merasa terancam. "Ketiga, karena apa yang kau lakukan itu, S.A.M.P.A.H," bisik Joya dengan kalimat penuh penekanan di sebelah Dila.
KAMU SEDANG MEMBACA
JOY & JUN
Roman pour Adolescents"Jun itu tetangga yang menyebalkan, ketua kelas pelit, partner berantem, sekaligus teman masa kecil yang pintar." ~Joya "Joy itu kalau marah menyebalkan, kalau diam menakutkan. Maaf, Joy, tidak ada pujian untukmu." ~Juna Ini kisahnya Joya dan Juna...