5. Addicted

47 18 14
                                    

Dingin, sesak dan sepi. Guratan amarah kembali datang, ia muak hidup seperti ini. Bahkan saat ia milih pergi dari rumah yang penuh memori, mengapa mereka tak kunjung membiarkannya sendiri?
Tak cukupkan rasa sakit yang mereka curahkan kepadanya?

Seruni menatap tanpa ekspresi, ia sudah menduga hal ini akan terjadi. Darah lebih kental dari air, Bianca sang saudari tiri mendatanginya untuk ke sekian kali.

Diliriknya jam yang melinggar di pergelangan tangan, tiga puluh menit terlewati begitu saja. Hembusan nafas pelan dan suara alas kaki menjadi akhir dari tatapan.

"Aku belum selesai bicara!" Teriakkan Bianca layaknya angin lalu, ia terlalu lelah meladeni ibu dan anak itu. Sungguh kombinasi yang pas, si ibu yang gila harta dan anak perempuan yang memiliki sifat iri hati. Apa lagi yang hendak mereka renggut dari Seruni? Tak cukupkah merebut sumber kebahagiaannya?

Ia tak peduli berapa banyak harta yang mereka ambil, yang ia inginkan hanyalah kepulangan sang ibu. Ibu yang entah berada ada di mana sekarang. Walau ia sering menerima pesan misterius dari seseorang yang mengaku sebagai orang ia sayang itu, tetap saja rasa rindu tidak kunjung memudar. Seruni hanya mampu melepas rindu dari kejauhan, tentu saja itu sangat berbeda rasanya.

Diam bukan berarti ia tak ingin melawan. Seruni hanya menunggu momen yang tepat. Sebelum berperang sang ratu harus mengatur strategi dengan matang, bukan?
Ia tidak ingin menjadi manusia pendendam akan tetapi keadaan menuntutnya untuk berbuat kejam.

"Dasar sialan!" Bianca menghadang langkah Seruni, tangannya terangkat hendak melayangkan tamparan. Namun, sebelum telapak tangannya menyentuh wajah Seruni, sebuah tangan lain mencengkram.

Bianca menatap sang empunya tangan tak suka, sekaligus terkejut. Ia merasa tidak asing, tetapi ia juga tak tahu siapa.

Shawn balas menatap wanita dua puluh empat tahun itu dengan tajam. "Apa ada yang salah dengan wajahku, sialan?"

Bianca bungkam, ia ingin lari, tetapi cengkraman Shawn seperti rantai besi, begitu kuat dan sulit dilepaskan. Tenaga seorang lelaki bukanlah tandingannya. Sekuat apapun ia mencoba, hanya akan menambah lebam di pergelangan tangannya.

"Kenapa? Sakit?" Shawn melepaskan cengkramannya, raut wajahnya tak menunjukan keramahan. Bianca melangkah dengan ketakutan, tatapan Shawn benar-benar mengintimidasinya. Sangat mirip dengan wanita itu, wanita yang telah direnggut kebahagiaannya.

Shawn tersenyum miring. "Bianca Dwinata, bagaimana ini bisa?"

Sebelah alis Seruni terangkat, heran. Bagaimana bisa Shawn mengetahui nama lengkap saudari tirinya itu. Keluarga Dwinata dikenal menutup rapat perihal anggota keluarganya, jika seseorang mengetahui salah satunya, kemungkinan besar memiliki hubungan yang dekat dengan mereka.

"Saya kira semua ini hanya terjadi kepada saya seorang, ternyata tidak."

Seruni semakin tak mengerti, ia benar-benar dilanda kebingungan. Kalimat yang terlontar dari mulut Shawn layaknya teka-teki.

"Kalau kamu ingin tahu, silakan cari tahu."

"Kamu kira saya mempunyai banyak waktu untuk itu. Maaf, saya tak ingin tahu," ucapnya.

Shawn tersenyum miring. "Jawabannya ada pada dirimu sendiri."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ILY SERUN! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang