“Well, tebakkanmu salah. Aku hanya rindu bermain-main denganmu.”
Kedua netra Lala seketika melebar. Ditengah kegelapan yang hampir menelan habis segalanya Ia mencoba menerawang siluet seseorang yang berada didepannya—yang mungkin seharusnya benar-benar dikenalnya.
Tubuhnya serasa kaku kala napas berat berhembus mendekat dan serasa menjilat kulit lehernya. “Aku merindukanmu, baby Lala.”
Suara itu—
“Kau—”
Prank
Tubuhnya dihempaskan kuat kearah meja kaca, seketika menghancurkan lapisan bening tersebut dan menghamburkan keping-keping tajam berukuran kecil diatas karpet termasuk menggoreskan irisan memerah terbuka pada kulitnya. Lala mengerang tertahan.
“Selamat datang dirumah, aku telah menunggumu cukup lama.” Pemuda itu menghidupkan lampu kecil pada nakas disamping sofa, menciptakan cahaya remang tetapi cukup menerangi wajah simetrisnya, juga rayapan kenyataan tak terduga yang siap mencekik leher perlahan.
Jelas. Sangat jelas.
Lala hampir tak dapat menarik napas. Itu Jeon Jungkook.
“J-jung—akh,” Sang gadis kembali mengerang, tubuhnya serasa ditancapkan pada kaca-kaca runcing kala Ia berusaha menegakkan punggung.
“Stthh,” Jungkook mendekat, “Tak perlu membuang lebih banyak energi, sayang. Kali ini aku hanya ingin bermain sekejap denganmu.”
“Kau—kenapa Jeon?” Lala meringis, suaranya merendah, terdengar menyedihkan. Pada akhirnya kembali dapat memandang lelaki didepannya dengan lebih jelas setelah menelan rasa sakit disekujur tubuh belum lagi jeratan kenyataan didepannya yang mengonyak segala sisa reruntuhan dirinya yang tersisa. Mana? Sisi mana yang harus ia pijaki lagi kali ini? Ia kebingungan setengah mati. Dan sialan, air matanya malah meloloskan diri dengan begitu mudah.
“J-jawab aku, Jeon!”
Jungkook mengedip acuh, “Apa kau punya waktu untuk mendengarkan?” Sebuah moncong pistol kini telah dihadapkan tepat kearahnya, “Aku rasa tidak.”
♧♧♧
“Dia memang sengaja mempertemukanku dengan orang yang salah, agar keberadaannya tak segera terungkap. Mengulur waktu, agar Ia bisa bermain-main lebih lama. Agen-agen itu seharusnya dapat menjadi sekutu kita. Mereka mencari jejak orang yang sama, bahkan mungkin pembalasan dendam yang sama. Sialan, bedebah gila itu.” Gikwang membawa sebatang rokok pada himpitan dua belah bibirnya sebelum menghidupkan ujung benda berbau tembakau tersebut dan menyesap sensasinya dalam-dalam. Pemuda itu kemudian tertawa singkat, “Dia memang benar-benar mesin pembunuh yang handal. Tak peduli siapapun, entah itu agen, orang-orang yang berada dalam bisnis gelap yang sama bahkan warga sipil sekalipun. Jika itu mengusik bisnis kakaknya, jika itu mengusik eksistensinya yang memang berada dalam bayang-bayang, maka Ia akan bergerak. Ia bisa menyamar sebagai siapapun dan membunuhmu secara diam-diam dengan sangat rapi, bahkan hanya sebagai sebuah kesenangan belaka.”Sekilas wajah sang adik yang tergeletak tak bernyawa beberapa tahun yang lalu berkelebat cepat. Selama ini, Ia telah salah menduga pelaku pembunuhan adiknya.
Gikwang menghembuskan asap putih samar dari rokok yang dihisapnya, sebelum kembali memfokuskan diri pada pemandangan yang terpangpang pada kaca mobil yang tengah melaju.
“Apakah sehebat itu?” Lawan bicara disampingnya membuka suara tipis sambil mengendarai mobil itu membelah malam lebih jauh.
“Tentu saja tidak,” Gikwang menarik seringaian bengis, “Tidak lagi, karena aku sudah dapat membaca pergerakan Si gila itu, yang artinya....dia tak akan hidup lebih lama lagi.”
♧♧♧
Lala terdiam kaku. Tetapi beberapa saat kemudian moncong pistol itu telah dijauhkan darinya begitu saja, Jungkook tersenyum kecut. “Ah ya, kurasa...membunuhmu sekarang pasti tidak seru. Sama seperti waktu ledakan itu. Seharusnya satu pertunjukkan juga berarti satu korban. Agar aku dapat bermain-main lebih lama tetapi nyatanya tidak semuanya memang sesuai rencanakan? Lagipula, kelihatannya Kim Namjoon dan Min Yoongi itu orang-orang yang membosankan.”Rahang sang gadis mengeras, giginya bergemeretak kuat. “Bedebah gila.”
“Apa kau bilang?”
“Seharusnya luka bakarmu itu bukan hanya berbekas, tetapi luka itu seharusnya membakar seluruh tubuhmu hingga hangus tak bersisa.”
“Begitu?” Jungkook menatap tajam kearahnya sebelum menarik lengannya dan memaksanya menegakkan punggung. “Kau seharusnya tak mengusik seincipun tentangku. Kau pikir, kau selalu berada disisi kebenaran? Apa kau tak penasaran, kenapa kau terseret sejauh ini?” Jungkook kini menarik dagunya, “Kau pikir kenapa aku membunuh Kris dan semua rekan-rekanmu?” [♧]
KAMU SEDANG MEMBACA
Fugacious || ✔
Fiksi Penggemar[Special Short Story Project] Sosok itu menjilat bibirnya sambil mendesah panjang. "Ah, untuk apa juga aku menjelaskan begitu panjang kepadamu," Ia sejenak menengadah. Netranya berkabut tipis, kala jemarinya menggenggam pistol erat dan siap membidi...