ㅡJendela BusㅡHari ini, kamu sangat kesal. Bagaimana tidak? Nilai harian Kimia mu dibawah KKM dan yang membuat mu semakin malu adalah ketika yang nilainya rendah dikelas 10 IPA 1 hanya kamu seorang. Dan kamu bersungut-sungut ketika berjalan kearah halte bus yang tak jauh dari rumah.
"Iih! Dasar! Semua nilai Biologi, Fisika, Matematika, Geografi, pada tinggi. Kenapa harus KIMIA?!" Kamu menendang kaleng minuman tepat berada didepan mu. Untung pada saat itu kamu berangkat jauh lebih awal pagi hari ini, jadi masih sedikit orang yang berlalu-lalang di daerah rumah.
Kamu akhirnya sampai di halte, duduk di kursi yang sudah dipenuhi oleh para pekerja kantoran maupun hanya sekadar tempat duduk sejenak. Kamu membuka tas mu dan melihat kembali hasil ulangan, kertas yang sudah remuk dan setengah robek. Sebenarnya kamu sangat prihatin dengan keadaan kertas tersebut, bagaimana lagi. Saat itu kamu sedang diliputi dengan emosi, jadi ya ...
"Hei jangan melamun! Ntar kesurupan." Teman mu, mengagetkan dari arah belakang dengan menepuk punggung mu. Membuat mu terkejut dan hampir saja menjatuhkan kertas yang kamu pegang. "Ngagetin aja! Apa sih?!"
"Ya elah mbak santuy, nyapa doang kok." Jawab temanmu sambil duduk di bangku tepat disebelah mu. "Kalau nyapa tuh baik-baik, ini malah bikin orang jantungan! Kalau aku kenapa-kenapa Emang mau tanggung jawab? Masukin aku keruangan VIP?" Cerocos mu.
"Ya gak mau, ehe." Teman mu hanya tertawa dengan wajah tanpa dosanya.
Beberapa menit, tak terasa bus yang biasa mengantarkan mu ke sekolah sudah tiba terparkir tepat didepan halte. Kamu dan temanmu langsung memasuki bus tersebut.
"(y/n) aku disana ya? Kayak nya ada cogan tuh." Kamu memutar bola mata malas. "Giliran ada cogan? Gencar banget." Kamu menggeleng dan tersenyum memaklumi sifat teman seperjuangan mu itu.
Kamu duduk di bangku nomor tiga dari belakang, kamu ingin menghirup udara segar. Dan kamu berniat ingin membuka kaca jendela di bus, tapi ternyata tidak bisa dibuka. "Kok keras banget sih?" Kamu masih terus berusaha membuka kaca jendela itu.
Dan tiba-tiba saja, seseorang datang menghampiri mu. "Sini, coba saya bantu." Tawar nya, kamu menengadahkan kepala. Seorang laki-laki yang memakai seragam yang sama dengan mu. Tetapi dua tingkat diatas mu, melihat dari warna dasi yang ia kenakan. "Eh? I-iya, ini jendela nya susah dibuka." Kamu sedikit mundur, membiarkan si kakak kelas itu berusaha membantu membuka jendela itu. Ternyata jendela nya tertutup terlalu kuat sampai kakak kelas itu juga susah membukanya.
Tak lama, jendela itu berhasil terbuka lebar. Udara segar melewati kulit sangat terasa. "Oh, kita satu sekolah ya?" Tanya kakak itu seraya duduk di bangku sebelah yang kosong. "Iya ..." kakak itu tersenyum manis dan melihat seragam mu.
"Tunggu, kayak nya saya pernah lihat kamu. Tapi dimana ya?" Kamu hanya tersenyum, tak mengerti. Lagian, kamu merasa wajah kakak ini pun juga familiar. "(y/n) ya?" Kamu menoleh. "Iya, tau dari mana kak?"
"Ternyata, kamu orangnya." Kakak itu tersenyum manis. Kamu semakin bingung apa yang terjadi. "Saya Jungwoo, kamu kenal?" Seketika kamu membelalakkan mata. "Jadi yang namanya Jungwoo itu kakak?!" Tanya mu tak percaya, kamu terkejut.
"Ya, saya Jungwoo. Kenapa?" kakak itu menaikkan sebelah alisnya bingung.
"Ya, gak papa kak. Ehe."
"Ok." Obrolan mu dengan dia behenti sampai disitu, sampai ketika kamu mulai tertarik dengan dia.
//
KAMU SEDANG MEMBACA
Cukup Baby! [ on hold ]
FanfictionSlice of life lika-liku kehidupan, kisah yang akan terwujud dalam cerita yang sering kalian impikan. Let's imagine your dream! Collab ✍🏻 @cloudspinkeu ㅡ @recehreceh ㅡ @baekvocado ©jaeminstwilight 2018