"Lo berikan hak gue, dan kita nggak akan lagi musuhan." Ucap sosok misterius yang sedang mengenakan hoodie.
"Cih!" Decih Raja menatap rendah manusia didepannya.
"Lebih baik nggak ada kata teman diantara lo dan gue, dari pada gue harus jadi orang yang nggak tahu malu kayak lo." Sengit Raja dengan bersedekap dada.
Pembicaraan yang hanya terlibat antara dua orang itu tidak setenang yang biasa dipikirkan. Masing-masing dari keduanya memiliki aura dingin tersendiri yang mampu membuat keadaan sunyi dalam keramaian.
"Kesalahan terbesar gue waktu itu adalah diam disaat gue di injak, tapi sekarang lo nggak bakal ketemu lagi dengan sosok itu, karena sosok itu sudah lahir dengan jiwa yang baru."
"Jiwa yang kapan saja bisa membuat lo hancur berkeping-keping." Raja menyunggingkan smirk yang jarang orang lain lihat, cowok dengan jabatan ketua Lynster itu nampak selalu siap untuk menyiksa lawan didepannya hingga tertunduk tak berdaya.
Menunggu waktu yang tepat, dan baru kali ini Raja mau mentoleransi maut seseorang.
"Lo ingat, lo nggak bakal bisa sakiti gue. Karena kejadian itu sudah menyebar disetiap tangan anak Diazpora. Sekali sentuh, sedetik kemudian akan menyebar, boom!!!" Angga tersenyum kemenangan.
"Lo bangga berpijak dengan benda mati yang kapan saja pemiliknya bisa renggut itu? Pecundang, kah, anda?"
"Terserah apa kata lo. Intinya, sebelum keinginan gue terpenuhi, semuanya akan tetap sama."
"Dan lo hanya bisa melihat tanpa bisa masuk kedalam. Semua sama, lo nggak bisa masuk merusak apapun, dan walaupun itu akan terjadi, gue nggak bakal biarin lo bernafas tenang!" Raja membalikkan badannya, bersiap pergi dari sana.
"Sebelum semuanya terlambat, lebih baik lo akhiri." Peringat Raja lagi sebelum ia benar-benar pergi dari sana.
Kedatangan Raja pada teman-temannya membuat cowok itu mendapatkan tatapan penuh tanya. Denska, Gavin, Nico, dan Iqshan -keempat cowok itu hanya menunggu Raja dari luar gedung bersama beberapa anggota Diazpora yang juga tengah menunggu pimpinan mereka.
"Baginda, kunaon? What happened?" Tanya Gavin yang sudah sangat penasaran.
"Masalah kecil." Jawab Raja sekenanya.
"Kamu anggap aku apa, sih, mas, sampai kamu tak ingin jujur padaku?" Sahut Nico dengan wajah dibuat sesedih mungkin.
Raja hanya diam membisu, cowok itu lebih memilih memalingkan wajahnya. Merasa paham, Denska sang wakil Lynster-pun membuka suara.
"Kita siap dengerin apapun yang ingin lo katakan disaat lo siap nanti, jangan larut sendirian, karena kita bukan sekedar dari sahabat." Ucapan Denska mampu membuat Raja menatap satu-persatu teman-temannya dengan helaan nafas kasar.
"Thanks."
...
"Kanjeng Ratu, kemarin Baginda Raja ngomong apaan, sih?" Tanya Danela semangat, karena gadis itu harus menunggu semalaman baru bisa bertanya pada sang empu.
"Yaampun, gue baper masa saat tangan lo dipegang sama dia, terus diajak pergi berdua gituuu." Ucap Grace histeris dengan kedua tangan menopang dagunya.
"Lo baper disuruh jadi pembantu?"
"Hah?!" Keduanya menoleh cepat menatap Ratu.
"Gue kira lo berdua waras, ternyata nggak. Masa dijadiin pembantu secara paksa bukannya sedih malah baper." Ucap Ratu balik menatap kedua sahabatnya tidak mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raja & Ratu [SUDAH TERBIT]
Teen FictionTeka-teki + Romance + Thriller + Nyesek, jadi satu campur aduk :) Raja Glovaro, sosok ketua dari geng Lynster yang sangat misterius. Hati-hati dengannya, terkadang dia baik terkadang juga sebaliknya. Egonya yang setinggi langit tidak ada yang boleh...