Dipertengahan jalan menuju rumahnya ada telfon masuk dari ponselnya, dia fikir panggilan dari Hyunjin karena tadi sempet ribut lagi. Tetapi ternyata dari ibunya.
Maka dari itu Ryujin buru-buru mengangkatnya.
"Halo bu ?"
"Ryujin, ibu tadi udah transfer uang bulanan kamu ya ?" sahut ibunda Ryujin dari sambungan telfon.
"Iya nanti aku cek"
"Yaudah kalo gitu ibu mau lanjut kerja"
"Ibu gimana kabarnya disana ?"
"Ibu baik kok, udah ya nak. Ini ibu lagi banyak kerjaan, nanti kapan-kapan ibu telfon lagi ya" ibu Ryujin langsung mematikan panggilan itu secara sepihak.
Kapan-kapan gimana sih ? Ibu Ryujin selalu menelfon nya hanya satu bulan sekali, dan hanya untuk mengabari kalau beliau sudah mentransfer uang untuk Ryujin, jangankan mau mendengarkan curhatan Ryujin, menanyakan kabarnya pun tidak.
Tapi kembali lagi, Ryujin sudah terlalu biasa dengan ketidak adilan ini.
Kebetulan ada ATM didekat Ryujin, gadis itu jalan kearah ATM dan mulai memasukan pinnya, lagi dan lagi saldonya udah raib begitu saja. Ryujin yakin seyakinnya kalau ini semua adalah perbutan ayahnya.
Untuk kali ini Ryujin gak bisa tinggal diam. Dia akan protes pada ayahnya itu.
Ryujin menggebrak pintu rumahnya
"Ayah kenapa si selalu bikin hidup Ryujin susah terus ?"
"Kamu itu pulang pulang langsung marah, kenapa ?!" seru Ayah dengan suara yang tak kalah tinggi.
"Ayah gak usah pura-pura, Ayah selalu ngambil hak Ryujin. Ayah gak puas selama ini udah mukulin Ryujin tapi uang dari ibu untuk Ryujin juga ayah ambil. Asal Ayah tau ibu disana kerja keras itu buat bayar biaya sekolah Ryujin, ayah gak merasa bersalah apa gimana si ?"
"Kamu bilang ibu keluar negri buat cari biaya kamu sekolah ? Gak usah ngimpi kamu Ryujin. Ibu kamu disana itu buat nikah lagi sama laki laki lain. Jadi disini yang salah siapa ibu kamu atau ayah ?"
Ryujin gak tau harus bereaksi bagaimana setelah mendengar perkataan ayahnya, dia gak percaya kalo ibunya itu berbuat hal seperti itu.
Disisi lain Ryujin juga sedikit percaya karena walaupun ayahnya suka nyeleneh tapi setiap perkataannya tidak pernah bohong.
Cewek itu mulai menangis, berusaha menguatkan dirinya sendiri.
"Ayah gak usah ngambing hitamin ibu, karena pada dasarnya ayah yang bajingan" Ryujin tau ucapannya itu benar-benar gak sopan untuk ayahnya, tapi mau gimana lagi itu nyata adanya.
"Apa kamu bilang ?" Dengan secepat kilat Ayah langsung membanting tubuh Ryujin ke tembok.
Beliau mengambil tongkat kayu kemudian memukulkannya ke punggung anaknya sendiri.
Dengan sekuat tenaga Ryujin menahan rasa sakitnya, karena semakin Ryujin mengeluh kesakitan maka ayahnya itu malah tidak akan menghentikan aksinya.
"LIHAT ! AYAH LIHAT SENDIRI. MANA ADA SEORANG AYAH MUKULIN ANAKNYA SENDIRI ? CUMA AYAH YANG KAYAK GINI KARENA AYAH BAJINGAN !" Teriak Ryujin
Ayah Ryujin beralih mengambil gunting kemudian memotong rambut Ryujin asal-asalan.
"AYAH STOP !" teriak Ryujin dengan sekuat tenaga mendorong ayahnya dan berhasil. Ryujin langsung lari dari tempat laknat itu.
📌
Sore itu Hyunjin selesai mandi, sekarang dia hanya memakai celana training hitam panjang, tanpa mengenakan kaos mengekspos dadanya yang putih dan bidang itu.
Satu panggilan masuk, dan membuat Hyunjin enggan untuk mengangkatnya setelah melihat nama yang tertera diponselnya.
Tapi panggilan itu terus menerus masuk, dan...
"Kenapa Ryujin ?" tanya Hyunjin malas karena masih kesal atas tragedi Ryujin yang menendang 'miliknya' sampai sekarang masih terasa nyeri.
"Kak bukain pintunya" jawab Ryujin dengan suara bergetar.
Hyunjin berdecak kesal "Tinggal buka aja kali, lo kan udah hafal sama paswordnya"
"Kak Hyunjin kan udah ganti password-nya"
Hyunjin membuka pintu apartemennya masih belum mengenakan bajunya.
Ryujin langsung memeluk tubuh Hyunjin, aroma sabun yang ada di badan Hyunjin masih tercium jelas oleh Ryujin.
"Rambut lo kenapa kayak gini ?" tanya Hyunjin setelah melihat rambut pacarnya itu terpotong asal-asalan.
"Gue takut kak, kalo ayah kesini terus bakal marah-marah lagi ke gue"
"Udah udah, ayah lo gak bakal bisa kesini, percaya sama gue" kata Hyunjin mengeratkan pelukannya, tapi malah membuat Ryujin meringis kesakitan.
Hyunjin sadar atas perilaku Ryujin itu.
"Duduk dulu deh" kata Hyunjin jalan kearah sofa depan tivi, diikuti oleh Ryujin.
"Buka baju lo" perintah Hyunjin, membuat Ryujin menutupi kedua bagian depan tubuhnya dan menjauh dari Hyunjin.
"Heh lo mikir apaan ? Gue gak mau ngapa-ngapain lo. Kalo gue ada niatan begitu mungkin lo sekarang udah gendong dua anak atas perbuatan gue" kata Hyunjin santai.
"G-gak kok, gue cuma gak mau aja. Emang gue cewek apaan ? Sembarangan buka baju didepan cowoknya" elak Ryujin.
"Cepet buka bajunya, pasti dipunggung lo ada luka yang lo sembunyiin"
Ryujin tetap kekeh gak mau buka bajunya.
Kemudian Hyunjin memberikan sebuah kain pada Ryujin.
"Cepat buka terus tutup bagian depan lo, gue cuma mau lihat punggung lo bukan yang lainnya" suruh Hyunjin.
Hyunjin hanya bisa menganga ketika melihat punggung Ryujin penuh dengan luka.
"Wah gue yakin besok punggung lo bakal ungu warnanya" kata Ryujin "Pake lagi gih bajunya" sambungnya.
"Lo kenapa gak ngelaporin ayah ke polisi sih ?"
"Kak, lo gak ngaca apa ? Lo sama ayah tuh sama aja suka mukulin gue. Terus apa gue ngelaporin lo ke polisi ? Gak kan. Karena gue tau walaupun kalian sering kasar sama gue tapi sebenernya kalian berdua sayang sama gue" jelas Ryujin.
"Tapi ayah lo udah keterlaluan Ry, udah mukulin lo sampai kayak gini"
"Lo inget gak ? Dulu pas gue pulang bareng sama Guanlin, sampai diapartement gue langsung dicekik sama lo hampir mau mati gue saat itu, jadi sa..." satu kecupan diberikan Hyunjin pada Ryujin.
Kemudian Hyunjin meraih kedua tangan Ryujin, dan menatap Ryujin dengan seksama.
"Maaf sayang, waktu itu gue udah keterlaluan sama lo" kata Hyunjin sambil memeluk Ryujin, meletakkan dagunya dibahu Ryujin.
Ryujin tau sebesar apapun perkelahian yang mereka hadapi, pada akhirnya Ryujin akan tetap berada di pelukan Hyunjin.
Bukan Ryujin tidak mau meninggalkan Hyunjin si cowok kasar itu, melainkan Ryujin tidak bisa untuk melakukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Toxic Relationship [ √ ]
Teen FictionMenyakiti adalah cara kita saling mencintai