"Paman Abe, kenapa kita terus berlari. Bukankah ayah melarangku untuk memasuki hutan ini ?" nafasnya masih tersengal karena terus berlari.
"Keadaan istana sudah tidak memungkinkan kau untuk tetap tinggal, Putri. Ini perintah ayahmu juga untuk membawamu pergi dari istana." nampak raut kecemasan di wajah Paman Abe.
Aku pernah mendengar pembicaraan ayah dan paman mengenai hutan ini. Ayah berkata jika sesuatu terjadi dengannya, membawaku ke hutan terlarang adalah jalan paling aman. Namun aku masih belum mengerti apa maksud perkataan ayah saat itu.
Paman terus membawaku ke dalam hutan yang gelap dengan vegetasi yang semakin rapat. Segala sesuatu bisa terjadi dengan kami. Binatang buas, tumbuhan beracun bahkan pemburu dapat dengan mudah mencelakai kami.
Dari kejauhan tampak sekompi pasukan mengejar kami, beberapa kali terlihat kobaran api dari obor-obor pasukan sambar menyambar di balik dedaunan. Kami terus berlari, tak tahu sudah berapa banyak sayatan ranting pohon mendarat di betisku hingga membuat jubahku tercabik-cabik. Sampai kami terhenti di sebuah tempat.
"Paman, berhenti!" teriaku sambil menahan tangan Paman Abe yang sedari tadi terus menggandengku sambil berlari.
"Tidak, kita tidak bisa berhenti di sini, Putri. Pasukan Viscoa sudah semakin dekat, tidakkah kau dengar derap kaki-kaki mereka ?" Paman Abe tahu apa yang ada di depan mereka namun janji dan kesetiaan menumpulkan logikanya.
Kau tau apa yang di depanku, ku gambarkan sedikit tentang tempat ini. Tempat ini tertutupi oleh ranting-ranting yang saling melilit dan dipagari oleh pohon-pohon besar yang berduri dan beracun seperti bisa ular. Ia dapat tumbuh berpuluh meter menjulang membentuk kanopi raksasa. Buahnya berbentuk seperti labu kecil ini jika dimakan dapat menyebabkan muntah dan diare luar biasa hingga kram. Getah tanaman ini bisa menyebabkan kebutaan jika terkena mata. Ini adalah Labirin Pohon Duri Paku, aku mempelajarinya dari buku-buku botani. Labirin ini mendapat indeks warna merah yang berarti tempat paling dilarang.
Konon jika berhasil melewati labirin ini dapat membawa kita ke sisi lain di tepi Laut Arania. Mungkin maksud ayah waktu itu adalah tempat setelah labirin ini.
"Bagaimana kita melewati ini Paman, aku tak tahu cara mencapai ujung labirin ini. Aku pun mendengar bahwa setiap orang yang mencoba tak ada satupun yang kembali." kekhawatiranku mencapai puncaknya.
"Paman akan melindungimu, rapikan jubahmu dan ikat kuat untuk melindungi tubuhmu dari duri-duri beracun itu." sambil membetulkan simpul tali dijubahku, kulihat Paman melepas jubahnya setelah itu ia bersiul-siul.
Burung berwarna hitam dengan paruh gading tiba-tiba muncul dari semak belukar, kami mengenalnya sebagai burung penunjuk jalan. Burung ini hanya akan datang jika ia dipanggil, ternyata siulan paman-lah yang memanggilnya.
"Paman akan ikut bersamaku melewati labirin ini kan ?" aku mengiba walau sepertinya aku tidak siap dengan apa yang ia akan katakan setelah ini.
"Tidak Putri, kau yang akan pergi. Ikutilah burung itu, ia akan mengantarkanmu sampai ujung labirin. Jangan pernah berhenti atau menoleh ke belakang dan jangan pernah memberitahu siapapun bahwa kau adalah seorang putri dari Maza. Ini permintaan terakhir Pamanmu." mendengarnya jantungku seperti lepas terhempas ke tanah hitam hutan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SECRET TROOPS
خيال (فانتازيا)"Ketika yang hidup sudah tidak mampu lagi membuat perdamaian, saatnya yang mati untuk bertindak." Aku dan anggota tim ku yang kunamai the secret troops mencoba sekuat tenaga melawan kediktatoran Raja Eliodas, penguasa Kerajaan Arma. Iya aku dan angg...