Twenty Two: Sacrifice

23 6 10
                                    

Hari itu pada pukul tiga sore tepat, Seruni tiba di basement setelah menemui mantan karyawan Lycoris yang telah bersedia menjadi pengantar pesannya perihal membeli saham Lycoris yang diambang kebangkrutan. Namun, baru saja ia melangkah keluar dari dalam mobil, seorang pria menyergapnya dari belakang, lalu membungkam mulut serta hidungnya dengan sehelai sapu tangan yang telah ditetesi cairan bius.

Seketika, tubuhnya lemas. Pria itu pun mengendongnya, walau penglihatan Seruni mulai mengabur. Wanita itu menyadari siapa sosok itu dari suara gumamannya. Ia adalah Adrian Kang, ayahnya sendiri.

"Mianhae...."

Gumaman permintaan maaf berakhir memenuhi indera pendengaran Seruni, ia tak sadarkan diri.

Ketika ia tersadar, ia telah berada di sebuah rumah lapuk dengan kondisi kaki dan tangan terikat. Kemudian, mereka datang mencemooh. Melayangkan tangan yang dikotori oleh dosa itu ke wajah Seruni.

"Sungguh tragis, seorang ayah mengorbankan putri kandungnya sendiri," ujar Liliana Hatmaka, sang ibu tiri, berpura-pura bersimpati.

Ya, Seruni tidak menapik jika hidupnya tak bisa jauh dari kata 'tragis'. Apapun yang ia inginkan tak pernah berjalan sesuai kehendaknya.
Wanita muda itu tersenyum kecut, mengabaikan rasa sakit di sudut bibirnya. Mengapa tragedi selalu berdatangan mengusik hidupnya yang sudah dipenuhi kesengsaraan?

 Mengapa tragedi selalu berdatangan mengusik hidupnya yang sudah dipenuhi kesengsaraan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku bisa membantu," ucap Cantika, tiba-tiba mengajukan diri. "Bianca dan Tasya, mereka teman dekatku."

Shawn terdiam sejenak, lalu berkata, "Buktikan sendiri, jika kamu bersungguh-sungguh dan aku akan membiarkanmu pergi setelah ini."

Wanita itu tersenyum, kemudian melangkah pergi. Shawn mengepalkan tangannya erat, semakin jauh ia melangkah maju, masalah selalu berdatangan tak terkendali. Stuck for answer, ia tidak mengetahui jawaban pasti, keyakinan bahwa semua ini akan berakhir perlahan memudar menjadi suatu hal yang tak pasti.

Waktu berlalu begitu saja, dan seseorang yang entah sekarang ada di mana tengah berhadapan langsung dengan bahaya. Dulu Jason, sekarang Seruni. Lalu, apa lagi?

Shawn muak dengan semua ini, ia ingin mengakhirinya sekarang juga.
Lembaran kertas ia masukan ke dalam satu map berwarna hitam, lalu menyembunyikannya di balik jaketnya. Ia melajukan motornya hingga delapanpuluh kilometer per jam.

Rambutnya berkibar diterpa angin, kota yang dipadati gedung dan bangunan tergantikan oleh lautan ilalang serta pepohonan. Jalan setapak yang sedikit becek ia lalui.

Laju motor memelan ketika mendekati sebuah bangunan tua di persimpangan jalan yang mengarah ke desa. Shawn memarkirkan motornya di bawah pohon jati. Ia menghela nafas, apapun yang terjadi ia harus bersiap untuk situasi buruk yang bisa saja datang tanpa disadari.

Shawn mendorong pelan pintu yang nampak lapuk. Ia mengedarkan pandangan ke sepenjuru ruangan. Tak satupun manusia yang terlihat, tempat itu sepi dan sosok yang ia cari tak terlihat berada di situ. Apa mereka telah menipunya?

ILY SERUN! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang