14. Gaffe°•°•

2.5K 261 85
                                    

Fast up karna banyak yang komen kemaren.

So, Thank you..


Jika harus memilih antara percaya atau tidak. Hoseok dan Namjoon agaknya memilih untuk percaya. Percaya pada apa yang dikatakan Jimin bahwa Taehyung masih bertemu dengannya dan tak menghilang adalah kenyatan. Mereka ingin mempercayai itu, agar perasaan aneh yang belakangan ini selalu menghantui mereka bisa hilang.

Tapi entah mengapa, walau Jimin sudah mengatakan bahwa Taehyung masih bersama mereka, baik Hoseok maupun Namjoon masih tetap merasa aneh. Semacam ketakutan atau kegelisahan tak berarti. Ditambah jika mengingat insiden yang menimpa Jimin beberapa minggu yang lalu. Rasanya ada yang tidak beres.

Entah kenapa, perasaan mereka mengatakan bahwa itu bukan murni kecelakaan saja. Bukan karna Jimin yang ceroboh saat menyebrang jalan atau sopir truk itu yang lalai dalam berkendara. Bukan.

Insting mereka mengatakan hal lain.

Sesuatu pasti terjadi sebelum itu, ditambah kabar tentang Taehyung yang belum mereka dengar secara langsung. Sudah dua minggu rasanya mereka tak melihat Taehyung. Kemana anak itu?

Bukankah itu aneh,

Kecelakaan Jimin, setelah itu Taehyung menghilang.

"Kuharap yang dikatakan Jimin benar" Hoseok berucap lirih

"Hmm, semoga saja. Berpikir positif, mungkin Taehyung sedang ada urusan dengan Seokjin hyung, mangkanya jarang berangkat sekolah. Itu mungkin alasan kita tak pernah menemui Taehyung akhir-akhir ini"

Dan Namjoon berharap apa yang dikatakannya itu benar. Anak itu pasti sedang sibuk dengan Seokjin, atau barangkali sedang mengunjungi salah satu orang tua nya, mungkin.

"Tapi Seokjin hyung juga susah dihubungi. Dia itu fast respon. Tidak mungkin ia sampai mengabaikan panggilan kita sampai berhari hari ini" seru Hoseok agak meninggikan suaranya. Menimbukan tatapan aneh  sesama pejalan kaki disekitarnya.

"Jangan bicara keras-keras. Kau mengundang banyak tatapan pada kita" bisik Namjoon. Ia merasa malu ditatap banyak pejalan kaki seperti itu.

Salahkan mulut Hoseok yang minta dilakban pake plastik.

"Okeoke aku minta maaf. Tapi ucapaku benar bukan?"

"Kita pikirkan itu nanti saja. Sekarang perhatikan langkahmu, jangan sampai kau terjatuh dan membuatku malu untuk kedua kalinya"

"Iya iya, bawel. Seperti ibuku saja"

Namjoon sendiri tak menghiraukan ejekan Hoseok. Sudah kebal dengan nickname apapun yang Hoseok berikan padanya. Contohnya seperti tadi, bawel, atau kutu buku, ensiklopedia berjalan, penyebar parfum ketegangan, dll. Namjoon sabar kok, Namjoon ikhlas.

Tapi, awas saja nanti. Ia tak akan memberikan Hoseok contekan lagi.

Saat ini, mereka memang sedang dalam perjalan pulang kerumah. Dengan berjalan kaki, tidak menggunakan bus langganan mereka saat pulang. Alasannya karna kartu bayar Hoseok habis dan Hoseok kehabisan uang untuk mengisinya lagi. Namjoon sebenarnya mau saja membantu membayarnya, tapi anak itu menolak dan memaksanya ikut jalan bersama. Padahalkan rumah mereka lumayan jauh jaraknya dari sekolah:(

"Berherti"

Langkah kaki Namjoon sontak berhenti kala tangan Hoseok menghadang jalannya.

"Ada apa sih?"

"Kita makan ramen, Yuk!"

Namjoon dibuat cengo dengan ajakan Hoseok yang tiba tiba. Tadi katanya tak punya uang untuk membayar kartu bus, kenapa sekarang malah mengajaknya makan ramen. Dan kebetulan, memang ada kedai ramen tepat disebalah mereka. Apa mungkin karna melihat kedai ini dan menu yang terpampang didepan kedai dengan tulisan diskon bagi yang memesan dua porsi yang membuat Hoseok ingin makan ramen.

FRIENDS (End) (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang