Mira berhasil menemui Jungkook. Setelah ia memaksa untuk tetap masuk walaupun beberapa orang mencegahnya. Yang terpenting adalah, dia harus menemui pria itu dan bicara. Jungkook juga menyambutnya dengan lumayan baik. Merasa rindu juga karena sudah cukup lama tidak berjumpa. Entah mengapa, tapi Jungkook juga tidak memberi respon apa pun kepada wanita itu-baik secara langsung ataupun melalui telepon.
"Jungkook, katakan kenapa kau mengabaikanku akhir-akhir ini?" Mira bertanya. Ia sengaja berdiri di samping Jungkook yang tetap bersantai di kursi kerjanya. Dengan sedikit malas Jungkook menjawab, "Karena aku marah. Kau lancang sekali muncul di hadapan Runa dan berkata hal-hal konyol padanya!" Mira mengerutkan dahi ketika mendengar jawaban itu. Apa yang dia katakan pada Runa tidak seberapa. Dia juga tidak menyebutkan namanya.
"Sayang, aku hanya berkata bahwa aku teman wanitamu. Aku tidak mengaku bahwa aku kekasihmu, jadi ... apa yang membuatmu marah padaku. Kau tidak mungkin hanya takut sebab dia tahu, 'kan?" kata wanita itu dengan selembut mungkin-seraya mengalungkan tangannya di leher Jungkook.
"Mira-ya, tetap saja itu membuatku panik. Bukan saat yang tepat kau muncul di hadapannya dan berkata apa pun itu. Kau seharusnya diam!" Jungkook membuat Mira membuang napasnya dengan kasar. Kembali ke posisi awal seraya melirik ke beberapa tempat untuk mengalihkan pandangan.
"Baiklah, aku minta maaf. Tidak akan kuulangi lagi. Tapi ... tolong ikutlah bersamaku hari ini. Aku sangat merindukanmu, " ucap wanita itu tanpa memandang Jungkook. Lelaki itu melirik. Melihat Mira yang sepertinya sangat merindukannya, sama seperti dirinya. Tapi, apa tidak masalah jika ia pergi lagi dengan Mira?
"Sayang, ayo pergi. "
Jungkook terlihat menimang-nimang ajakan wanita itu. Antara bersedia dan tidak, tetapi ... dalam hatinya setuju dengan ajakan Mira. Toh, ini masih sore dan ia tidak akan pulang sangat malam nantinya. Pada akhirnya, Jungkook mengangguk dan bersedia untuk pergi bersama Mira lagi.
****
Sial, Gail bingung bagaimana Jungkook bisa menaruh curiga padanya. Apakah saat itu tindakannya terlihat mencurigakan. Bukankah masuk akal jika ia memberikan alasan seperti itu agar Jungkook percaya. Tapi, pasti semuanya sebab Runa sendiri. Gadis itu teramat berlebihan saat menunjukkan ketakutannya.
Apa lagi, ketika ia tak berhasil mendapatkan alamat dari rumah Jungkook yang baru. Jika begini caranya, bagaimana dia akan bertemu dengan Runa. Jungkook juga mengancam akan meninggalkan Korea jika sampai ayahnya tahu alamat rumah mereka. Bukankah ini berlebihan?
"Sial! Anak itu sungguh membuatku marah!" ucapnya. Ia duduk di sofa rumahnya, kemudian Aira datang dengan tatapan penuh pertanyaan. Ia duduk di sebelah ayahnya dan bertanya, "Ayah, kau terlihat murung. Ada apa?" Gail melirik putrinya, lalu tersenyum kecil. "Tidak, Nak. Ayah hanya ... merasa tak enak badan!" Aira ber-oh ria dan mengangguk. Tidak akan bertanya lebih jauh lagi atau ayahnya tidak akan merasa nyaman.
"Omong-omong, aku merindukan Kakak. Dia masih tidak ingin memberitahu alamatnya, ya? Padahal aku ingin sekali bertemu. Mereka juga tampaknya tak akan datang kemari dalam waktu yang lama, " ujar Aira tiba-tiba. Pembahasan seperti inilah yang membuat Gail antara senang dan tidak senang. Dia bimbang jika menyangkut hal ini.
"Apakah jika aku yang bertanya, Kakak akan memberitahu alamatnya. Hmm ... ini membuatku penasaran. "
Walau Gail tidak menyambung apa pun, dalam hati ia sangat setuju dan berharap Aira akan bertanya pada Jungkook tentang alamatnya. Siapa tahu, pria itu bersedia untuk mengatakan di mana rumah barunya. Dengan begitu, Gail tidak perlu lagi pusing-pusing memikirkan cara untuk mengetahui rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Of My Wife - [SUDAH TERBIT]
Fanfiction"Saat ayahmu menyukai istrimu, dan kau berselingkuh dengan mantan kekasihmu-di belakang istrimu sendiri!" #slow update ©mealdhina