Part 12. [Recessive]

190 22 5
                                    

“Kau pasti bercanda,” Lala berujar tegas dari sebrang meja. Sedang Yoongi yang baru saja melontarkan sederet kalimat yang menurutnya sangat konyol itu malah tetap menatap sayu dengan netra kelabunya. “Katakan Min Yoongi, katakan bahwa perkataanmu tadi hanya lelucon payah, astaga konyol sekali. Apakah kepalamu juga sedikit cedera karena insiden itu?”

“Lala.” Namjoon menukas tipis, memotong kalimat dibalut emosi yang mendadak memuncak itu. “Tidak ada yang salah dari apa yang dikatakan Yoongi.”

Kedua netra Lala yang sempat menyorot tajam kini meredup, dan gadis itu memilih menyandarkan punggung kearah kursi, berbisik rendah. “Apa saat ini tengah berlangsung acara saling melindungi atau semacamnya?” Lala mendecih, netranya terbalut kekecewaan samar. “Aku tak perlu dilindungi. Lagipula, aku tak bisa dan tak akan mundur.”

“Kau harus—”

“Itu sudah kontrak dan kau sudah setuju, apa kau tak ingat?” Yoongi mendadak kembali berujar, bahkan kini tanpa menatapnya sedikitpun. Seakan tak ada yang salah dari apa yang dikatakannya. Seakan luka dibagian perutnya yang mungkin sesungguhnya belum sepenuhnya sembuh itu bukan hasil bidikan musuh yang mereka kejar, seakan itu hanya luka akibat memotong sayuran yang dilupakan hanya dengan plester luka semata.

Lala masih bungkam, pemuda itu lalu melanjutkan. “Kau melakukan bagianmu saja. Dan jika bagianmu selesai maka kau dibebaskan dari misi. Bagianmu hanya sampai disini, kau bebas sekarang. Bukankah itu yang kau inginkan’kan?”

Lala menekan dua belah bibirnya kuat, begitu tak terima akan sederet kata yang lolos begitu mulus dari bibir tipis Yoongi, tanpa keraguan sedikitpun lelaki itu berujar begitu saja. Tak memperdulikan emosi yang tersulut dan kian terbakar selama ini, akan kenyataan yang sempat disembunyikan Namjoon, mendatangi musuh bahkan hampir tertangkap, perintah bersembunyi yang hampir membuatnya gila dan sekarang...Ia tak dilibatkan lagi dalam misi ini? Ayolah, lelucon macam apa yang tengah dimainkan didepan matanya, saat Ia menanti kesempatan lain untuk membalas insiden kemarin, kini Ia seakan disuruh untuk menyerah begitu saja? Menyerah untuk membalas kematian Kris?

“Aku tak bisa pergi begitu saja tanpa memenggal kepala si Lee itu.”

“Misi ini tetap berlanjut hanya saja kau tidak dilibatkan.”

“Kau tahu aku tak bisa—”

“Kau tidak terlibat lagi dalam misi ini, agen nrldxxx. Tugasmu sudah selasai.” Namjoon menukas, menekan setiap kata dalam kalimatnya, menunjukkan kesungguhan pilihan dan perintahnya.

Lala kehilangan kata-kata untuk kembali menjawab. Tak ada yang mendengarkannya. Mungkin ini tindakan pengecut yang pada akhirnya dipilih dengan begitu terselubung.

Ia tersenyum kecut dan telah bangun dari bantalan kursi yang sempat didudukinya, tanpa berusaha berujar sepatah katapun lagi Lala telah menjauh, membelah kerumunan orang-orang yang duduk maupun berlalu-lalang di kafe kopi tersebut dengan tangan mengepal. Aku tak akan mundur. Tak sejengkalpun, meski itu artinya harus berjalan sendiri.

Langkahnya telah mantap melewati pintu keluar dan menapaki aspal yang tengah disengat cahaya matahari tepat diatasnya.
Namun, beranjak beberapa meter dari pintu masuk tersebut, ponsel sekali  pakai yang berencana dibuangnya itu bergetar singkat. Masih dengan sulut kemarahan yang seakan tak ada habisnya, Lala menggapai ponsel dan menemukan pesan dari nomber tak dikenal tetapi diakhir pesan Ia mengenali dengan sangat siapa pengirim pesan itu. Sudut bibirnya tertarik tipis.

From: ××××××××××××

Tidak semua senjata yang kita miliki perlu dipamerkan. Kau masih harus membidik kepala seseorang dengan benar, tapi  diwaktu yang lebih tepat. Bersembunyi, sampai kami memanggilmu.

Oh ya, kepalaku tidak mengalami cedera.

[♧]

[♧]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Fugacious || ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang