Hari ini tanggal 22 Juli 2019. Hari di mana aku kembali bersekolah setelah dirawat di rumah sakit karena DBD. Saat ini, aku sedang menikmati jam istirahat bersama Jovita, Anes, dan Kevin di kantin. Kali ini kami memilih nasi goreng untuk kami santap. Tak lama, nasi goreng pesanan kami diantar.
“Silakan, ini nasi gorengnya.”
“Terima kasih, Bu.”
Kami pun mulai menyantap nasi goreng yang telah dihidangkan.
“Eh, guys! Gue baru bikin Youtube channel nih,” ujar Kevin.
“Wah, serius? Memangnya kamu mau bikin konten apa?” tanya Jovita.
“Macam-macam. Rencananya sih gue mau bikin vlog keseharian gue, kuliner, wisata, dan lain-lain. Kalian subscribe ya? Please,” mohon Kevin.
Aku hanya menyimak sambil tetap melanjutkan makanku.
“Memangnya namanya channel-nya apa? Aku subscribe sekarang deh,” respon Anes.
“Kevin Christian Official namanya.”
“Tidak ketemu ah. Kirim link-nya saja di grup.”
“Oke, gue kirim ke grup link-nya.”
“Sudah, aku subscribe ya!” ujar Jovita.
“Aku juga sudah,” tambah Anes.
“Julian, lu sudah?” tanya Kevin padaku.
“Nanti aku subscribe, tenang saja,” jawabku santai sambil melanjutkan memakan nasi goreng yang sudah hampir habis.
“Oh iya, kalian tidak lanjut makannya? Sudah mau bel.”
“Eh, iya. Gue sampai lupa.”
Mereka pun melanjutkan makannya. Tak lama, bel istirahat telah berbunyi.
“Yah, ga habis,” gerutu Kevin.
Setelah kami membayar makanannya, kami kembali ke kelas untuk mengikuti pelajaran selanjutnya. Beberapa jam kemudian. Bel pulang sekolah telah berbunyi. Aku segera melangkahkan kaki menuju parkiran. Di parkiran, aku melihat Jovita sedang sibuk dengan ponselnya.
Kuputuskan untuk menghampiri Jovita.
“Hai, Jovita. Kamu belum dijemput?”
“Eh, Julian. Hari ini aku nggak dijemput, biasa naik ojol. Ini aku baru saja mau pesan.”
“Nggak usah pesan. Kita bareng gimana? Aku antar kamu pulang.”
“Apa tidak merepotkan?”
“Nggak repot kok. Lagian rumah kita searah juga.”
“Ya sudah, aku ikut.”
“Ini pakai helmnya.”
“Thankyou, Julian.”
Jovita menaiki motorku.
“Sudah siap? Kamu nggak pegangan? Nanti kamu jatoh.”
“Pegangan? Memangnya boleh?”
“Tentu. Daripada kamu jatoh.”
“Oke, deh.”
Jovita mulai memegang bahuku sebagai tempat pegangan. Kuraih tangannya dan segera mengarahkannya untuk memelukku.
“Maksudku begini pegangannya. Kalau di bahu, kamu bisa jatoh, Jovita.”
“Oh, gitu. Oke, deh.”
Aku segera melajukan motorku menuju rumah Jovita. Aku senang bisa mendapat kesempatan untuk membonceng Jovita hari ini. Jovita telah mengubah hidupku jadi lebih berwarna. Sepertinya memang aku sudah jatuh cinta dengannya sejak pertama kali kami bertemu di koridor sekolah. Apa aku nyatakan perasaanku padanya sekarang ya?
Kupelankan laju motorku agar aku bisa mengobrol dengan Jovita.
“Jov, aku mau bicara sama kamu. Apa bisa?”
“Apa? Kamu ngomong apa? Anginnya terlalu kencang, Julian.”
“Nggak jadi, Jov.”
“Oke, deh.”
30 menit perjalanan, kami tiba di tujuan.
“Sudah sampai, Jovita.”
“Thankyou, Julian.”
Jovita turun dari motorku. Ia segera membuka helm yang ia kenakan dan memberikannya padaku.
“Ini helmnya. Oh, iya tadi kamu ngomong apa?”
“Hmm… nggak jadi, Jov.”
“Oh, gitu. Habis tadi anginnya kencang banget. Suara kamu nggak jelas.”
“It’s okay. Aku juga lupa aku mau ngomong apa. Ya sudah, aku pulang dulu. Kamu masuk.”
“Nanti, aku masuk setelah kamu pulang.”
“Ya, sudah. Aku jalan ya! Bye, Jovita. Sampai jumpa besok.”
“Bye, Julian.”
Bersambung...
©2023 WillsonEP
Buat yang belum vote, vote ya :)
Terima kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Julian & Jovita
Teen FictionPertemuan Julian dan Jovita di koridor sekolah menumbuhkan rasa cinta di antara keduanya. Kehidupan Julian Steve Ananta, seorang yang introvert dan jarang bergaul berubah setelah mengenal cinta. ©2020-2023 WillsonEP Seluruh hak cipta dilindungi unda...