[NV] 5. Pagi yang Cerah

279 26 3
                                    

// Jovita’s point of view (POV) start.

Alarm ponselku baru saja berbuyi, menandakan waktu sudah pukul 04.30. Kuraih ponselku untuk mematikan alarm yang terus berdering, kemudian kumatikan mode pesawatnya. Tak lama, ponselku menerima beberapa pesan masuk.

Julian Steve Ananta

Today

Selamat pagi, Jovita! 04:00

Read 04:32 Pagi juga, Julian!

Read 04:32 Kamu ngapain bangun pagi-pagi amat?

Aku emang biasa bangun jam segitu. 04:33

Read 04:34 Rajinn euy, gayaaa😆 Aku aja baru bangun.

Iya dong😎 Oh, kamu baru bangun. Aku mandi dulu ya! 04:34

Read 04:35 Oke, aku juga mau mandi.

Aku menaruh ponselku dan bergegas untuk mandi. Setelah mandi, aku bersiap-siap memakai seragam, mengecek kembali buku yang sudah aku bereskan kemarin. Setelah semuanya dirasa sudah lengkap, aku turun untuk sarapan bersama papa dan mama. Oh, iya Papa namanya Jovan Hartono. Sedangkan mama, Rena Putri.

“Selamat pagi, Pa, Ma.”

“Pagi, Nak. Sini duduk kita sarapan bareng.”

“Wah, wajah anak Mama cerah banget pagi ini. Pasti gara-gara kencan tadi malam ya sama Julian.”

“Jovita kencan? Kok Papa nggak tahu sih? Anak Papa ini sudah besar ternyata. Julian siapa, Ma?”

“Ih, Mama, Papa… Julian itu teman aku, bukan siapa-siapa.”

“Yakin nih? Pacar juga nggak apa-apa, Jovita. Papa tidak melarang kamu pacaran. Asalkan sekolahmu tetap fokus. Oh, iya Julian itu seperti gimana orangnya?”

“Kemarin Mama sudah ketemu Julian, Pa. Keliatannya sih baik dan sopan. Cocoklah sama Jovita anak kita.”

“Ih, Mama sama Papa godain aku terus. Mending kita mulai makannya. Nanti aku telat ke sekolah.”

Kami sekeluarga pun segera memulai sarapannya. Selesai sarapan, kami langsung berangkat menggunakan mobil. Aku masih diantar oleh kedua orang tuaku karena memang masih belum memiliki SIM. Kami berangkat dari rmah sekitar pukul 05.30. 30 menit perjalanan, aku tiba di sekolah.

Suasana sekolah pagi ini masih begitu sepi. Memang sekolah baru ramai ketika waktu sudah menunjukkan pukul 06.20. Setelah berpamitan dengan kedua orang tua, aku turun dari mobil dan memasuki gedung sekolah. Aku langsung masuk ke kelasku yang masih sepi. Ternyata aku datang paling pagi.

Entah kenapa tiba-tiba kejadian kemarin ketika Julian membukakan pintu mobil untukku dan berkata, “Silakan, Tuan Putri Jovita.” Terbayang dalam pikiranku.

“Julian kamu romantis banget sih.”

// Jovita’s point of view (POV) end.

// Julian's point of view (POV) start.

Hari ini aku tiba di sekolah pukul 06.07. Di tengah perjalanan, tiba-tiba saja ban motorku kempes karena terkena paku. Aku pun harus pergi ke tukang tambal ban terlebih dahulu. Setibanya aku di kelas, tak disangka aku mendengar seseorang berkara, “Julian kamu romantis banget sih.” Aku pun langsung menjawab perkataannya.

“Iya, emang.”

Jovita menoleh kaget dan tak lama ia merasa malu karena aku mendengar perkataannya barusan.

“Kamu dengar yang aku omongin?” tanyanya.

“Dengarlah, Julian kamu romantis banget sih.”

Jovita hanya tersenyum dan mukanya memerah malu.

“Sudah tidak usah malu gitu, biasa saja. Aku memang aslinya romantis kok.”

Aku menghampiri Jovita dan duduk di sebelahnya. Tak terasa, waktu telah menunjukkan pukul 06.30, murid-murid yang lain mulai berdatangan.

“Hai, Jov!” sapa seorang pria yang tidak aku kenali.

“Eh, Kevin. Akhirnya kamu muncul juga,” jawab Jovita.

“Nah,  ini Julian ya? Kenalin gue Kevin, sahabatnya Jovita dan Anes.”

“Oh, aku Julian. Salam kenal.”

“Gue duduk depan lu nggak apa-apa kan?”

“Nggak apa-apa. Silakan,” jawabku lagi.

Tak lama, Anes datang dan duduk di sebelah Kevin. Kami berempat akhirnya mengobrol bersama. Sungguh pagi yang cerah, aku bersyukur bisa kenal kalian.

// Julian's point of view (POV) end.

Bersambung...
©2023 WillsonEP

Julian & JovitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang