hari itu mark langsung menghubungi haechan. haechan menjawabnya. terdengar suaranya yang sedikit parau. Ita langsung mengatakan bahwa akan kembali berkunjung saat mark memiliki waktu luang yang banyak. mereka menyetujui harinya dan tibalah hari itu.
menunggu haechan di sebuah bangku taman. matanya fokus menonton bebek-bebek yang sibuk berebut roti ketika seorang anak kecil memberinya. namun, pikirannya telah bepergian entah kemana. jarinya terus saling meremat. entah kenapa rasanya begitu mengkhawatirkan.
"hei" mark langsung menegapkan tubuhnya, berdiri menghampiri haechan ketika keberadaan pria mungil itu tertangkap oleh indranya, "apa yang membawamu ke kota besar?"
"pfft" haechan menahan tawa, "Kyenapa kau terlihat seperi kaku seperti itu? ini hanya aku, si haechan, tak perlu sekaku itu"
mark tersenyum canggung. ini seperti saat pertemuan ketiga mereka saat pertama kali kencan di sma dulu.
"tentu karenamu" haechan menjinjitkan kakinya dan mencium mark sekilas. hanya sekilas, namun keduanya tanpak bersemu dan senyum terkembang lebar.
"itu kejutan yang sangat bagus bisa menerima telepon darimu" mark memasangkan bross yang kemarin tertinggal di apartemennya ke overal yang di pakai oleh haechan. terlihat manis dan segar.
"aku butuh ketentuan dan aku punya persyaratan"
"menarik"
"lewat sini" haechan meraih lengan mark dan mengaitkan tangannya, mereka mulai berjalan ke arah yang haechan lalui, "jadi bagaimana jika kau belajar bermain piano?"
"piano? kenapa? menurutmu aku perlu belajar piano?"
"kau tidak harus, tapi itu mungkin sesuatu yang bisa kau nikmati. mau mencobanya?"
"aku tidak tahu..," jawab mark lesu, ia pernah melakukannya dulu sekali. tak berhasil, ia tak sesabar itu. mark terbiasa mengetik dengan cepat dan kasar, sedang haechan mengajarkan bahwa ketika ia menyentuh tuts Ia harus bersikap layaknya seorang ayah pada anaknya, lakukanlah dengan lembut.
"kau tidak harus. kau selalu merasa terancam. itu keputusanmu"
"apa kau menyarankan jika itu bisa menjadi terapi?" melirik haechan yang asik menatap sepatunya.
"itu hanya sesuatu untuk kita lakukan bersama"
mark terdiam. tapi langkahnya masih bergerak mengikuti langkah haechan.
"aku akan mengajarimu dan jika kau tidak suka, kita berhenti" sambung haechan, pandangannya berlarian kemana-mana. mark menatap intens. "tak ada paksaan"
mark ketangkapan haechan sedang manatapnya kagum, haechan hanya tersenyum, melanjutnya kalimatnya, "jika kau terlalu sibuk.."
"tidak. tidak, sama sekali tidak" mark menerimanya.
"bagus" haechan merapikan poninya yang tertiup angin. dan merapatkan kaitan tangannya pada lengan mark, "kita akan memulainya, oke?"
tuts piano berirama doremifasolasi mulai terdengar ketika haechan menekannya. menengok mark sekilas, lalu berpindah sisi dengan mark. agar mark lebih mudah menjangkaunya.
"giliranmu. awalnya perlahan-lahan. tak perlu terburu-buru"
dentingan piano terdengar kaku dan kasar saat mark baru menekan tuts dore. ia menoleh pada haechan, kenapa terdengar berbeda dengan saat haechan menekannya?
"cobalah tidak menekan tutsnya terlalu kencang"
lalu, nada mifasolasido mulai terdengar semakin halus namun kaku malu-malu.
"itu lumayan"
lalu, atas inisiatifnya sendiri, mark menekan tuts dengan nada berkebalikan, dosilasofamiredo.
"itu bagus"
"apa aku berbakat?"
"bisa dibilang begitu"
kini mark menekan tuts dengan asal namun masih bersikap lembut. haechan sedikit tertawa mendengar nadanya yang aneh. mark menggeleng, namun senyum makin lebar terpatri di wajahnya.
"kau pembohong"
makasih looo bwt semua yang mau berkunjung untuk membaca, vote dan kasih masukan ataupun koment hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
hikesun
Fanfiction[ fin - sweet child in time, you'll see the line ] - haechan pikir setelah menghilangnya chenle berpisah dari mark adalah pilihan yang tepat - dari film dengan judul the child in time bxb | mpreg | angst | charadeath - 14/03/20 #3 markdong 24/04/2...