8

2.8K 243 6
                                        

"Yang Mulia" Maia yang sedang termenung di balkon kamarnya kembali tersadar saat Noor muncul di balkon kamarnya, "Alamut sudah datang, Yang mulia"

Maia mengangguk, "Minta dia masuk"

Meninggalkan balkon, Maia masuk ke dalam kamarnya dan mendudukkan diri di sebuah sofa yang panjang. Tak beberapa lama kemudian Noor datang bersama Alamut, seorang pedagang alat kecantikan dan juga perhiasan. Pria itu duduk di sebuah karpet di hadapan Maia dan mulai menggelar barang dagangannya.

"Yang Mulia, ini adalah anting yang terbuat dari zamrud bahia, aku mendapatkan anting ini dari Amerika Selatan dan aku membawanya khusus untuk Anda karena warna dari kilauannya sangat serasi dengan warna mata Anda" ucap Alamut, menunjukkan sepasang anting yang terbuat dari zamrud bahia berwarna emerald. Maia akui itu adalah anting yang indah, tapi bukan itu yang ia cari sekarang.

"Aku ingin wewangian saja" kata Maia.

Alamut dengan gesitnya mengeluarkan sebotol wewangian yang biasa Maia beli darinya, "Ini Yang Mulia, wewangian kesukaan Anda"

"Aku tidak ingin yang itu, aku ingin wewangian yang lain Alamut" sahut Maia, "Wewangian yang tercium seperti citrus dengan sentuhan hangat kayu cedar"

Mendengarnya Alamut menjadi heran, campuran citrus dan cedar adalah wewangian yang biasa di pakai oleh kaum pria. Tak berani banyak bertanya, Alamut segera mengeluarkan sebotol wewangian dengan aroma yang Maia inginkan.

Maia mengambil botol itu dari Alamut, ia menumpahkan sedikit pada pergelangan tangannya lalu matanya terpejam saat aroma itu sampai di hidungnya. Aroma Kaan Malik..., tanpa berbasa-basi Maia kembali menutup botol itu sambil berkata, "Aku ambil ini, dan juga antingnya"

Maia tidak tega membiarkan Alamut menjadi kecewa karena secara khusus dia sudah membawakan anting itu dari Amerika Selatan untuk dirinya. Meskipun Maia sudah banyak menyimpan perhiasan dengan batu permata berwarna emerald, karena setiap kali ia mendapatkan hadiah berupa perhiasan orang-orang pasti menyesuaikan warna hadiah tersebut dengan bola matanya yang selalu menjadi pusat perhatian. Berbeda dengan Kaan yang justru memilih warna yang kontras dan berbeda.

Alamut pergi setelah Maia membeli satu botol wewangian dan juga sepasang anting darinya. Maia kembali menghirup aroma wewangian pada pergelangan tangannya sambil memejamkan mata membayangkan kalau aroma itu ia hirup langsung dari tubuh Pangeran Kaan yang sangat ia rindukan.

Sejak lelaki itu mengutarakan niatnya untuk melamar Maia, dengan sengaja Maia menggindarinya karena satu alasan, yaitu dia tidak ingin menikah lagi. Alasannya mungkin tidak cukup jelas bagi Kaan sehingga pemuda itu terus berusaha untuk bertemu dengan Maia. Namun ya, Maia punya sejumlah pengawal yang membantunya menghadang Kaan yang keras kepala.

Tak pernah terlintas sedikit pun di pikiran Maia kalau Pangeran Kaan akan jatuh cinta kepadanya. Ia pikir ketertarikan yang terjalin di antara mereka berdua hanyalah sebatas ketertarikan fisik saja, tapi ternyata Pangeran Kaan menginginkan sesuatu yang lebih yang tidak dapat Maia berikan kepadanya. Sehingga Maia terpaksa harus memutuskan segala macam hubungan pribadi yang terjalin di antara mereka berdua, dan juga menghindari Kaan yang hingga detik ini masih belum menyerah.

Suara pintu yang diketuk terdengar lalu tak beberapa lama kemudian pengawal yang menjaga pintu kamarnya masuk dan berkata, "Yang Mulia, Pangeran Bahr ingin bertemu dengan Anda"

Pangeran Bahr? Maia bertanya-tanya keperluan apa yang membuat Pangeran  dari Dinasti AlTamanni itu datang ke kamarnya?

In The Queen's Bed (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang