Jun memijit kepalanya saat merasakan sedikit nyeri dikepala sebelah kanannya. Ia lelah setelah 1 jam harus menunduk untuk melihat data anak-anak panti disini. Belum lagi ia habis melakukan perjalanan dan belum beristirahat sama sekali sekedar untuk makan atau minum. Dan Joy menjadi salah satu penyebab nyeri itu.
Dengan berbagai kecerobohan Joy membuat sedikit masalah hingga berakhir dengan mereka terlambat mengerjakan tugas mereka. Meski Ibu Panti tidak mempermasalahkan hal tersebut, Jun tentu saja tidak bisa berdiam diri, ia adalah pria yang memegang prinsip tanggung jawab.
"J-jun...," panggil Joy dengan sedikit terbata. Ia sedikit tak enak melihat Jun yang harus bertanggung jawab atas masalah yang timbul karenannya.
"Kenapa?" Nahkan, Joy makin tak enak jika begini terus. Pria itu bahkan tak menyalahkannya. Padahal Joy berharap Jun akan marah-marah pada dirinya bukan berdiam seperti ini.
"A-aku yang akan melanjutkan tugas kita, kau bisa beristirahat. Lagipula kau terlihat sedikit pucat." Jun menatap Joy dengan datar. Yah, Jun tidak terkejut dengan ucapan Joy karena tetangganya itu memang seperti itu. Meskipun sangat keras kepala dan tak taat aturan, Joy itu tetap anak baik yang sudah dikenal Jun lama. Joy itu mudah merasa bersalah dan tak enakkan. Joy saja yang terlalu gengsi jika mengatakan maaf secara langsung.
"Anak ini, setelah membuat semuanya hampir kacau ia baru saja sadar. Ckck!!"
"Baiklah, kau hanya perlu menyalin data ini sedikit lagi, lalu meletakkan kembali kedalam lemari kecil itu," ucap Jun sambil menunjuk lemari disamping kanannya.
"Okey," ucapnya ceria dan mulai duduk untuk memulai pekerjaannya. Biarlah untuk kali ini Joy akan menebus kesalahannya.
"Seandainya ini terjadi setiap hari, pasti hidupku akan tentram."
●●●●●
Joy sudah mencari-cari Jun selama 10 menit, tapi pria itu tidak kelihatan batang hidungnya. Ia telah menyelesaikan pekerjaannya dan berniat untuk langsung mengajak Jun pulang, karena sejujurnya ia juga sudah lelah meski tugasnya tak sebanyak Jun.
"Anak itu kemana, sih??"
Joy keluar dari rumah panti untuk memeriksa keberadaan Jun dimana. Ia bahkan berkeliling rumah yang lumayan besar itu.
"Aku lelah mencarinya."
Kreek kreek
Joy menghentikan langkahnya saat mendengar bunyi patahan dahan dari sebelah kirinya. Ia menghadap dan menemukan disana terlihat semak yang menuju danau tadi. Apakah dari sana suara tadi?
Meski takut, rasa penasarn Joy selalu lebih tinggi jika memang diperlukan, jadi perlaha Joy mendekat dengan was-was.
Makin dekat, Joy malah mendengar suara langkah kaki yang seperti sedikit berlari. Joy pun makin mempercepat langkah kakinya saat tiba disana dan ia tidak melihat apapun.
Hingga pada saat Joy menghadap kanannya, ia berteriak dengan keras karena terkejut.
"Aaaaaaakkkkhhhh...." Kaki Joy sudah tak mampu melangkah lagi hingga hanya bisa terduduk sambil menutup matannya takut. Badannya tiba-tiba mendingin dan gemetaran.
"Joya?" Dari balik pohon Jun terheran melihat dua sosok yang dalam keadaan berbeda. Yang satu sedang berjongkok setelah berteriak, dan satunya bocah 6 tahun yang menatap bingung dan juga sedikit terkejut karena teriakkan Joy. Jun langsung berlari dan menghampiri 2 orang itu dan mulai memahami keadaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
JOY & JUN
Novela Juvenil"Jun itu tetangga yang menyebalkan, ketua kelas pelit, partner berantem, sekaligus teman masa kecil yang pintar." ~Joya "Joy itu kalau marah menyebalkan, kalau diam menakutkan. Maaf, Joy, tidak ada pujian untukmu." ~Juna Ini kisahnya Joya dan Juna...