|AWARE|Tiga Belas

18 6 0
                                    

"Eh kita penasaran sama perkataan lo pas tadi di sekolah"ujar Ririn saat sudah membereskan sisa sampah dari bungkus hadiahnya.

"Iya gue penasaran"sahut Riffany sambil menaiki ranjang dan bersila menghadap ke ketiganya diikuti Refa yang sama sudah membereskan sisa sampah dari bungkus hadiahnya.

Rere pun mengambil nafas panjang dan menceritakan sejelas dan serinci saat awal ia berani mengungkapkan perasaannya sampai ia berniat pindah rumah.Juga rencana yang harus ketiganya tahu.

"Jadi gara gara si tiga nenek lampir itu lo pindah?"marah Refa setelah tahu alasan kenapa Rere pindah.

"Kenapa lo gak bilang ke kita kalo lo di ancam?"tanya Ririn emosi.

"Iya kenapa?"sahut Riffany.

Yang di pikirkan Rere sebelum memberi tahu ketiganya ternyata benar.

Mereka pasti marah saat sudah mengetahuinya.

Tapi ada alasan lain lagi mengapa ia dulu ingin pindah.

"Aku mohon kalian jangan marah.Memang itu alasan aku mengapa aku pindah pas dulu.Tapi ada alasan lain lagi yang membuatku semakin mantap buat pindah sekolah dan pindah rumah"jelas Rere kemudian tersenyum sambil menampilkan seringai di bibirnya saat perkataaanya yang terakhir tadi.

"Balas dendam"gumamnya tapi masih bisa terdengar oleh ketiganya.

Ketiga menautkan alisnya karena bingung balas dendam apa yang Rere maksud.

"Gue gak ngerti"cerca Ririn.

"Sama"ujar yang lain berbarengan.

Rere menyuruh mereka mendekat dan memberitahu kepada mereka balas dendam dan rencana apa yang akan di susun nantinya.

Setelah ketiganya mendapatkan penjelasan dari Rere mereka mengangguk paham dan menampilkan smirk di bibirnya.

Entah rencana apa yang di susun mereka hingga mereka menampilkan senyum smirknya.

"Gue gak sabar kapan tanggal mainnya"ujar Refa diiringi senyum seringainya.

"Tidak akan lama"sahut Rere enteng.

"Eh aku kepo nih.Satu tahun kalian di sekolah gimana ada hal hal yang seru atau apa gitu?"Rere memulai obrolan karena memang ia sudah penasaran dengan kabar di sekolah atau hal yang terjadi oleh  ketiganya.

"Sama aja sih.Gak ada yang beda.Belajar,ke kantin ,belajar lagi,tidur kalo lagi gak ada guru atau nyontek yang udah jadi rutinitas kita bertiga kalo lagi ada tugas.Bedanya sih kita nyontek sekarang ke Riffany,dulu kan ke lo"jelas Ririn.

Rere mengangguk paham,tak lama kemudian Refa mulai berbicara.

"Ada bahkan buat kita bertiga selalu emosi"sahut Refa.

"Apa?"tanya Rere penasaran sembari menatap ke arah Refa.

"Gue paling emosi sama geng si nenek lampir itu. Hampir tiap hari mereka ganggu kita di kantin. Awalanya sih enggak tapi gak lama pas lo pindah dari sekolah Riffany gak sengaja ngomong yang buat gengnya marah apalagi ketuanya tuh."Jelas Refa.

"Gimana gue gak ngomong kalo gue teurs terusan liat si nenek lampir nempel mulu sama Riaz. Gue risih liatnya tahu gak. Apalagi gue juga liat Riaz yang gak nyaman sama perlakuannya Vaisa"sambung Riffany.

Rere tersenyum dan terdiam saat mendengar nama Riaz yang disebutnya tadi.

Saat mendengar namanya membuat Rere sakit apalagi mengingat perkataanya dulu yang membuat dadanya semakin sesak,tapi ia tahan.

Karena ia yang dulu beda dengan ia yang sekarang.

Dulu ia pemalu atau cengeng tapi setelah satu tahun kemudian ia menjadi percaya diri dan bisa menahan rasa sakit dihatinya.

Karena cemoohan orang orang bisa membuat kita sakit hati tapi bisa juga membuat kita bangkit.

Itu lah yang ia pelajari dari semuanya,cemoohan bahkan hinaan yang menusuk hatinya bisa membuatnya bangkit dan membuat dirinya lebih baik dibanding mereka yang menghinanya.

Mereka terus bercerita yang menurut mereka menyenangkan untuk dibahas.





Assalamu'alaikum teman😊
Apa ya kira kira rencananya?
Lanjut aja yaaa ke part berikutnya
Semoga suka😊

AWARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang