Twelve: Tricky

19 9 4
                                    

"Jadi apa pekerjaanmu?" tanya wanita bergaun hitam yang duduk tak jauh darinya.

"Saya berkecimpung di dunia arsitektur, tapi melihat bisnis properti yang begitu menarik. Saya berhenti, lalu membangun perusahaan sendiri. DA Enterprise, kalian pasti tidak asing, bukan?"

Permainan baru saja dimulai. Semua orang di meja makan menatapnya dengan tatapan memuja. Kecuali, seorang pria yang sedari tadi diam.

"Kebetulan sekali perusahaan kita mencari dana investasi, iyakan Ma?" ucap seorang wanita muda.

Senyum liciknya semakin lebar. "Wah, pas sekali. Aku ingin menambah banyak relasi."

Jam menunjukan pukul sebelas malam tepat. Di malam ini, malam bulan Januari. Mereka tertawa di atas kertas penjanjian, berisikan properti perusahaan dan rumah yang mereka tempati untuk mendapatkan dana dari seorang pengusaha muda yang tak jelas asal-usulnya. Siapa yang peduli, yang terpenting mereka mendapatkan apa yang mereka cari. Uang, uang dan uang. Merasuki hati, membutakan mereka seketika.

Ia menjabat satu per satu anggota Dwinata family, terakhir pria itu. Pria yang sejak tadi terdiam membisu.

"Senang berbisnis dengan Anda, Tuan," ucapnya penuh penekanan.

Pria paruh baya itu dengan cepat melepaskan jabatan tangan, keringat dingin menetes dari dahi. Raut ketakutan terukir jelas di wajahnya yang menua.

"Semoga kalian semua selalu sehat dan terhindar dari rasa sakit yang menusuk hingga ke tulang."

Shawn menarik paksa Seruni yang hendak masuk ke dalam mobil, wanita itu pun menepisnya dengan kasar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Shawn menarik paksa Seruni yang hendak masuk ke dalam mobil, wanita itu pun menepisnya dengan kasar.

"How dare you?"

Shawn benar-benar tak mengerti jika berhubungan tentang Seruni. Sikapnya terlalu sulit untuk dideteksi, terkadang nampak tak peduli, terkadang malah sebaliknya. Atau hanya perasaannya saja?

"Tasya itu bukan siapa-siapa, okay."

"Apa peduliku?"

Shawn tertawa, benar-benar tertawa tanpa kepalsuan seperti biasanya. Ekspresi cemburu Seruni begitu aneh dengan karakteristik dinginnya, sangat lucu menurutnya. "Seharusnya aku yang marah, kamu mencurinya dariku. Remember?"

Seruni memutar bola mata malas, ia tatap Shawan yang tengah duduk di atas kap mobilnya itu. "Memangnya apa yang telah kucuri?"

Shawn tak dapat menahan tawanya. "Memangnya apa yang telah kucuri," ucapnya menirukan ucapan Seruni barusan.

"Berisik sekali," ketus Seruni.

"Ngomong-ngomong masalah tanggung jawab ... kapan terealisasikan?"

Seruni tak mengerti tanggung jawab apa yang dimaksud oleh Shawn. Rasanya janggal mendengar seorang lelaki meminta pertanggung jawaban dari seorang perempuan.

ILY SERUN! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang