// Julian's point of view (POV) start.
Sabtu pagi, dokter sudah mengizinkanku pulang dari rumah sakit. Trombositku sudah mulai naik sehingga aku diperbolehkan pulang. Tak kusangka aku dijemput oleh Opa Ananta dan papa.
“Hai, Julian. Sudah siap pulang?”
“Opa? Opa jadi datang? Julian kangen banget sama Opa.”
“Tentu, jadi dong. Opa ‘kan sudah janji sama cucu kesayangan Opa. Bagaimana kondisimu sekarang?”
“Aku sudah jauh membaik, Opa.”
“Puji Tuhan. Ya sudah, sekarang kita pulang? Steve, semua administrasi sudah kamu urus ‘kan?”
“Sudah, Pa. Administrasi sudah aku bereskan.”
“Oke, kita pulang sekarang. Pasti mamamu sudah masak untuk menyambut kepulanganmu, Julian.”
Kami pun pulang menggunakan mobil papa. Tak butuh waktu lama, kami tiba di tujuan.
“Selamat datang di rumah, Sayang,” sambut mama memelukku.
“Terima kasih, Ma. Akhirnya Julian keluar juga dari rumah sakit.”
“Sekarang kamu makan dulu ya! Mama sudah siapkan sup ayam biar Julian cepat pulih. Pa, Pamer, kita makan bersama?”
“Oke, Novianti. Pamer sudah lama nggak makan masakan kamu.”
Kami beranjak ke ruang makan untuk menikmati makan siang. Aku sangat senang bisa keluar dari rumah sakit dan kesenanganku bertambah ketika Opa datang untuk menjemputku.
“Opa, di Bandung berapa hari?”
“Hanya tiga hari, Julian. Opa harus tetap memantau hotel dan villa di Lombok. Tidak apa ya?”
“It’s okay, Opa. Aku senang Opa bisa main ke sini ketemu Julian.”
“Tentu, Julian. Opa juga senang bisa ketemu cucu satu-satunya kesayangan Opa. Oh, iya Opa punya hadiah ulang tahun buat kamu. Hadiahnya ada di kamar Opa. Selesai makan, kamu ambil ya!”
“Oke, Opa. Padahal nggak usah repot-repot kasih Julian hadiah.”
“Nggak repot kok. Opa emang sudah siapkan jauh sebelum hari ulang tahun kamu. Ini spesial banget.”
Kami pun melanjutkan makan siang. Selesai makan siang, aku dan Opa pergi ke kamar tamu yang sekarang ditempati oleh Opa.
“Nah, ini hadiah buat kamu, Julian. Kamu terima ya?”
“Thankyou, Opa. Apa ini?”
“Buka saja, Julian.”
“Boleh aku buka?”
“Tentu, silakan dibuka.”
Aku membuka kado yang diberikan opa. Ternyata isinya adalah sebuah jaket berwarna hitam dengan inisial namaku.
“Gimana jaketnya? Kamu suka?”
“Suka, Opa. Jaketnya keren.”
“Syukurlah, sekarang Julian istirahat. Opa mau istirahat juga.”
“Oke, Opa. Selamat istirahat.”
Aku keluar dari kamar Opa dan segera naik ke kamarku. Aku memutuskan untuk membaringkan diri di tempat tidur sambil melihat langit-langit kamar.
“Akhirnya aku bisa tiduran lagi di kamar ini. Oh, iya aku harus kasih tahu kabar ini ke Jovita. Pasti dia senang aku sudah pulang dari rumah sakit.”
Jovita Putri
Today
Read 08:17 Selamat pagi, Jovita!
Eh, Julian. Gimana kondisi kamu sekarang? 08:18
Read 08:18 Udah mendingan, kamu ga jenguk aku lagi?
Kan kemaren udah astaga😆😅 08:19
Read 08:20 Kan kemaren, bukan hari ini🤣
Rindu sama aku ya? 08:20
Read 08:21 Iya nih, video call yuk! Kamu di rumah kan?
Jangan, belum mandi nih 😆😆 hehe… 08:21
Read 08:22 Ga mandi juga kamu mah cantik.🤣 Kan aku juga sama belum mandi udah berhari-hari malah.
Iya sih, bener juga ya. 08:23
Video call started.
“Hai, Jovita! Tuh kan benar kata aku. Kamu belum mandi juga tetap cantik.”
“Bisa saja kamu. Lho kamu sudah keluar dari rumah sakit?”
“Iya nih, sudah keluar tadi pagi.”
“Emang sudah sembuh? Atau kamu maksa pulang karena ga betah di rumah sakit?”
“Sudah dong. Kan gara-gara kamu jenguk aku. Aku jadi cepat sembuh.”
“Gombal terus dari kemarin.”
“Ini mah bukan gombalan. Serius.”
Tiba-tiba Bi Surti masuk kamar.
“Permisi, Den Julian. Ini susu buat Aden, diminum segera ya mumpung anget.”
“Iya, Bi. Makasih ya! Bentar Jovita, ada iklan dulu.”
“Bibi permisi dulu.”
“Oke, Bi.”
Aku segera meminum susu yang diantarkan oleh Bi Surti.
“Sudah beres minum susunya?”
“Sudah, Jov. Nih sudah kosong. Susunya manis banget.”
“Manis gimana? Emang susunya ditambah gula?”
“Nggak, soalnya minumnya sambil lihat wajah cantik kamu.”
“Gombal terus. Oh, iya Julian aku harus siap-siap pergi. Kita udahan dulu ya! Bye, Julian.”
“Oke, deh.”
Bersambung...
©2023 WillsonEP
KAMU SEDANG MEMBACA
Julian & Jovita
Teen FictionPertemuan Julian dan Jovita di koridor sekolah menumbuhkan rasa cinta di antara keduanya. Kehidupan Julian Steve Ananta, seorang yang introvert dan jarang bergaul berubah setelah mengenal cinta. ©2020-2023 WillsonEP Seluruh hak cipta dilindungi unda...