Sehabis dari rumah sakit, aku diantar pulang oleh Kevin. Aku tiba di rumah sekitar pukul 17.00.
“Bi, Jovita pulang.”
“Eh, Non Jovita sudah pulang. Kok baru pulang jam segini Non? Pulang sore, Non?”
“Nggak, Bi. Tadi Jovita ke rumah sakit dulu. Jenguk Julian. Dia sakit, Bi.”
“Oh, Den Julian sakit. Sakit apa, Non?”
“Demam berdarah, Bi. Oh iya, Mama sama Papa mana belum pulang?”
“Mereka berdua ke luar kota, Non. Katanya ada keperluan. Baru saja beberapa menit lalu pergi.”
“Keperluan apa, Bi?”
“Bibi juga kurang tahu.”
“Oh gitu, Bi. Jovita ke kamar dulu ya! Mau mandi.”
“Bibi juga permisi ke dapur, mau masak buat malam.”
“Oke, Bi.”
Aku masuk ke kamar dan segera mandi. Setelah mandi aku memutuskan mengerjakan PR Matematika dulu sebelum makan malam. Jumlahnya tidak banyak, hanya lima soal. Kurang dari 15 menit, aku berhasil menyelesaikan PR tersebut. Setelahnya, aku turun untuk makan malam.
“Selamat makan, Bi. Bi Irma makan di sini juga ya? Temani aku. Aku nggak bisa makan sendirian.”
“Ya sudah, Bibi temenin.”
“Makasih, Bi. Kenapa ya Papa dan Mama sering banget pergi? Nggak pernah bilang-bilang lagi ke aku.”
“Mungkin Tuan dan Nyonya lagi sibuk banget, Non. Jadi nggak sempat bilang.”
“Masa sih nggak sempat? Aku ini putri mereka satu-satunya, Bi. Aku kesepian.”
“Yang sabar ya, Non. Bibi tahu, Non Jovita kesepian. Gimana kalau telepon Non Anes? Suruh nginep di sini. Biar Non ada temennya.”
“Kayaknya nggak bisa, Bi. Anes lagi bantu orang tuanya.”
“Ya sudah, kita lanjut makannya.”
Aku dan Bibi Irma memulai makan malam kami. Bibi Irma telah bekerja di rumahku sejak aku masih kecil. Aku sudah mengganggap dia seperti keluarga sendiri. Dia selalu menemani aku ketika mama dan papa pergi bekerja. Setelah selesai, aku pamit ke kamar.
“Bi, aku ke kamar dulu ya!”
“Ya sudah, Non Jovita naik saja. Piring kotornya biar Bibi saja yang cuci.”
“Makasih, Bi.”
Aku meninggalkan ruang makan dan masuk ke kamarku. Aku berbaring di tempat tidur sambil menatap langit-langit kamar. Papa dan Mama kenapa nggak kasih tahu kalau mau keluar kota? Aku jadi kesepian di rumah. Tiba-tiba saja ponselku berbunyi dan ternyata itu pesan dari Julian.
Julian Steve Ananta
Yesterday
Read 18:24 Julian, sekali lagi, Happy Birthday ya!! Panjang umur, sehat selalu, GBU😉.
Read 18:25 Kamu udah tidur ya?
Read 18:25 Pasti kamu kecapean.
Read 18:26 Selamat tidur, Julian!
Today
Read 04:32 Selamat pagi, Julian!
Maaf, baru pegang hp lagi. Tadi Papaku, habis dari rumah membawa keperluanku selama di rumah sakit. 18:47
Makasih atas ucapannya😊 18:48
Read 18:48 Sama-sama. Gimana kondisi kamu sekarang?
Udah mendingan, kan tadi dijenguk kamu.🤣Kayaknya bentar lagi juga sembuh. 18:52
Read 18:52 Becanda aja kamu mah😆
Aku serius, kamu adalah obatku.🤣🤣🤣 18:54
Oh iya, besok jenguk aku lagi? 18:56
Read 18:57 Iya atuh,kan kamu sahabat aku. Kenapa gitu?
Sip👍🏻, biar aku cepet sembuh. 19:00
Read 19:00 Dasar😆😆😆 Emang aku obat apa?
Iya, kan tadi aku udah bilang. 19:02
Rasa kesepian ini hilang ketika mendapat pesan dari kamu, Julian. Makasih telah menemani aku dari rasa kesepian ini. Aku melanjutkan chat dengan dia hingga pukul 8 malam. “Selamat malam, Julian. Cepat sembuh ya!” ketikku menutup percakapan.
// Jovita’s point of view (POV) end.
Bersambung...
©2023 WillsonEP
KAMU SEDANG MEMBACA
Julian & Jovita
Teen FictionPertemuan Julian dan Jovita di koridor sekolah menumbuhkan rasa cinta di antara keduanya. Kehidupan Julian Steve Ananta, seorang yang introvert dan jarang bergaul berubah setelah mengenal cinta. ©2020-2023 WillsonEP Seluruh hak cipta dilindungi unda...