14. WHEN THE SUNSET COME

33 7 3
                                    

Hari ini matahari tak secerah biasa, mungkin Tuhan sudah membisikan sebuah rahasia untuknya. Meredupkan sinar adalah caranya memberitahukan pada dunia bahwa ia sedang bersedih.

"Panggil kelima Jenderalku, hari ini kita akan berkemas !" kata Eliodas tegas.

"Baik, Yang Mulia Raja Eliodas!" jawab segerombolan prajurit dengan kompak.

Tak lama kemudian datanglah kelima Jenderal perang paling ditakuti di Arma, mereka adalah Lexonor, Andro, Xena, Gron dan Reagen. Tanah jajahan dan semua penaklukan yang dilakukan Eliodas karena bantuan mereka. Mungkin jika Eliodas seorang diri saja, Arma tak akan sebesar seperti sekarang. Kelima jendral yang sangat patuh dan loyal kepada Eliodas.

Lexonor adalah pemimpinnya, tubuhnya tinggi besar tampak gagah dengan sebuah baju zirah dan penutup kepala yang lebih mirip seperti topeng dengan bentuk aneh. Hanya Lexonor yang menggunakan baju zirah sehingga ia mudah dikenali. Baju zirah itu bukan sembarangan, berwarna hitam pekat terlihat sangat kokoh. Konon baju zirah itu terbuat dari pecahan meteorit dan ditempa selama bertahun-tahun membuatnya menjadi sekeras kristal.

Dibelakangnya Andro, rambut hitamnya menjuntai panjang ia biarkan mengurai dipunggungnya. Bajunya terlihat seperti jubah panjang menyapu lantai dengan hiasan bulu burung gagak. Raut wajahnya dingin dihiasi garis hitam memanjang dari pipi ke pelipisnya. Andro adalah seorang mage, ia menguasai ilmu hitam dan ritual-ritual pemanggilan roh. Tanpa menyetuh, ia dapat dengan mudah mengalahkan lawannya.

Agak terburu-buru Xena menyusul. Terlihat seperti orang tua dengan jenggot putih yang panjang tak kalah dengan rambut abu-abunya. Bajunya lusuh tak seperti yang lain, seperti sudah ia gunakan beratus tahun. Xena yang paling berpengalaman dalam pertempuran, hidupnya sudah ia habiskan untuk bertarung dan mengadu strategi. Mungkin semua senjata pernah melukainya, namun secepat kilat tubuhnya menyembuhkan diri seperti tak pernah terjadi apa-apa. Luka-luka yang menganga kembali menutup secepat tarikan nafasnya. Ia seperti abadi.

Kemudian Reagen, bentuknya tidak seperti manusia biasanya. Ia memiliki dua tanduk kecil dan runcing berwarna gading di kepalanya. Matanya agak sipit hampir tertutup, ia yang paling misterius diantara kelima Jenderal itu. Dalam beberapa kesempatan ia lebih memilih untuk menemani Eliodas di Istana daripada harus ikut berperang. Tak ada informasi lain kenapa Eliodas memilihnya menjadi penjaganya.

Terseok-seok dipaling belakang, Gron. Gron bukan bangsa manusia, ia adalah Orc. Dengan tubuh gempal dan muka menyeramkan khas kaum Orc sambil membawa kapak yang terlihat sangat berat hingga ia harus berjalan paling lambat dibelakang. Kita semua tahu, Orc memiliki kulit yang tebal dan keras senjata biasa tak akan melukai tubuhnya. Gron juga memiliki pasukan  yang sama seperti dirinya, masih ingat penyerangan ke Gramada dengan pasukan Centaur itu salah satu pasukan yang Gron miliki. Selain itu masih ada pasukan raksasa yang dengan mudah meratakan satu kerajaan. 

Kelima Jenderal berbaris menghadap Eliodas yang duduk di tahta emasnya. Paling tengah Lexonor sebagai pemimpin sekaligus juru bicara mewakili teman-teman Jenderalnya.

"Apakah akan dilakukan hari ini, Yang Mulia ?" kata Lexonor sedikit menunduk tak berani menatap langsung Eliodas.

"Hari ini kita ratakan Deserda, Rajanya, Aron menolak semua negosiasi yang aku ajukan. Dia pikir Deserda mampu menghadapi Arma, Kerajaan yang isinya hanya tanah gurun pasir saja sombong. Kita buktikan, Arma adalah Kerajaan terkuat, kalian sangat aku andalkan. Kerahkan semua bala tentara, kita akan serang besar-besaran hari ini juga." perintah Eliodas.

Kali ini Eliodas ikut serta berangkat ke Deserda, ia ingin melihat dengan mata kepalanya sendiri kerajaan di tengah padang pasir itu runtuh beserta kesombongan Rajanya. Eliodas masih sakit hati atas perlakuan Aron yang menolak semua perjanjian kerjasama dengan Arma. Eliodas hanya meminta daerah sungai Eru diperbatasan Deserda-Arma dibagi dua, sebagai gantinya ia akan mengirimkan pasukan bantuan untuk menghalau perampok yang menyusup ke Deserda.

Kenapa Sungai Eru yang diperebutkan, karena sungai itu satu-satunya sumber air Arma yang sebagian wilayahnya berada di Deserda. Sekuat apapun sebuah Kerajaan, jika sumber mata airnya hilang maka akan kesulitan. Eliodas melihat Deserda adalah kerajaan yang susah ditundukan, ia khawatir jika Deserda tumbuh menjadi kerajaan besar, akan sulit baginya untuk menguasai daerah itu.

Deserda berada di ujung dunia, dikelilingi bukit-bukit pasir, padang gurun yang panas dan Sungai Eru di lingkar terluarnya. Angin disana yang paling susah diatur, bergerak semaunya, kadang cepat kadang sepoi kadang ribut. Musimnya juga paling aneh, tiba-tiba hujan diantara musim panas, tiba-tiba panas diantara badai pasir. Tidak ada sesuatu yang pasti disana hanya rasi bintang yang dapat dipercaya  itu pun hanya nampak di malam hari.

Orang-orang Deserda seakan sudah kenyang dengan ketidakpastian itu. Mereka dapat membaca tanda alam sehingga peristiwa-peristiwa aneh tak lagi mengelabuhi mereka. Bagi mereka segalanya pasti, tanda alam adalah perkataan paling jujur. Banyak penyusup atau penjahat yang mencoba masuk ke wilayah Deserda harus bernasib sial, apesnya lagi kadang hilang tak pernah ditemukan. Keunikan dan keadaan alam menjadi pertahanan paling sempurna bagi Kerajaan Deserda.

Kabar itu pun sampai ke telinga Eliodas, ia tak mau gegabah, mungkin ini salah satu penaklukan yang paling sulit. Eliodas mempersiapkan semua dengan matang, ia merekrut prajurit paling tahan banting, pembaca rasi bintang, gerobak-gerobak logistik dan kelima Jenderalnya.

"Yang Mulia, bagaimana dengan istana jika kau ikut serta dengan kami ke Deserda ?" kata Lexonor.

"Fazula yang akan menggantikanku sementara, lagipula tidak akan ada ancaman, semua kerajaan sudah di bawah kaki Arma, kecuali Deseda. Aku ingin melihat kehancuran Aron dan tahtanya dengan mata kepalaku sendiri." jawab Eliodas dingin.

"Baik Yang Mulia, sebagian prajurit kami akan tinggal di Arma untuk menjaga Yang Mulia Ratu Fazula. Pasukan kami sudah berada di perbatasan hanya tinggal menunggu perintah " balas Lexonor.

"Kita akan berangkat setelah matahari tenggelam !" tegas Eliodas.

THE SECRET TROOPSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang