20 Raja & Ratu - Prihal Rasa yang Ada

109K 7.1K 565
                                    

Sosok gadis dengan surai tergerai itu tengah mendudukkan dirinya di rooftop milik sekolah. Netra abu-abunya yang menatap lurus tanpa berkedip pada bangun ibu kota yang menjulang tinggi tersebut, cukup jelas menjadi saksi bahwa pikiran dan hatinya tengah bersautan dan sangat kacau.

Seharusnya, Ratu tidak patut selarut ini dalam kesedihannya prihal Raja. Namun entah apa yang telah hatinya intruksikan pada dirinya sehingga membuat perasaan gadis itu merasa sakit.

Pernahkah kalian? Diposisi dimana kalian sadar bahwa kalian tengah mencintai seseorang. Namun sosok yang kalian cintai itu sepertinya tak mungkin untuk kalian gapai, bahkan kalian sendiri tak pernah berpikir bahwa akan bersama. Tiba hingga sosok itu datang sendiri dengan ucapan manis yang membuat kalian terpekik senang, lalu sedetik kemudian waktu mengguncang keadaan yang berakhir kau dilupakan, pernah seperti itu tidak?

Salah siapa?

Padahal dari awal sudah sadar diri untuk tidak berharap lebih padanya.

Salah kita yang terlalu percaya atau bagimana?

Kembali pada Ratu, netra menyala miliknya masih sama, masih menatap lurus kearah gedung pencakar langit milik kota Jakarta. Hembusan angin dan kesunyianlah temannya sekarang, rasa sesak dan pikiran berkecamuklah yang menguasainya sekarang. Ingin rasanya ia menangis dan berteriak sekencang mungkin, namun ia tidak tahu untuk apa tangis dan teriakan tersebut.

“Ratu.”

Panggilan tiba-tiba dengan nada pelan tanpa emosi itu belum bisa mengalihkan pusat perhatian gadis jemawa tersebut.

Suara derap langkah mulai mendekat, walau Ratu bisa mendengarnya, namun perasaan tidak ingin tahu lebih mendominasi keadaan gadis itu sekarang.

“Ratu.” Panggil sosok yang sama dengan cekalan pelan pada bahunya.

“Kenapa lo kesini?” Tanya Ratu dingin pada akhirnya.

“Gue minta lo jangan marah.” Ucap sosok tepat dibelakang Ratu.

“Gue nggak marah.” Jawan Ratu seadanya.

“Terus kenapa lo pergi?”

“Gue cuma nggak ngerti sama mood gue aja.” Tutur Ratu lagi dengan sangat santai.

“Orangnya disini, kalau ngomong tatap mata gue.”

“Lagi males.”

“Lo kenapa, sih?”

Pertanyaan dari sosok tersebut sontak membuat Ratu tertawa hambar.

“Nggak kenapa-napa, gue lagi capek aja.”

“Lo bisa nggak, kalau ngomong liat wajah gue?!” Sarkas Raja yang langsung menarik paksa Ratu agar berdiri dari duduknya.

Ratu diam dengan sejuta kebencian dari manik matanya. Gadis itu telah memberikan tatapan mata yang sejak tadi cowok itu inginkan seraya menunggu ucapan selanjutnya dari seorang Raja Glovaro.

“Lo kalau mau semuanya diselesaikan jangan sembunyi, ngomong baik-baik sini sama gue.”

“Gue nggak sembunyi, gue cuma perlu waktu buat mencerna itu semua.”

“Gini aja, deh. Mending habis ini lo nggak usah usik hidup gue lagi, dan sebaliknya gue nggak akan ganggu urusan lo.” Ucap Ratu yakin dengan mata dibuat seberbinar mungkin.

Pernyataan Ratu tersebut membuat sorot elang Raja kian menajam, ditatapnya Ratu dengan emosi meluap.

“Lo pikir segampang itu?!” Bentak Raja untuk kesekian kalinya.

“Lo pikir gue manusia apa yang bisa lo perlakukan seperti itu?!” Balas bentak Ratu dengan nafas kembali memburu.

“Gue udah capek, gue nggak mau melanjutkan drama ini lagi. Akhiri semuanya sebelum terlambat!” Imbuh Ratu lagi. Tepat saat gadis itu menyelesaikan ucapannya, disitulah air matanya turut menetes.

“Gue nggak bisa mengakhiri ini semua.”

Nada suara Raja kembali memelan, mengakibatkan suara serak khas cowok itu terdengar. Dengan tangan gemetar ia mengusap pelan air mata Ratu, sungguh ini pertama kalinya ia melihat gadis itu menangis.

Raja menghela nafas kasar, lalu menumpukan wajahnya tepat diatas pucuk kepala Ratu. Dengan sekali gerakan, cowok itu langsung merengkuh punggung bergetar didepannya dan memeluknya dalam.

Tidak ada lagi kata-kata yang bisa diutarakan, selain isak tangis yang terdengar. Keduanya saling terikat namun tetap menolak takdir untuk bersama.

“Gue nggak pernah sepeduli ini sama siapapun, tolong lo jangan pergi dulu sebelum gue sendiri ngerti sama perasaan yang sedang gue alami.” Tutur Raja disela dekapannya.

Mendengar itu, Ratu melepas paksa pelukan dari sang Raja.

“Jadi maksud lo, setelah lo udah tau apa yang tengah lo rasain, baru gue boleh pergi?” Tanya Ratu dengan tatapan tidak mengerti kepada Raja.

Raja diam sejenak, cowok itu juga tidak mengerti dengan jelas atas maksud ucapannya. Sebenarnya ia juga tidak ingin Ratu pergi disaat ia kelak telah menyadari akan perasaan yang tengah melandanya sekarang. Namun untuk menjelaskan itu pada Ratu, Raja tidak memiliki kata-kata yang bisa dirangkai.

“Jadi kesannya itu seperti habis manis sepah dibuang gitu nggak, sih?” Imbuh Ratu lagi dengan alis bertautan.

Masih sama, Raja nampak masih terdiam atas pertanyaan yang gadis itu lontarkan.

“Oh tenang, gue siap bantu, kok. Dan untuk merasa bersalah, lo nggak perlu khawatir, gue nggak akan nyimpan dendam untuk lo.”

“Buk—“

“Iya tau, lo itu orang yang nggak pernah salah. Harusnya gue pasang telinga disaat lo bilang itu sama gue. Dan untuk semua ini, tenang ini salah gue, lo nggak pernah salah jadi ini semua salah gue.” Potong Ratu diikuti dengan tawa sumbangnya.

“Rat—“

“Udah ya, kita sambung cerita ini nanti aja. Karena sekarang udah mau masuk.” Pungkas Ratu lagi yang tak membiarkan Raja untuk membuka suara seraya melenggang pergi dari sana.

Mengalah bukan berarti kalah. Semua orang pasti sudah tahu akan kata-kata tersebut, dan Ratu ingin menjadi salah satu gadis yang ingin berpikir seperti itu. Lagi pula apa salahnya kita menurunkan sedikit ego dengan kenyataan yang ada?

Jika kedua kubu sama-sama keras kepala dan tidak ada yang mau mengalah dan mundur, maka selamat, selamat menikmati kehancuran yang kita buat, baik itu dari kesalahan sendiri ataupun dampak dari orang lain.

Sesungguhnya, semakin kesini Ratu semakin paham tentang arti dari kata mengalah, walaupun sebenarnya itu sangat sulit dilakukan. Terkadang memang ada masa dimana kita tidak bisa menentang keadaann, setidaknya ia sekarang mengerti akan indahnya berbagi rasa dan simpati terhadap orang sekitar. Ternyata, kemauan kita yang ditentang sama orang lain itu rasanya menohok sakit, terasa ingin bernafas tapi takut oksigen habis.

“Kanjeng, kok mata lo sembab gitu?” Tanya Danela pada Ratu yang baru tiba dikelas dengan perasaan kepo karena sejak tadi ia tidak melihat dimana Ratu berada.

Ratu menggeleng sebagai jawaban.

“Kanjeng jan diem aja dong, kita jadi bingung nih.”

“Udah ah, ntar aja bahasnya, gue capek mau tidur.” Jawab Ratu malas seraya menelungkupkan kepalanya dimeja.

Grace dan Danela hanya bisa saling pandang untuk menghadapi perubahan sikap Ratu, kedua gadis itu memilih bungkam dari pada menambah masalah.

Maaf GAJE, maaf juga beberapa hari ini berantakan jam update-nya.

Stay tune dan jangan bosen menunggu kelanjutan dari cerita Raja&Ratu :)

Raja & Ratu [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang