Part 6. [Reprisal]

325 27 6
                                    

“Tempat ini...” Suaranya menggema pada taman usang disudut kota—tempat yang ditunjuk titik koordinat yang dikirim Min Yoongi. Ia menggigit bibir bawahnya ketika nyeri mendadak mendera dada. Deretan ilalang mengering yang menghiasi taman tersebut tak sedikitpun mampu mengikis kenangan yang terlanjur terlukis samar disana.

Tempat persembunyian—begitu lelaki itu menyebutnya. Bahkan Ia masih bisa mendengar suaranya ditengah kesunyian.

Namaku Kris, oh tidak...seharusnya aku tidak menyebutkan namaku. Kita kan agen rahasia.’

‘Kita akan menjadi teman’kan?’

“Agen nrldxxx.”

Lala tersentak, Ia segera menyeka netranya dan berbalik sebelum menemukan lelaki berbadan tegap tengah menghadapkan moncong pistol tepat kearahnya.
“Kim Namjoon.” Lala tak gentar sedikitpun, meski moncong pistol tersebut masih dihadapkan tepat kearahnya.

Dan benar saja sedetik kemudian pria bermarga Kim itu menurunkan senjata api dalam genggamannya, “Jangan pernah mengurangi kewaspadaan.”

Lala mendecih, memutar netranya kearah lain. “Aku hanya sedang mengendalikan emosi. Jika lain waktu kita bertemu lagi, aku tak menjamin kau akan tetap mampu berdiri dengan kesombongan itu. Aku bahkan tak ingin bertemu denganmu lagi, setelah ini.”

Lelaki itu tak bergeming sedikitpun akan gertakan yang dibangun sang gadis. “Aku tahu apa yang sedang berjalan dipikiranmu saat ini bahkan sejak hari itu, aku tahu apa yang kau pikirkan.”

“Jika kau menemuiku untuk membela diri sebaiknya pergi dari hadapanku. Aku ingin menyelesaikan misi ini segera. Jadi, berikan petunjuk misi apapun itu yang kau ketahui.”
“Kau selalu tidak mendengarkan dengan baik, sama seperti dia.” Namjoon memasukkan kedua tangannya kedalam saku jas, mengabaikan sorot mata tajam sang lawan bicara. “Kau dan Kris selalu melanggar banyak peraturan, berinteraksi melewati batas. Tempat ini....apa kau berpikir aku tak tahu?”

Kedua tangan Lala mengepal kuat hingga serasa menusuk telapak tangan. “Lalu kau ingin apa? Mengenang tentang Kris ditempat ini dan mengelak kesalahanmu lagi? Menghilang dan menganggap nyawa seseorang begitu sepele? Mengancam seseorang untuk menuruti keinginanmu?”

Namjoon memhela napas pendek, “Aku tak pernah menganggap nyawa seseorang sepele. Dan jika kau anggap bermintaanku sebagai ancaman, cobalah untuk tidak berpikir sedangkal itu—”

“Kim Namjoon.” Sang gadis menukas tegas. “Apa kau membutuhkan setidaknya sebuah peluru bersarang dikepalamu? Aku akan dengan dengan senang hati melakukannya.”

Namjoon menarik sudut bibirnya tenang, “Mungkin nanti seseorang akan memberiku itu tanpa perlu aku minta, tetapi tembakan darimu kurasa...ada orang yang lebih pantas mendapatkan itu.”

Kerutan halus dikening sang gadis nyaris membentuk tumpukan garis yang menyatu erat. Lala ragu-ragu bertanya, “Apa maksudmu sebenarnya?”

“Kris tidak terbunuh karena melindungiku, tapi dia memang diincar sejak awal.”

“A-apa?”

“Dia mengetahui sebuah rahasia yang mungkin seharusnya tidak Ia ketahui dan sebelum Ia dapat mengatakannya, dia—”

“Mengapa kau tak mengatakannya sejak awal?” Tanpa sadar suaranya menukik tajam, membelah atmosfir sesak yang tengah menyelimuti.

“Karena aku merasa begitu gagal.” Kedua netra lelaki itu berkilat memancarkan sorot kemarahan yang mendalam. “Salah satu agen terbaik bahkan bisa terbunuh tanpa kutahu siapa pelakunya. Aku berusaha menyelidiki secara diam-diam. Namun yang kutemui hanya titik buntu dan kematian agen-agen lainnya. Hingga, pada akhirnya aku memilih pilihan pengecut dengan mengatakan kebohongan tentang kematian Kris dan membuatmu pergi dengan kesalahpahaman berlarut-larut. Awalnya, kurasa itu rencana yang cukup bagus karena aku tak bisa mengorbankan lebih banyak orang, tapi setelahnya kupikir pelakunya tak akan berhenti untuk bertindak. Kupikir aku tak bisa membuat kematian Kris dan agen-agen lainnya terlupakan begitu saja tanpa sebuah bayaran setimpal.” Si Kim kini menatap lurus sang lawan bicara, “Aku harap sekarang kau mengerti.”

Lala mengatupkan dua belah bibirnya  sebelum berujar tegas. “Kau tak perlu memintaku dua kali bahkan sampai meminta Yoongi berpura-pura  mengancam untuk itu. Akan kupastikan kepergian Kris terbayar  dengan sangat pantas.”

Si Kim menarik sudut bibirnya sebelum mendekat dan berdiri tepat disamping sang gadis, “Kalau begitu kau harus menemui seseorang.” [♧]

” [♧]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Fugacious || ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang