Eleven: Retribution

26 10 8
                                    

Setelah sekian lama, semenjak ia resmi menjadi direktur. Hari ini untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun enggan untuk bertemu, akhirnya Seruni memenuhi permintaan Adrian Kang untuk saling bertapap muka.

"Apa kabar?" tanya pria empat puluh tiga tahun itu membuka obrolan.

"Saya tidak ada waktu untuk mendengarkan basa-basi seperti itu, Tuan."

Adrian menatap sang putri. Hilang dan kosong. Putrinya telah berubah menjadi sosok asing, tak ada senyuman yang biasanya menyambut kedatangannya. Tatapan Seruni padanya layak orang asing tidak saling kenal. Sadarkah pria itu, bahwa perubahan Seruni bersumber dari dirinya sendiri?

"Kudengar dari Bianca---"

"Bisakah jangan membahas wanita ular itu," potong Seruni.

Adrian menggebrak meja, beberapa pasang mata menatap mereka heran.
"Bae Min Jee, di mana sopan-santunmu?"

Seruni tertawa miris, mendengar nama aslinya terucap dari mulut pria itu. "Hilang bersama kenangan busuk," ucapnya penuh penekanan. Ia berdiri, lalu membungkuk hormat.

"Posisimu akan diganti oleh Bianca, berhenti dan pulanglah."

Tanpa menatap sang lawan bicara, Seruni berkata, "Silakan saja, saya lebih berkuasa dari siapapun saat ini. Semua keputusan bukan pada Anda, Tuan Bae Hae Kang."

Kedua tangan pria itu mengepal kuat, ia lupa bahwa Seruni memegang kuasa penuh atas Bae Magazine. Sejak dulu hidupnya dan kedua wanita itu ada di tangan Seruni.

Seruni sengaja tak mempedulikan mereka yang menikmati harta ibunya. Ia membiarkan mereka berfoya-foya menghambur-hamburkan uang milik kakeknya.

"Biarkan saja, saat tiba hari itu ... satu sen pun akan sulit mereka miliki." Seruni menghembuskan nafas lega, akhirnya ia bisa menghadapi pria yang berstatus ayah kandungnya itu tanpa banyak bicara. Ia sungguh lelah dengan interaksi sosial penuh kepalsuan.

Tiba-tiba seorang pria berjaket hitam berlari di koridor dan tak menyadari lembaran dokumen yang ia bawa jatuh berceceran. Saat Seruni ingin memperingatkan, pria itu telah menghilang di balik pintu lift.
Wanita muda itu memunguti satu per satu lembaran, lalu langkahnya terhenti mendengar suara Duty, kucing peliharaan Shawn.

Pintu apartemen lelaki itu terbuka lebar, beberapa barang berserakan dari dalam lemari. Seruni memberanikan diri masuk, ia tatap sekeliling ruangan itu dan pandanganya jatuh pada dua tangkai bunga Seruni di dalam gelas kaca.

Duty mengeong, kali ini kucing itu menggaruk-garuk sebuah pintu hitam di sudut ruangan.

"Terkunci," ucap Seruni pelan.
Ia menggangkat kucing itu, membawanya ke dalam apartemen miliknya. Tak lupa memanggil pihak security, yakin tidak yakin apartemen milik Shawn telah dibobol seseorang. Mungkinkah pria yang berpapasan denganya barusan?

Seruni duduk di kursi kerjanya, sedangkan Duty ia biarkan berlarian. Satu per satu lembaran kertas dokumen itu ia baca dengan teliti.

"Inikan...." Ia menatap nyaris tak percaya dengan apa yang ia temukan. Lembaran itu berisikan pemilik saham Lycoris Corporation, perusahaan yang dipegang oleh Dwinata family. Namun, bukan itu yang membuatnya terkejut, data saham perusahaan telah di manipulasi. Uang-uang investasi pihak lain malah masuk ke dalam rekening pribadi, bukankah ini aneh?

Seruni tersenyum penuh misteri. "Dia benar-benar licik dari yang aku kira."

Duty melompat ke atas meja, kucing itu mengeong pelan.

"Ya, mari kita lihat ... bagaimana reaksi orang-orang di luar sana setelah melihat ini."

Maria menggeram frustasi, barang bukti yang hendak ia bumi hanguskan telah hilang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maria menggeram frustasi, barang bukti yang hendak ia bumi hanguskan telah hilang. Saat ia memerintahkan Adi kembali ke tempat itu, barang bukti hilang bagaikan ditelan bumi. Bahkan, beberapa pihak keamanan telah mulai melakukan investigasi.

"Dasar bodoh!" hardiknya kepada Adi, sang adik. Maria memanggil suruhan yang ia sewa untuk membuntuti seseorang, wajahnya memerah karena emosi. "Apa kalian yakin anak itu yang menjadi tangan kanan anak haram yang kumaksud?"

"Ya, Nyonya. Kami pernah memergokinya keluar dari ruangan tuan besar melalui cctv," jawab salah satu suruhannya.

Betapa bodohnya mereka yang tak pernah menyadari bahwa orang yang mereka incar semakin hari semakin mendekat. Salah satu anggota keluarga mereka sendirilah yang akan mendatangkan bencana itu sendiri. Ya, atas dasar cinta akan harta. Mereka akan hancur tanpa ada yang tersisa.

"Harta bisa membawa manusia sengsara, aku sangat beruntung berada di sini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Harta bisa membawa manusia sengsara, aku sangat beruntung berada di sini. Sederhana tapi menyenangkan," ucap Kresna kepada Shawn.

"Jadi ... Paman dan Kakek diusir? Kukira mereka hanya berbuat kejam pada orang asing sepertiku."

Kakek sebutannya untuk pria tua penolongnya kemarin, sosoknya sungguh mengingatkannya kepada kedua kakeknya yang berada di Yunani dan Paris.

Kresna tersenyum kecut. "Aku juga membenci mereka." Ia menoleh, menatap lelaki beriris biru itu. "Nak, walaupun balas dendam tidak dibenarkan untuk dilakukan. Jika itu menurutmu yang terbaik lakukanlah dan jangan lari dari konsekuensi yang akan datang atas pilihanmu itu."

Shawn menghela nafas. "Sepertinya sudah waktunya aku kembali."
Ia turun terlebih dahulu lantas menatap gedung apartemennya penuh rindu. Ya, rindu. Rindu akan Duty dan mungkin juga Seruni, entahlah.

"Sampai nanti."

Shawn tak langsung masuk ke dalam apartemennya, ia berjalan menuju basement terlebih dahulu. Nampak, Tasya menunggunya di samping mobil mewahnya.

"Hai, sayang." Wanita itu memeluk erat Shawn, hampir saja Shawn mengumpat mendengar kata menjijikan itu. Ya, mereka memiliki hubungan. Hubungan palsu lebih tepatnya, Shawn memanfaatkan wanita itu sebagai pionnya, mudah bukan?

Buat ia jatuh cinta dengan pesonanya, berbicara angkuh penuh riya dan tentu saja sedikit membual tentang pekerjaannya. Shawn menyatakan perasaanya melalui panggilan telepon, beberapa jam setelah pertemuan mereka hari itu. Ah, sepertinya Tuhan berpihak padanya. Wanita itu dengan mudahnya terjebak dipermainannya sendiri.

"Papa minta kamu datang malam ini, bisakan?"

"Ya, tentu saja. Aku akan datang dengan senang hati." Shawn tersenyum penuh arti, menatap nomor polisi mobil itu nyaris tak berkedip. Lalu kembali menatap wanita itu. "Sampai nanti, sayang."

Tasya tersipu, sedangkan Shawn merasa jijik dengan dirinya sendiri.

Seruni baru tiba, matanya memicing memergoki keduanya. Rasa tidak suka mulai menjalar merasuk hatinya. Apa ini yang dinamakan rasa cemburu?

Shawn menoleh tak sengaja mengarah tepat ke arah Seruni, ekspresi dingin di wajahnya berubah sedikit menunjukkan keterkejutan.
Bukankah ia tak memiliki hubungan pasti dengan wanita beradarah Korea itu?
Mengapa ia merasa khawatir seperti telah dipergoki selingkuh oleh sang kekasih?



Bersambung

02-02-20

ILY SERUN! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang