9. THE LIBRARY OF HRUBA

44 10 2
                                    

Kompleks Istana Hruba belum hancur seluruhnya akibat serangan Kerajaan Arma, beberapa masih terawat salah satunya adalah perpustakaan ini. Bagi kami, buku adalah cawan-cawan suci yang tersusun rapi di dalam sebuah rak-rak kecil. Buku-buku itu berjajar saling berdesakan, beberapa disendirikan di ruang khusus karena keistimewaannya atau kerapuhannya. Mereka berkumpul dan memadu kasih di perpustakaan ini.

Perpustakaan ini adalah sebuah ruangan besar yang diterangi lampu redup berwarna kuning. Sejauh mata melihat hanya ada buku dan buku tak ada yang lain. Ruangan dengan atap yang tinggi melengkung membentuk kubah dihiasi ukiran-ukiran dan lukisan yang indah. Sunyi yang menentramkan. Tempat paling sering aku kunjungi dahulu bersama ayah.

Ada satu ruangan khusus di sini, terletak di pusat perpustakaan. Ruangan itu menjadi episentrum seluruh tatanan buku-buku, rak-rak, ruangan-ruangan kecil lain bahkan meja dan kursi baca. Bertembok kaca tembus pandang, kaudapat melihat hanya ada beberapa buku untuk ruangan sebagus itu. Konon, di dalamnya dapat dibuat hampa udara untuk menjaga keawetan buku-buku tersebut.

Seperti yang kubilang sebelumnya, ruangan khusus ini pasti untuk menyimpan buku-buku yang istimewa. Aku berjalan memutari ruangan itu, mataku tak bisa lepas dari apa yang ada di dalamnya. Tibalah di pintu masuk ruangan khusus itu, "Ah, sial, pintunya terkunci!" gerutuku.

"Kreekk!" suara pintu perpustakaan terbuka.

"Alfa, kami sudah selesai, kau tau Rho berlatih sangat—" suara Eta membuyarkan suasana.

"Sssssttt, diamlah, kautahu ini perpustakaan, ruang untuk membaca, jangan berisik, Eta!", tegasku sambil masih mengamati ruang bertembok kaca itu.

"Hmm,, Iya aku tahu. Tapi apa yang kaulakukan disana, memandangi buku-buku di balik tembok kaca ?" tanya Eta kemudian tak lama Rho muncul dari belakang.

"Aku membutuhkan buku-buku itu, tapi ruangan ini dikunci dan aku tak tahu dimana mereka meletakkan kuncinya," jawabku berbisik-bisik.

"Itu artinya kau harus mencari penjaga perpustakaan ini," timpal Rho.

"Dulu mungkin para penjaga perpustakaan ini, pergi begitu saja melarikan diri saat ada serangan Arma. Sekarang, aku tak tahu harus bagaimana," jawabku yang sekarang mencoba memutar pegangan pintu masih berharap ruangan ini tak dikunci.

"Eta, bagaimana kalau kita beristirahat saja, minum teh ?" pinta Rho kepada Eta yang masih menatap tingkah aneh Alfa di ruang khusus itu.

"Ide bagus, akan kubuatkan kau teh dari daun beri. Enak sekali, Rho. Lagipula, Alfa tak mau kita menganggunya dengan pegangan pintu itu, iya kan, Rho ?" Eta terkekeh sambil menarik tangan Rho keluar dari perpustakaan. Mereka berdua meninggalkanku sendiri.

******

Kau dapat melihat kolam-kolam besar di depan perpustakaan melalui sebuah jendela kecil. Frustrasi dengan ruangan khusus itu, kuputuskan kembali ke meja tempat kutinggalkan Yubari diamond.

Dalam perjalanan aku tak sengaja melihat ke arah luar melalui jendela kecil. Terlihat kolam-kolam besar di depan istana, penuh dengan nyala merah bertebaran di sana sini.

"Tunggu dulu, Amberwish mekar ?" tanyaku dalam hati, kemudian kubuka jendala kecil itu untuk memperjelas pandanganku.

"Mengapa amberwish mekar, sudah lama sekali aku tidak melihat bunga-bunga itu mekar ?" hatiku terus bertanya.

"Setauku, bunga itu akan mekar di malam hari yang hangat. Baru saja, kurasakan angin yang berhembus tak bisa dikatakan hangat. Sebentar.." lamuanku menjadi-jadi.

"Amberwish juga dapat mekar ketika di sekitarnya ada sebuah pengharapan, sesuai namanya, Hmm.." tanyaku dalam hati, tiba-tiba dikagetkan dengan kedatangan Lota dan Kapa.

THE SECRET TROOPSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang