Didalam suatu hubungan, lingkungan sosial, kehidupan bersama, ada satu kekuatan besar yang mengikat. Sesuatu yang menjadi dasar suatu hubungan. Yang menjadi tolak ukur untuk rasa emosional manusia. Yang selalu diagungkan dalam keadilan. Yang darinya bisa menimbulkan perasaan lain.
Ia adalah kepercayaan.
Keyakinan terhadap kebenaran. Hal yang membawa perasaan subjektif dan emosional. Yang menjadi landasan suatu hubungan.
Orang bilang, jangan terlalu mudah menaruh percaya. Jangan terlalu banyak memberi kepercayaan. Karena jika kepercayaanmu sudah melambung tinggi, kamu akan merasa sakit luar biasa ketika dikhianati. Akan ada rasa kecewa yang tidak mudah diobati. Karna pengkhianatan sekecil apapun akan meruntuhkan semua dinding kepercayaan. Dan percayaan yang sudah diruntuhkan, tidak akan mudah dibangun kembali.
Itulah mengapa harga sebuah percaya itu mahal.
Dalam cerita ini, sebuah pengkhianatan terjadi dalam hubungan persahabatan. Yang bukan hanya sebentar dan semudah itu dibangun. Hubungan yang telah terjalin lama oleh kepercayaan yang kuat hari ini runtuh oleh salah satu pihak.
Taehyung, sebagai pihak yang diyakini mengkhianati Jimin berusaha membangun kepercayaan sahabatnya lagi. Mencari keadilan atas kebenaran yang ia yakini.
"Jim, dengarkan aku dulu!"
Tangannya terus berusaha menggapai jemari lentik milik sahabatnya. Mulutnya tak henti membujuk seseorang yang sedang berjalan menghindar. Walau dilihat dari belakang pun, Taehyung bisa melihat betapa kesal dan marah Jimin padanya. Seperti tidak ada peluang untuk Taehyung menjelaskan.
Gep
Taehyung berhasil meraih jemari itu kemudian menariknya paksa membuat sang empu berbalik menghadapnya. Terlihat wajah Jimin dengan pandangan tajam menatapnya. Ia takut sekali, sungguh. Wajah yang selalu memperlihatkan kasih sayang dan ketulusan kini berganti dengan wajah merah padam mengisyaratkan kekecewaan. Membuktikan seberapa besar ia telah mengecewakan.
"Apa! Apalagi yang perlu didengar? Semua sudah jelas. Kau mengkhianatiku Taehyung. Kau mengecewakanku. Bahkan aku tak percaya sahabatku sendiri yang melakukannya!" Jimin menatap Taehyung tajam. Kilatan amarah masih terpancar dimatanya. Meski begitu Taehyung mencoba tetap tenang.
"Kau salah paham, ini bukan seperti yang kau lihat!" Balas Taehyung memberi sanggahan atas tuduhan yang sebenarnya ingin sekali Taehyung tertawakan lelucon konyol pikiran sahabatnya.
Hey, berteman sejak mereka masuk taman kanak-kanak sampai masuk sekolah menengah atas. Apakah tahun-tahun itu belum cukup untuk saling percaya? Apakah waktu panjang yang mereka lalui bersama bisa dilupakan hanya dalam hitungan detik. Apa kepercayaan itu mudah sekali dipatahkan? Untuk mereka yang telah tumbuh bersama.
Rasanya Taehyung juga ingin marah atas semua tuduhan Jimin padanya. Tapi mengahadapi kemarahan Jimin dengan kemarahannya juga tidak akan berhasil. Itu malah akan mempersulit Jimin untuk kembali percaya.
"Mengapa kau harus berbohong jika aku sudah tau yang sebenarnya?" Ucap Jimin melirih. Berganti sorot mata sendu juga bercampur amarah. Pun dengan mata yang berkaca-kaca. Siap menjatuhkan air mata. Sudah cukup membuktikan betapa mengecewakannya ia dimata Jimin.
"Tidak! Dengarkan aku! Kau salah menilainya. Dia.. jahat!"
Jimin tertawa remeh. Maju satu langkah mendekati Taehyung dan menunjuk dada Taehyung dengan jarinya. "Jahat? ku kira kata itu yang pantas untukmu"
Taehyung memalingkan wajahnya jengah. Perkara ini semakin sulit dijelaskan.
"Dengarkan penjelasanku. Dia tak seperti yang kau kenal. Wanita jalang itu tidak pantas untukmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDS (End) (Revisi)
FanfictionKisah persahabatan antara Taehyung dan Jimin yang diwarnai konflik kesalahpahaman. Mempertanyakan kepercayaan satu sama lain. Kebenaran yang disembunyikan menambah rumit permasalahan di antara mereka. Taehyung yang ingin kembali seperti dulu atau Ji...