Part 4. [Touch]

376 31 8
                                    

Misi apa sebenarnya yang harus ia jalankan?

Lala memasukkan tangannya pada saku hoddie, sedang pikirannya masih bekerja keras mencari keterkaitan akan petunjuk minim yang ia dapatkan. Kode-kode yang dikirimkan Yoongi hanya menunjukkan titik koordinat sebuah tempat. Tak ada satupun petunjuk tentang apa yang harus dilakukan ataupun siapa sesungguhnya target misi ini.

Meski, hal-hal semacam ini bukanlah sesuatu yang baru tetapi pemberian kode-kode bertahap bahkan secara sengaja mengaburkan dan memecah informasi misi dan identitas target, hal itu hanya menandakan satu hal—misi beresiko tinggi dan target yang bukanlah sembarang orang.

Sesungguhnya, Ia begitu muak akan hal-hal semacam ini. Selain karena kejadian menyesakkan dihari itu, Ia memiliki alasan untuk membuka lembaran baru, kehidupan yang layaknya orang biasa jalani. Tetapi, Si keji Kim itu ternyata masih dapat menemukannya seberapun Ia berusaha bersembunyi, bahkan berusaha mengancamnya dengan melibatkan Jungkook. Belum lagi hal tak masuk akal yang dikatakan Yoongi—Jauhi si Jeon itu.

Apa maksudnya?

Tentu, Ia tak mungkin semudah itu melakukan apa yang dikatakan Yoongi. Jungkook telah menjadi bagian hidup yang tak pernah Ia jalani dan rasakan sebelumnya. Dari kehidupan tanpa identitas, kosong, gelap dan penuh rahasia menjadi kehidupan sederhana dengan gemerlap kecil lampu-lampu rasa yang membuatnya hidup, bukan lagi manusia yang dibentuk dan bertindak hanya sesuai perintah. Jungkook menjadikannya hanya wanita yang tengah jatuh hati pada seorang pria biasa dan memiliki kehidupan normal. Sesederhana itu. Ia ingin menjalani kehidupan seperti itu sekarang.

Namun, bagaimana jika yang dikatakan Yoongi benar? Bagaimana jika Ia memang harus menjauhi Jungkook? Bagaimana jika Ia sesungguhnya memang terlalu berbahaya untuk dapat berada disamping seseorang? Ia tak ingin kehilangan siapapun lagi. Kematian Kris sudah lebih dari cukup menjadi penyesalan seumur hidup.

Lala menghela napas singkat. Ia tak diberi pilihan lebih. Mungkin hubungannya dengan Jeon Jungkook memang harus menemui titik akhir. Toh, mungkin juga lelaki itu pada akhirnya akan lelah menyadari begitu banyak hal yang janggal ataupun rahasia yang tak kunjung Ia katakan. Melihat sikapnya pagi tadi dan ketidakpedulian yang Jungkook tunjukkan. Lelaki itu tak menghubunginya sepanjang hari ini. Ya, apa lagi yang Ia harapkan, ketika dirinya sendirilah yang mendorong hubungan ini menuju akhir.

Seakan menjadi pengiring atmosfir kelabu yang bergelayut dibenaknya, rintik hujan turun dan beranjak deras. Mau tak mau memaksanya untuk berlari agar mencapai flatnya lebih cepat.

Namun, ternyata kejutan hujan yang bisa berubah sangat deras hanya dalam hitungan detik hingga membuatnya basah kuyup ternyata masih menyimpan kejutan lainnya, ketika Lala menemukan seorang lelaki yang berdiri beberapa langkah didepan pintu. Lelaki itu hanya terdiam dan membiarkan tubuhnya basah oleh air hujan, sebelum Ia berbalik dan berujar tipis ketika menemukannya. “Kau sudah kembali?”


♧♧♧


Mungkin akalnya sedang tak berfungsi dengan baik malam ini. Ataukah hujan deras dengan langit kelabu dan malam melolong yang menguarkan kesepian membuatnya menyambut undangan lelaki itu. Kendalinya benar-benar runtuh. Pikiran memutuskan hubungan, menjauh, dan saling melupakan mungkin hanya ajang membodohi diri sendiri karena nyatanya kini masing-masing dari mereka tengah saling  menginginkan satu sama lain.

Dengan remang redup cahaya lampu yang membias, nada tenang yang dibentuk rintik hujan yang masih turun mengajak setiap benda yang dijatuhinya membentuk melodi suara. Gelapnya malam dari balik kaca jendela, semua itu menjadi saksi gairah dua insan yang tengah terbakar.

“Jeon,” Sang gadis mendorong dadanya.
Jungkook melepas pagutannya, membiarkan oksigen kembali dapat terhirup dan memberi waktu bagi keduanya untuk mengatur napas tersengalnya yang sama-sama memburu. Netra sang gadis kemudian menatapnya sayu sebelum berujar tipis, “Kau bisa kehilangan nyawamu jika kau berada didekatku.”

Jungkook tak bergeming, “Aku tak peduli,” Ia menarik tengkuk gadisnya mendekat, kembali mempertemukan bibir keduanya dalam sentuhan memabukkan yang tergesa dan kian menuntut seakan malam terlalu singkat untuk dihabiskan. [♧]

 [♧]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Fugacious || ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang