Enam Belas

9.2K 1.2K 122
                                    

Tinggal 5 hari lagi, nih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tinggal 5 hari lagi, nih. Sudah ikutan PO belum?

Info lebih lanjut bisa cek ig yusniaikawijaya

###

"Lalu, Mas berada di kubu mana?"

Rajasa seketika terdiam, ia tak menyangka jika gadis di depannya itu akan melemparkan pertanyaan yang yang cukup mengagetkan itu. Setelah menarik napas dalam Rajasa membuka suara,"Jika aku menyukai seseorang, maka aku akan mengajaknya untuk berkomitmen menuju hubungan yang lebih serius."

Pita mengerutkan kening. "Pacaran, maksudnya?"

Rajasa menanggapi dengan gelengan.

"Aku akan mengajaknya menikah. Tentu saja setelah mendapatkan restu dari kedua orang tuanya juga orang tuaku," jawab Rajasa yakin menatap lawan bicaranya.

"Masak belum apa-apa sudah ngajak nikah, Mas. Kan belum tentu ada kecocokan. Harus saling kenal dulu, tahu karakter dan pribadi masing-masing."

"Memang ada tahap itu. Tapi bukan berarti pacaran kan? Percuma pacaran terlalu lama jika akhirnya kita hanya akan menjadi penjaga jodohnya orang."

Pita seketika mengerucutkan bibirnya. Dalam hati ia membenarkan apa yang diucapkan Rajasa.

Tepat pukul tujuh, Rajasa dan Pita keluar dari kamar masing-masing. Saat sosok Rajasa berdiri di hadapannya, Pita seketika mengumpat dalam hati. Bagaimana mungkin dress di bawah lutut yang ia kenakan terlihat senada dengan kemeja yang Rajasa pakai. Pantas saja Rajasa bersikeras membelikan dress itu tadi siang. Jika ia memakai dress batik pemberian ibu Dian tentu saja mereka tidak akan terlihat seperti layaknya pasangan.

"Sudah siap?" suara Rajasa mengusik Pita dari pikirannya yang mulai menjalar. Gadis itu hanya mengangguk lalu berjalan bersisian di samping pria yang terlihat gagah dengan penampilannya.

Selama mengenal Rajasa satu minggu ini, Pita hanya melihat Rajasa dalam tampilan kasual, maka saat ia mendapatkan pemandangan berbeda mau tak mau Pita hanya mampu menepuk-nepuk dadanya pelan, mencoba menghilangan kegugupan yang entah karena apa ia juga tak tahu penyebabnya.

'Ya ampunnn... kenapa ada makhluk seksi yang terlihat begitu nyata,' Pita berkali-kali mengucapkan kalimat itu dalam hati. Bagaimana tidak seksi, dengan tubuh tegap berkulit kecoklatan akibat terlalu sering terpapar sinar matahari, pria itu terlihat semakin ..., entahlah. Menggiurkan mungkin adalah kata yang tepat. Jangan lupakan juga rahang kokohnya yang terlihat mulai ditumbuhi bulu-bulu halus. Duh, Pita jadi ingin menjulurkan tangan demi bisa merasakan sensasi bulu-bulu halus itu di jemarinya. Pita benar-benar sudah gila.

***
Pesta pertunangan Edo, sahabat Rajasa berlangsung meriah. semua orang terlihat bahagia. Pita tak sedikitpun menjauh dari Rajasa, ia takut jika sampai menjauh, ia akan kesulitan menemukan Rajasa kembali karena saking banyaknya tamu undangan di ballroom hotel itu. Pita sempat berdecak, bagaimana mungkin pesta pertunangan bisa semeriah ini? Ini baru pertunangan lo ya, belum pesta pernikahan. Entah apa profesi kedua orang tua pasangan yang bertunangan itu hingga mengadakan acara pertunangan semewah ini. Di hotel berbintang pula. Ataukah Pita saja yang terlalu udik hingga ia tak pernah tahu hal-hal seperti ini? Entahlah.

Setelah memberikan ucapan selamat kepada pasangan yang berbahagia di depan sana, Pita dan Rajasa segera menikmati hidangan yang sudah tersedia.

Pita tak segan mengambil makanan apa saja yang ia suka, peduli amat dengan Rajasa yang mungkin bisa saja menganggapnya gadis berperut karet, ia tak peduli. Hidangan di depan mata begitu lezat, sayang jika dilewatkan begitu saja. Toh belum tentu ia akan bisa kembali menikmati makanan-makanan yang tersaji di sana.

"Aku senang kalau lihat cewek nggak jaim saat makan," kalimat itu terlontar saat Pita telah menyelesaikan menikmati puding di hadapannya.

"Mas Rajasa ngeri ya lihat makananku," mau tak mau wajah Pita terlihat mulai memerah.

"Nggak kok, Pit. Porsi makan kamu masih dalam ukuran wajar kok. Biasanya cewek kalau makan jaga banget. Tidak semua makanan akan dinikmati. Alasan klasik, mereka tidak mau berat badannya bertambah."

"Kalau aku sih mau makan porsi tukang bangunan sekalipun tetap nggak bakalan nambah berat badan aku, Mas. Makanya aku nyantai,  makan apa aja yang aku mau," Pita terkekeh.

"Bagus lah kalau begitu. Aku nggak terlalu kepikiran jika ingin mengajak kamu keluar untuk sekedar makan." Pita lagi-lagi terkekeh.

Pukul sembilan acara pertunangan itu berakhir. Rajasa dan Pita berpamitan pada pasangan yang terlihat bahagia itu sebelum mereka meninggalkan ruangan.

Setelah mengemas barang-barang, merekapun akhirnya meninggalkan hotel. Pita sebenarnya merasa sedikit keberatan. Ia kembali menyarankan agar mereka menginap saja di Surabaya, keesokan pagi baru kembali ke Malang. Bukankah jarak Surabaya-Malang tak begitu jauh. Pita merasa kasihan jika pria itu nantinya begitu tiba di Malang akan kembali menginap di hotel. Terlalu banyak uang yang terpakai untuk biaya penginapan bagi pria itu.

Namun, lagi-lagi Rajasa menolak. Pria itu sepertinya tak pernah mempermasalahkan uang. Yah, salahkan saja si Pita yang begitu perhitungan. Maklum saja begitu mengetahui tarif kamar yang harus Rajasa bayar beberapa saat lalu membuatnya seketika melotot tak terima. Uang dengan jumlah sebesar itu bisa memenuhi kebutuhan hidupnya selama satu bulan lebih.

Selain itu Rajasa juga tak ingin mereka terjebak di dalam hotel dengan Pita berdua, yah meskipun tentu saja dengan kamar berbeda. Tapi tetap saja pria itu mengatakan merasa tak nyaman. Mereka tak memiliki hubungan keluarga, sangat tidak bijak jika harus membawa Pita menginap di hotel yang sama dengannya.

Dua jam kemudian Pita sudah tiba di indekostnya. Untung saja gadis itu sebelumnya telah menghubungi pemilik indekost dan meminta izin pulang terlambat jadi Pita masih bisa masuk indekostnya meskipun hari sudah demikian larut. Pemilik indekost tak mempermasalahkan hal itu tentu saja setelah Pita mengatakan alasan keterlambatannya.

Setelah mengucapkan terima kasih dan berpesan untuk berhati-hati pada Rajasa, Pita segera menuju kamarnya. Ia harus mengistirahatkan tubuh lelahnya setelah seharian hanya duduk di atas kendaraan yang disopiri Rajasa.

Lagi pula, sebelum Rajasa pergi tadi pria itu mengatakan ingin mengajak Pita untuk sekedar jalan-jalan seusai urusan pekerjaannya selesai esok hari. Pita tak sabar menunggu hari esok segera tiba. Duh, sepertinya Pita akan kembali bisa menikmati liburan gratis kali ini. Yah inilah yang di sebut dengan Rezeki anak shalehah.

###
Yang nunggu Riverside, sabar ya. Lagi macet😆😆😆.

Ketemu juragan tembakau aja ya. Biar tahu kerennya pria-pria Madura. 😄😄

CINTAKU TERHALANG STRATAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang