Dua Puluh Enam

9.6K 1.2K 167
                                    

Yuk ikutan PO Juni dan Isi Dompetmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yuk ikutan PO Juni dan Isi Dompetmu. Dan kenalan dg tiga orang dengan tiga sifat berbeda ini.

Juniandra Wardhana (Juni) : Wanita cantik yang mandiri nan sukses yang mempunyai banyak cara untuk menghabiskan isi dompetnya. Prinsipnya, selagi masih punya uang kenapa tidak dinikmati.

Biantoro Atmojo (Bian) : Bos Juni yang baru saja menyandang status duda akibat ditinggal mati istrinya yang selingkuh. Pria matang kalem yang hidup lurus dan setia.

Bhumi Prasojo (Bhumi) : Kekasih Juni, tapi mempunyai sifat bertolak belakang dengan Juni. Pria mapan nan tampan. Namun, terlalu menyayangi isi dompetnya.

Apa jadinya jika 3 karakter ini ada dalam satu kisah?

Juni Dan Isi Dompetmu jawabannya!
Open PO  guys 5-20 Agustus 2020.

###

Hari berlalu dengan begitu cepat. Seminggu setelah wisuda, Dian dan Pita kembali pulang ke kampung halaman mereka masing-masing, tentu saja setelah semua urusan administrasi mereka di kampus selesai termasuk pengambilan ijazah, transkrip nilai juga beberapa hal yang lainnya. Untung saja Pita sudah menerima ijazah sebelum wisuda, gadis itu memang lebih cepat menyelesaikan proses yudisiumnya beberapa saat lalu dari pada Dian. Sehingga tentu saja ijazahnya keluar lebih dulu.

Kamar kost mereka juga sudah dikosongkan dan mereka pun berpamitan pulang kepada induk semang indekost masing-masing juga para penghuni kost yang mereka tinggalkan.

Satu hal yang patut Pita syukuri, setelah kepindahannya kali ini, ia akan kembali menjadi anak kost lagi. Namun bukan di Malang tapi di Surabaya. Gadis itu sempat mengajukan lamaran pekerjaan di salah satu perusahaan ekspedisi muatan kapal laut sebelum wisuda.  Dan dua hari setelah wisuda ia mendapatkan panggilan untuk melakukan wawancara dan berakhir dengan kabar gembira jika bulan depan--yang tinggal sekitar tiga minggu lagi--ia bisa mulai bekerja di perusahaan yang berlokasi di Surabaya itu.

Satu minggu setelah Pita kembali ke kampung halamannya, keluarga Ical juga merealisasikan niat mereka untuk meminang Pita. Hampir seluruh keluarga besar Ical turut serta. Bahkan Rajasa dan kedua orang tuanya pun tak ketinggalan.

Pria itu dengan berbesar hati mengantarkan sang sepupu untuk meminang calon istri yang juga diinginkannya.

Ia sudah pada titik puncak perjuangannya. Tiga hari sebelum Pita dan Ical bertunangan Rajasa nekat menemui kedua orang tua Pita. Memohon izin juga menceritakan semuanya, namun jalan buntu yang ia temui.

Orang tua Pita tak mungkin berani memutuskan hubungan yang baru saja mereka mulai dngan keluarga Ical. Apalagi keluarga Rajasa tak menunjukkan niat untuk memulai hubungan dengan Pita. Mereka jelas tak mau anak kesayangan mereka disia-siakan dan tak mendapatkan perhatian di keluarga Rajasa.

Semuanya sudah terlambat. Jalan yang Rajasa tempuh sudah terlanjur salah. Jika ia memang menginginkan Pita sebagai pendamping hidupnya, seharusnya ia sedari awal meluruskan kesalah pahaman yang terjadi. Bukan hanya duduk diam dan baru bertindak setelah semuanya begitu sulit untuk diatasi.

"Terima kasih banyak sudah mengizinkan aku menjadi bagian hidup kamu, Pita. Semoga kita berjodoh dan akan saling menyayangi juga mencintai selamanya." Kalimat itu keluar dari mulut Ical sesaat setelah pria itu memasang cincin di jari manis Pita.

Seketika saja Pita meneteskan air mata. Pria baik hati di hadapannya ini begitu tulus tak seharusnya ia masih memikirkan Rajasa.

"Aku juga berterima kasih. Mas Ical dan keluarga mau menerimaku apa adanya," balas Pita pelan. Tangan Ical terulur untuk menghapus air mata Pita namun diurungkannya. Ia tak berani melakukan itu. Ia tak pernah bersentuhan dengan wanita sebelumnya. Rasanya tak pantas jika ia harus menghapus air mata gadis yang semoga saja akan segera menjadi istrinya itu.

"Sudah ya nangisnya. Nanti make upnya luntur." Sebuah pelukan hangat tiba-tiba Pita rasakan. Laily, ibu Ical yang melakukannya. Wanita itu juga menghapus air mata Pita perlahan menggunakan kertas tisu di tangannya.

"Selamat datang di keluarga kami. Semoga kebahagiaan selalu kalian dapatkan." Wanita itu memeluk Ical dan Pita bersamaan dengan kedua tangannya. Dian pun menyusul tak lama kemudian.

"Tinggal selangkah lagi. Ntar akhirnya aku panggil Mbak Pita." Semua orang ikut tersenyum mendengar kalimat Dian.

"Kenapa kalian nikahnya nggak barengan sama Mas Raihan aja. Kan enak. Sebentar lagi biar cepat resmi. Sekarang banyak tukang tikung. Bisa bahaya kalau salah satu di antara kalian sampai kena." Dian berbicara ringan tanpa sadar jika Pita merasa sedikit tercubit. Ya, Pita takut hatinya goyah dan akhirnya berlari mendatangi Rajasa.

Rajasa yang juga berada tak jauh di sana sepertinya mendengar perkataan Dian. Pria itu tak merespon, hanya duduk diam seolah tak mendengar apapun.

Tak lama setelah itu satu persatu keluarga besar Ical memberikan ucapan selamat. Tak ketinggalan kedua orang tua Rajasa. Pasangan paruh baya itu hanya menyunggingkan senyum seadanya. Bahkan Suryo, ayah Rajasa enggan menarik bibirnya untuk hanya sekedar memberikan senyuman pada Pita yang tak berani memandang mereka berdua.

Diam-diam ibu Pita mengamati interaksi putrinya dengan kedua orang tua Rajasa. Senyum sendu ia ulas. Mereka sudah tepat mengambil keputusan ini. Kebahagiaan putri mereka ada di keluarga Ical yang begitu menyayangi Pita. Bukan di keluarga Rajasa. Pasti tak lama lagi gadis itu akan segera melabuhkan hatinya pada Ical.

"Oh, ya, Nak. Ibu dengar kamu sudah mendapatkan pekerjaan di Surabaya ya?" Laily bertanya setelah semua acara usai dan mereka hanya duduk santai sambil menikmati makanan yang disajikan. Beberapa kerabat Pita dan Ical tampak membidikkan ponsel mereka untuk mengambil foto.

"Iya, Bu. Dua minggu lagi Pita akan pindah ke Surabaya. Pita sudah harus mulai bekerja." Pita menjawab pelan diiringi senyuman di bibirnya.

"Selamat atas pekerjaan baru kamu. Ingat nanti kamu jauh dari orang tua dan keluarga. Jaga diri baik-baik. Selalu kabari keluarga di rumah. Dan jangan segan untuk menghubungi Ibu, Dian atau juga Ical. Oh ya, barang-barang kamu sudah di bawa ke Surabaya?"

"Sudah, Bu. Cuma baju-baju dan beberapa barang pribadi saja yang akan sekalian saya bawa jika sudah pindah."

"Biarkan Ical nanti yang akan mengantar kamu kalau pindah. Ya, Cal?" Laily menepuk paha putranya yang duduk di sebelahnya.

"Mas Ical kan harus kerja, Bu. Nanti justru merepotkan." Pita masih merasa sungkan jika harus merepotkan calon keluarga barunya.

"Kalau sama calon istri nggak ada merepotkan, Pit. Yang ada malah justru senang." Ical menjawab dengan senyuman.

"Tapi kamu jangan aneh-aneh kalau cuma berdua saja sama Pita." Laily memandang tajam putranya yang dibalas Ical dengan mengangkat telapak tangannya menunjukkan sikap hormat sambil berkata, "Siap, Bos!"

"Nanti Ibu akan meminta izin ke ayah kamu, Nak. Biar Ical bisa mengantar kamu ke Surabaya. Oh ya sekalian satu minggu setelah itu kan pernikahan Mas Raihan. Nanti kamu akan dijemput. Ayah dan Ibu kamu juga diundang. Kalian semua harus datang ya." Pembicaraan hangat dan menyenangkan itu terus bergulir hingga akhirnya tiba waktu keluarga Ical untuk berpamitan.

Pita melepas mereka semua dengan senyuman. Semoga saja di masa depan semua keputusan yang telah ia ambil akan membawa kebahagiaan. Tempatnya adalah di keluarga Ical bukan Rajasa.

###
Versi lengkap bisa diakses di Kayakarsa, Google playstore, dan KBM.

Nia Andhika
07082020

CINTAKU TERHALANG STRATAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang