Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Udah gue bilang kan gue nggak mau lihat ekspresi Nevan? Dia bener-bener diam, dan bola matanya sibuk berkeliaran kesana-kemari. Tapi, tatapan itu kembali ditujukan untuk gue, kali ini beserta dengan senyuman termanis yang dimiliki Nevan. "Oh, tunangan? Selamat ya Kak Andre, Kak Zaya. Semoga langgeng, jangan lupa undang gue. Awas kalau nggak ya Kak? Jangan lupa juga satu lagi gue pengen menu nya ada es krim, mau gue borong semua nya." Nevan tertawa renyah, sekali lagi gerak-gerik nya gampang terbaca. Emosi nya sekarang sedang campur aduk.
Andre lagi-lagi tertawa. "Pasti, keluarga Danurendra udah ada di list kok." Nevan memberikan dua jempol nya ke Andre dan gue.
"Ya udah gue sama Yara duluan ya Nev, temen lo juga." Gue senyum ke Juno dia juga bales, dan terakhir ke Nevan. Dia senyum simpul terus langsung pergi di bawa sama Juno ntah kemana gue nggak tau.
Juno, tolong tenang kan Nevan ya?
Nggak guna emang gue kalau cuma dalam hati, tapi gue berharap.
ㅡI'm Notㅡ
Selama perjalanan pulang, gue nggak banyak ngobrol sama Andre dan memilih lebih banyak diam. Cuma lagu di radio yang nemenin kita berdua di hening nya suasana. Gue, kepikiran lagi sama wajah nya Nevan. Kenapa ya? Dari awal juga dia confess gue nggak ngelarang dia mau suka sama gue. Karena gue nggak berhak untuk melarang dia menyukai gue dengan alasan gue udah bertunangan dengan Andre. Ok lah ini akan berefek buruk seperti saat ini, dan memang nggak bisa di hindari. Karena gue berfikir, seorang Nevan hanya anak SMA yang belum mengerti apa itu yang berbau romansa. Iya, memang gue terkesan sotoy banget padahal baru pertama kali gue ketemu sama dia. Jadi, ternyata gue nggak bisa memprediksi bakal bisa seperti ini. Ya pasti, gue bukan Tuhan yang tau skenario hidup.
"Yara?" Gue tersadar dari lamunan, ternyata gue udah di depan gerbang rumah.
"Eh iya?"
"Kamu mikirin apa dari tadi?" Andre ngusap kepala gue pelan. Jantung gue detak nya makin kenceng di giniin sama Andre, apalagi dia manggil gue dengan sebutan kamu.
"Kepikiran Nevan." Gue bisa lihat Andre menghela nafas.
"Kenapa sampai kepikiran? Lagian dia juga nggak bisa apa-apa? Kamu tunangan aku, mau mau gimana pun dia harus tanggung resiko suka sama kamu Yara." Gue menghela nafas pelan.
"Ya udah gue duluan ya Dre, nggak mampir dulu?" Andre melihat jam tangan nya.
"Sebentar aja nggak papa kan? Soal nya gue mau ke kantor dulu." Gue ngangguk.