Matahari masuk melalui jendela kamarnya saat Maia terbangun dan membuka kedua matanya. Ia sendirian di tengah ranjang yang begitu luas, Kaan yang kemarin bermalam telah pergi meninggalkan kamar Maia sebelum ia terbangun dari tidurnya yang pulas.
Suara ketukan pintu membuat Maia menarik selimut hingga ke batas dadanya dan berkata, "Masuk"
Noor, pelayan pribadinya, muncul dengan membawakan segelas minuman herbal yang biasa Maia konsumsi setiap pagi. Wanita itu juga membawakan sebuah kotak perhiasan yang ia serahkan langsung kepada Maia, "Pangeran Kaan menitipkan ini sebagai hadiah untuk Anda sebelum dia pergi, Yang Mulia" ucap Noor, sebelum Maia bertanya.
Maia membuka kotak itu dan cahaya kemerahan langsung memantul di manik emeraldnya. Cahaya itu berasal dari kalung permata berwarna merah darah yang Kaan berikan kepadanya sebagai hadiah. Sudut bibir Maia terangkat naik karena ia merasa geli pada sikap romantis pangeran Mahkota Alynthi, baru satu kali mereka bercinta Kaan sudah mengirimkan hadiah istimewa untuknya, coba bayangkan berapa banyak hadiah yang akan Maia terima nantinya?
"Bagaimana kabar pasukan Romawi pagi ini Noor?" tanya Maia sambil menutup kotak kalungnya dan menyimpan kotak itu di laci nakas.
"Tenda mereka habis terbakar Yang Mulai, banyak rajurit yang tewas dan terluka. Bahari juga mengatakan bahwa mereka menarik mundur pasukan mereka untuk sementara waktu, dia akan menemui Anda di aula tahta hari ini dan membicarakannya lebih lanjut"
Maia mengangguk, "Kalau begitu siapkan air untuku, aku akan mandi sekarang"
"Semua sudah siap, Yang Mulia"
Noor berbalik ketika Maia turun dari ranjang dan pergi ke bilik di mana air untuknya membersihkan diri telah disediakan. Meski dia adalah seorang ratu, tapi Maia tidak senang jika kegiatannya yang sangat privasi harus dilayani. Itu sangat berlebihan, lagi pula ia menikmati waktu luangnya selama ia berendam di dalam air yang hangat dan wangi.
Saat Maia membasuh tubuhnya dengan tangannya sendiri, disaat itulah jejak sentuhan dan cumbuhan Kaan membuat sekujur tubuhnya meremang. Kemarin malam, Kaan berhasil mewujudkan malam pertama mereka menjadi malam yang tidak terlupakan. Jantung Maia berdebar mengingat kembali berapa kuat dan perkasanya lelaki itu. Hasrat Kaan yang begitu besar membuatnya kewalahan menghadapi seorang pria di ranjangnya untuk yang pertama kali. Kaan juga mengakui bahwa ia tidak pernah menjadi seliar itu sebelumnya, tapi Maia tidak langsung mempercayainya, sebab semua pria mengatakan hal yang sama kepada setiap wanita yang mereka tiduri.
***"Saat pasukan Romawi kembali perang yang sesungguhnya akan terjadi," ucap Maia yang duduk di singgasananya, "Jangan lengah dan berpikir bahwa kita sudah menang, ini baru awal dari peperangan"
"Bagaimana jika mereka kembali dengan jumlah prajurit yang jauh lebih besar Yang Mulia? Meskipun kita telah menghabisi banyak prajurut Romawi tapi mereka punya bangsa Saxon, Bar Bar, hingga Thracian yang siap bertarung untuk mereka" sahut Pangeran Demir.
Maia memandang keponakannya itu, "Mereka hanyalah budak Pangeran Demir, mereka berperang bukan untuk Romawi tapi untuk mendapatkan kebebasan. Aku bisa memberikan kebebasan itu kepada mereka jika mereka mau bekerja sama denganku agar dapat memenangkan peperangan ini" jawab Maia. Matanya jatuh pada kursi Pangeran Kaan yang kosong, ia dalam benaknya ia bertanya apa yang membuat sang Pangeran tidak menghadiri pertemuan ini?
"Aku pikir pertemuan sudah cukup sampai di sini" ucap Maia seraya berdiri, semua orang yang berada di ruang istana serentak bangkit dari duduknya, "Bahari, awasi terus lautan, Romawi tidak akan membuang wktu yang lama untuk kembali ke medan perang"
KAMU SEDANG MEMBACA
In The Queen's Bed (Tamat)
Lãng mạnWarning : Adult and explicit sensual content! Di tengah peperangan yang sedang terjadi di antara Kallistar dan Romawi Maia Bennu, Ratu Kallistar, tertarik pada Pangeran Kaan Malik, putra mahkota Dinasti Alynthi yang mana adalah sekutunya sendiri. Ka...