DP: Down Payment. Pembayaran di muka.
BPH: Badan Pengurus Harian. Panitia inti. Ketua, wakil, sekretaris, bendahara.
LDK: Latihan Dasar Kepemimpinan.
GOR: Gedung Olahraga.
Curcol: curhat colongan.
[]
"Ayo rapat," ajak Reynald sambil memikul tas di bahu kanannya.
"Duluan deh, kayaknya gue bakalan telat, belum nyelesaiin presentasi Sejarah buat besok."
"Ntar gue bantuin, sans. Ayo rapat dulu."
"Bawa flashdisk, nggak? Laptop ini punya Hakim, soalnya."
Reynald merogoh saku tasnya. "Apa sih yang nggak gue punya."
Rena memutar bola mata. "Idiot."
[]
"Gue sama Raihan udah dapet di Jiexpo," ujar Reynald langsung, tanpa basa-basi. "Sama kayak kita yang udah punya tabungan dari kelas 10, mereka juga udah punya tabungan dari kelas 10. Jadinya kita bisa DP dulu ke pengurus Jiexpo-nya."
"Terus? Kan closing belum kita tentuin tanggalnya, Rey," celetuk Rega.
Reynald tersenyum miris, tipis. "Bukan kita kali yang nentuin tanggal, tapi Jiexpo-nya. Kan kita ngikutin mereka juga, soalnya lo tahu sendiri kan, Jiexpo itu ramai banget, banyak yang mau pakai. Sebulan yang lalu gue harus nunggu kepastian dari Ethiope dulu, malah. Untung aja mereka kayaknya budget-nya nggak cukup, jadinya nggak jadi."
"Terus closing-nya jadinya tanggal berapa?" tanya Rena.
"Tanggal 17 November. 16-nya kita juga dapet buat gladi bersih. Kita harus bener-bener mepetin jadwal, buat yang mau gladi bersih dan lain-lain, ntar lapor sama gue biar gue bisa konsul sama anak acara. Belum lagi gue ntar ngukur layout-nya. Dan gue mau tanggal 16 yang tampil apa pun dateng jam 8 pagi, gue nggak mau ada yang telat buat gladi bersih. Kita butuh banget gladi bersih. Dan nanti ada tampil gabungan juga, gue belum diskusiin lagi sama Rai. BPH Genkers abis ini langsung ke Pepe ya, kita diskusiin lagi apa yang mau digabungin. Yang lain, yang mau ngasih saran atau apa pun bisa kasih ke BPH, biar BPH yang nyampein nanti pas diskusi. Gue bilangin ini semua dari sekarang, soalnya bulan depan kita harus bener-bener fokus buat LDK dulu."
Reynald seperti sudah merencanakan semuanya dengan matang sedari lama. Pembawaannya yang tenang dan mantap itu membuat anggotanya juga tidak ikutan panik. Dulu, tahun lalu, entah karena apa, suasana ruang rapat event selalu tegang karena sedikitnya hasil yang didapat dalam setiap rapat, sehingga rapat selalu tidak berjalan dengan baik.
Tapi syukurlah, mereka semua merasa bisa mengandalkan Reynald sebagai ketua pelaksana tahun ini. Walaupun, mereka harus mendapat amukan kalau hasil kerja mereka tidak sesuai.
"Gue juga mau tim kreatif segera lapor design. Gue mau bikin proposalnya. Koor divisi, segera lapor rincian dananya. Gue nggak mau tahu, seminggu dari sekarang udah harus ada semua rincian dana sama design proposal. Buat tema bakalan gue bahas di rapat sama Pepe hari ini, sama tim BPH juga." Reynald menatap semua teman-temannya tepat pada mata. Mereka semua tanpa sadar mengangguk, terintimidasi. Memang ya, di mana-mana, yang mendominasi yang selalu menang.
"Udah, gue cuma mau nyampein itu. Ada yang mau ditanyain, nggak?"
Satu tangan terangkat. Rita. "Jadi gimana rincian acaranya?"
"Tanyain sama anak acara. Daniel, jawab tuh pertanyaannya Rita."
Daniel, selaku koor acara, melirik Reynald sebelum menatap Rita dengan pandangan ngapain-elo-pakai-nanya-segala-ketahuan-kita-udah-mau-pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
scintilla
Teen FictionScintilla (n.) a tiny, brilliant flash or spark; a small thing; a barely-visible trace [] Dari dulu, status Reynald dan Rena nggak berubah. Sahabat sehidup-semati. Tapi, meskipun cuma sahabatan, mereka tetep nggak bisa menampik setitik perasaan yang...