Perlahan mata itu terbuka, sedikit berat karena cahaya yang menyilaukan langsung menyambut ketika ia dengan susah payah membuka mata. Tubuhnya terasa pegal dan sulit digerakan. Matanya perlahan mengamati seluruh isi ruangan. Dinding bercat putih dan bau aneh asing lainnya. Kemudian sosok disamping ranjangnya menarik perhatian. Tampak tertidur dengan bertumpu pada tangannya yang bebas infus.
"H-hyung!" Panggilnya lirih. Yang tentu tidak dapat didengar oleh orang yang ia panggil 'hyung'.
"Chan Hyung!" Panggilnya sekali lagi. Menggerakkan tangan lain yang di infus untuk menyentuh rambut hyung nya walaupun sedikit susah. Bukan tanpa alasan, tangan yang digenggam hyung nya terasa sulit digerakan. Jimin tak tau apa yang terjadi pada tangannya.
Bebeberapa saat kemudian, ia melihat pergerakan dari Chanyeol. Kemudian tiba-tiba Chanyeol menegakan kepala dan menatapnya terkejut.
"Jimin! Kau sudah bangun? Apa ada yang sakit atau kau perlu sesuatu?" tanyanya dengan nada suara yang lembut. Jimin bahkan sampai terkejut karena nada bicaranya yang tidak seperti biasa. Yang selalu berbicara dengan nada mengejek walau ia tau itu adalah caranya menujukan kasih sayang.
Jimin hanya menjawab dengan gelengan kepala.
"Bagaimana kabarmu? Apa semua baik baik saja? Benar tidak ada yang sakit?" Tanyanya sekali lagi dan sekarang jimin dibuat geli dengan cara bicara nya
"Aku baik baik saja. Dan berhentilah membuat nada seperti itu. Kau menggelikan!" Jawabnya.
"Aku khawatir, asal kau tau! "
Hening beberapa saat. Jimin terdiam sambil berusaha mengingat apa yang terakhir terjadi padanya. Sulit untuk mengingat apa saja yang sudah terjadi. Seperti layar abu-abu tanpa suara. Potongan kejadian terus muncul dengan cepat, tidak bisa Jimin tangkap satupun. Mengapa ia bisa sampai disini dan juga..
Tangannya,
Menggunakan gips?
Melihat adiknya tampak bingung, Chanyeol maju mendekat. Mengusap rambut Jimin kemudian menjelaskan apa yang terjadi. Walau hatinya ragu apakah ia bisa menjelaskan dengan baik dan juga khawatir akan respon yang akan ia dapat.
"Kau hampir tertabrak mobil kemarin malam. Beruntung tudak ada luka parah. Hanya saja tulang tanganmu sedikit patah, jadi untuk sementara waktu harus menggunakan benda itu"
Selesai menjelaskan, ia perhatikan raut wajah Jimin. Adiknya itu hanya diam tanpa respon apapun. Ia sengaja memberinya jeda untuk Jimin memahami. Tetapi setelah beberapa saat, Jimin tidak juga memberi respon. Ia hanya terdiam sambil memandang tangannya. Khawatir terjadi sesuatu, Chanyeol menggenggam pundak adiknya.
"Ada apa?"
Sekali lagi Jimin tidak menanggapi. Membuatnya kini dilanda takut. "Hey, ada apa?" Tanyanya lagi dengan suara yang sengaja lebih keras.
Seperti tersadar akan sesuatu, Jimin hanya memandang sekilas kearahnya lalu menggelengkan kepala tanpa mengatakan apa-apa. Kali saja Jimin sedang berusaha mengingat kejadian kemarin, pikir Chanyeol.
"Tidak apa-apa. Tanganmu pasti bisa digerakan lagi" Kata Chanyeol kemudian.
Jimin hanya menganggukan kepala sebagai tanggapan. Kembali terdiam dengan pikiran menerawang kebelakang. Mengingat lebih dalam kejadian sebelum ia mengalami kecelakaan. Ingatan tentang bagaimana Taehyung mengkhianatinya.
Bukan apa yang terjadi pada tangannya yang menjadi fokus pikiran. Ia tak masalah menggunakan benda tak nyaman itu melekat ditangan. Tapi bagaimana dengan hatinya. Yang sudah terlanjur kecewa dengan perbuatan Taehyung. Yang terlanjur tidak percaya pada apapun yang akan Taehyung katakan. Dan saat kakaknya membicarakan Taehyung, Jimin berusaha untuk menutupi amarah yang sempat padam. Akan menjadi tanda tanya jika Jimin tiba-tiba marah saat nama Taehyung disebutkan. Padahal Chanyeol tau kedekatan Jimin dengan Taehyung.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDS (End) (Revisi)
Fiksi PenggemarKisah persahabatan antara Taehyung dan Jimin yang diwarnai konflik kesalahpahaman. Mempertanyakan kepercayaan satu sama lain. Kebenaran yang disembunyikan menambah rumit permasalahan di antara mereka. Taehyung yang ingin kembali seperti dulu atau Ji...