3. Change°•°•

3.6K 306 16
                                    

"Hi, Jim" Sapanya.

Senyum tulus yang membuat semua orang dengan jelas melihat ketulusan didalamnya. Suara berat yang membuat nyaman. Tapi itu tidak berlaku bagi jimin. Suara dan senyum itu terasa begitu palsu baginya. Sangat memuakan hingga rasanya ingin tak mendengar dan melihatnya lagi. Jahat memang, tapi siapa yang tau, ego telah menguasainya.

Ingin sekali ia menjauh dari presensi Taehyung yang menjadi teman semeja. Ingin pindah tapi semua bangku sudah diisi penuh dengan teman mereka masing masing. Ingin bertukar tempat namun ia tak ingin dianggap meninggalkan temannya sendiri karna semua orang tau bagaimana pertemanannya dengan Taehyung yang begitu erat. Ia tak ingin semua orang menganggap nya buruk, jadi dengan terpaksa sekali ia tetap duduk ditempatnya.

Jimin masih ingat betapa ia dan Taehyung selalu bersama. Tak pernah terpisahkan saat pembagian kelompok belajar, berangkat dan pulang sekolah, atau pergi kekantin bersama. Warna persahabatan yang hangat diselingi pertengkaran kecil yang tidak bermakna. Rasa saling peduli sudah seperti saudara kandung. Membagi kisah bersama layaknya ikatan yang sudah terjalin lama. Yang seperti sudah ditakdirkan untuk menjadi sahabat. Dan terkadang membuat iri pasangan teman lainnya.

Ah.. Jimin merindukannya.

Tapi tidak. Mulai saat ini semua akan berubah. Ia sudah bertekad untuk menjauh dari taehyung dan menganggap bahwa ia tak pernah melihat pemuda yang masih menatapnya seperti menunggu sapaan balik. Berharap sekali. Membuang semua kenangan kebersamaan denganya. Dan kini hanya tersisa perasaan kosong yang tidak memiliki jiwa.

"Kau tak menyapaku balik, Jim?"

Tak ada jawaban, Taehyung kembali diabaikan. Sedih sekali melihat sahabatnya bersiap dingin hanya karna masalah kesalahpahaman yang berujung petaka baginya. Mungkin seterusnya ia harus siap terbiasa dengan perubahan sifat Jimin.

"Tak apa, mungkin lain kali. Bagaimana dengan tanganmu? Apa baik baik saja? Atau sakit?"

Taehyung terus bertanya. Tak menyerah walau terus diabaikan. Ia akan terus dekat dengan Jimin walau diusir sekalipun. Taehyung sungguh tak ingin hanya karna masalah kesalapahaan itu membuat hubungan persahaatannya dengan Jimin yang ia bangun lama hancur begitu saja. Dan karna hilangnya kepercayaan Jimin padanya.

Taehyung tidak bisa membiarkan masalah ini terlalu lama. Atau kepercayaan Jimin semakin menipis dan perlahan hilang begitu saja.

"Jim.. "

"Berhenti berbicara" Ucap Jimin tegas.

Taehyung masih melihat mata penuh kemarahan dari cara Jimin menatapnya tajam seperti kemarin. Tak berkurang atau bahkan hilang. Nyatanya setelah kejadian kemarin tidak membuat perubahan.

"Kenapa? Bukankah kau dulu selalu suka saat aku berbicara. Suka menjahiliku. Ada apa denganmu hari ini?"

Taehyung masih berusaha bersikap seperti biasa. Menyembunyikan getar suara dan mengembangkan senyum dibalik hati yang terluka. Namun yang ia dapat adalah tawa remeh darinya. Seolah tak ada yang benar dari ucapannya.

"Apa kau masih tidak sadar? Semua sudah berubah. Kau yang mulai mengkhianatimu dulu. Kau pikir aku baik-baik saja setelah kau mengecewakan kepercayaanku. Sadar lah, Kim. Kita tidak bisa seperti dulu lagi. Anggap saja kita orang asing, yang tidak saling mengenal."

Setelahnya Jimin berlalu pergi begitu saja. Meninggalkan taehyung mematung ditempat.

Tapi sebelum Jimin melangkah keluar, ucapan Taehyung menghentikan langkahnya.

"Apa semudah itu kau kehilangan kepercayaan? Pada sahabatmu?" Tanya Taehyung dengan suara bergetar. Menunduk untuk menyembunyikan air mata yang keluar. Tak sanggup melihat Jimin lagi, terlebih pada balasan yang mungkin akan lebih menyakitkan.

FRIENDS (End) (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang