setelah membayar ongkos taksi mark segera melangkahkan kakinya ke dalam stasiun, membeli tiket kereta dan mendudukkan dirinya pada kursi bernomor sesuai dengan yang ada di karcis.
terdiam, menunggu kereta sampai ujung perjalanan tujuan mark. beberapa kali membuang nafas karena gagal menghitung jumlah garis-garis pada rel. mark sudah sebodoh itu.
mengedarkan pandangan dan mendadak hatinya menjadi dongkol. apa-apaan itu!?
di kursi seberang sana, terlihat pasangan yang sedang duduk dengan biasa saja. mereka membaca buku, kedua buku tersebut sudah pernah mark baca. lalu, tangan sang dominan meraih tangan submisifnya yang sedang memegang buku. mereka berpegangan dan tersenyum dalam diam. berpura-pura masih fokus dengan apa yang mereka baca.
"cih" mark berdecih. ia tak iri. jika haechan masih bersamanya, mereka bisa melakukan hal lebih dari itu.
hanya jika.
lalu, pikirannya mulai berlarian. sepenggal kisah pilu yang paling kuat berlarian di kepalanya saat ini.
dentingan piano terdengar lelah. mark baru pulang saat itu.
jika saja kondisinya bukan seperti ini Ia akan berjalan ke arah suaminya dan mulai menggangunya sampai haechan berhenti memainkan pianonya, lalu memilih memainkan mainan di bagian bawah dari mark.
jika saja..
namun, hari itu Ia baru pulang dari mencari chenle, sehingga yang keluar dari mulutnya justru adalah kalimat yang mark rasa terdengar jahat.
"belum ketemu, ya?"
"mainkan saja pianomu" mark melepas jaketnya dan berjalan masuk ke kamar mereka.
haechan menyusul.
mata mereka saling bersitatap.
"apa yang kau inginkan? kau ingin aku menyerah?"
"ya," balas Haechan tak kalah datar. "aku ingin kau menyerah. karena kau selalu membuatku kecewa"
mark membuang muka, menatap lampu tidur di sisi kasur.
"kau tak pernah membawanya pulang dan kau terlalu banyak minum" suaranya mulai terdengar bergetar.
"aku sudah seharusnya banyak minum"
"aku tak bisa tinggal di sini lagi!," teriaknya tiba-tiba di iringi air mata.
mark menunduk. hari itu adalah keesokan harinya setelah malam sebelumnya haechan mengajaknya berpisah.
mark kembali menghembuskan napasnya dan menutup matanya. mungkin alangkah baiknya Ia tidur sampai kereta tiba di tujuannya.
keluar dari stasiun mark kembali menaiki taksi. kali ini tak meminta pengemudi tersebut melaju cepat. tiba-tiba mark merasa takut sekaligus malu untuk menemui kembali haechan-nya.
taksi berhenti dan mark melanjutkan perjalanannya dengan berjalan kaki. taksi tak di perbolehkan memasuki perkampungan di sini. sekaligus mark ingin menikmati semilir angin kampung halaman haechan yang sudah sangat lama tak Ia kunjungin lagi.
tiba-tiba matanya menangkap sosok anak-anak berjaket kuning.
"chenle?"
mark berlari mengejar. nasib buruk mark justru jatuh terpleset dan terjerembab ke tanah yang basah. pakaiannya menjadi kotor, berlumpur. bagaimana Ia bisa menghadapi haechan?
KAMU SEDANG MEMBACA
hikesun
Fanfiction[ fin - sweet child in time, you'll see the line ] - haechan pikir setelah menghilangnya chenle berpisah dari mark adalah pilihan yang tepat - dari film dengan judul the child in time bxb | mpreg | angst | charadeath - 14/03/20 #3 markdong 24/04/2...