5 :: seandainya

148 13 1
                                    

"Woy, pegel nih," bisik Rena di telinga Reynald. Reynald tinggi banget, padahal Rena sudah pakai heels, tapi tetap saja Rena harus mendongak kalau mau ngomong sama Reynald.

"Ya udah duduk."

"Katanya mau nemuin emak lo dulu?"

"Mama mah kalo lagi ngobrol nggak suka diserobot. Tunggu dipanggil aja. Ayo, duduk. Mau gue ambilin minum?"

"Minum apa?" tanya Rena sambil mengedarkan pandangan.

"Mmm, nggak tahu. Mau ikut aja?"

"Gue pegel, Rey."

Reynald mendengus. "Ya udah sana duduk. Minumnya terserah gue, ya."

"Lah, gimana sih, Rey. Kan gue yang mau minum."

"Tadi katanya lo pegel."

"Ya udah ambilin lah, Rey."

"Ya lo maunya apa?"

"Adanya apa aja?"

Reynald meremas pinggang Rena gemas. Rasanya ingin menenggelamkan cewek ini kalau Rena sudah bertingkah menyebalkan seperti itu.

"Apaan sih, Rey, geli bego."

"Lagian ribet banget sih lo jadi cewek."

"Kan elo yang nawarin minum."

"Ya udah mau apa?" Reynald mengalah. "Ada air putih, soda. Lemon tea juga ada kayaknya. Oh, ada susu. Lo mau susu?"

"Susu apa?"

"Susu vanila, cokelat, stroberi."

"Mmm ... kayaknya soda aja, deh."

"Beneran? Lo kan belum makan. Susu aja ya? Atau es teh?"

"Ya udah es teh."

"Duduk aja di sana dulu. Ntar gue nyusul."

"Jangan lama-lama. Ntar gue awkward."

"Iya bawel."

Setelah memastikan Rena sudah duduk nyaman di kursi yang disediakan di pinggir-pinggir aula, Reynald mengambil minum di meja hidangan. Sebenarnya Reynald mau mengambilkan makanan ringan juga, tapi nanti saja deh, soalnya Rena belum makan malam. Nanti yang ada sakit perut. Perut Rena itu sensitif banget. Dulu, Reynald pernah membelikan es campur malam-malam untuk Rena, tapi lupa Rena belum makan malam. Akhirnya Rena harus rela bolak-balik kamar mandi dan tidak masuk sekolah dua hari.

Sejak itu, Reynald benar-benar menjaga pola makan Rena dengan baik. Pagi, siang, malam. Kalau perlu tambah sore juga, tapi biasanya kalau sore cuma ngemil.

"Wah, Reynald Ferguson, kan?"

Setelah mengambil minuman, jalan Reynald dihadang oleh cewek bule berambut pirang yang fasih bahasa Indonesia. Memang masih ada aksen bulenya, tapi tetap saja bahasa Indonesianya fasih banget.

"Ya, kenapa?"

Reynald belajar banyak banget dari pekerjaan sampingannya, kerja di perusahaan papanya. Walaupun tidak setiap hari, biasanya cuma hari libur, tapi sudah lama Reynald membantu papanya, dan dia sudah belajar banyak.

Salah satunya adalah cara bersikap formal tapi tidak terkesan angkuh.

Biasanya, para bos atau pekerja-pekerja yang punya jabatan tinggi, sikap formalnya songong banget, minta digebuk mukanya. Reynald sering banget bertemu eksekutif-eksekutif yang songongnya minta ampun, dan Reynald tidak mau jadi salah satunya. Reynald mau jadi pemimpin seperti papanya. Selalu senyum, tidak pernah kelihatan bete. Sekalinya bete, mamanya langsung mengajak ke kamar, setelah itu hilang bete-nya.

scintillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang