Chapter-07

1K 68 8
                                    

Flashback.

Ditengah indahnya senja di sore hari duduklah dua orang berbeda tengah duduk dibawah pohon rindang ditepi danau.

"Kamu kalau sudah lulus cita-citanya mau jadi apa?" tanya Rumaisa kepada seorang pria yang tepat berada tak jauh disampingnya.

"Saya sih cita-citanya ingin menjadi pemadam kebakaran" ucap pria itu sambil memandang lurus kearah danau.

"Kenapa mau jadi pemadam kebakaran?" tanya Rumaisa.

"Karena itu cita-cita saya dari kecil, bagi saya jadi pemadam kebakaran itu adalah suatu cita-cita yang beresiko juga" ucap pria itu sambil mengubah posisi duduknya untuk menatap Rumaisa.

"Kalau kamu mau jadi apa?" tanya pria itu menatap Rumaisa lekat.

"Em apa ya aku juga bingung, tapi aku ada sih cita-cita yang ingin sekali aku wujudkan" ucap Rumaisa.

"Apa itu?" tanya pria itu.

"Menjadi seorang guru disekolah anak yang berkebutuhan khusus" ucap Rumaisa sambil menghela nafas.

"Mungkin bagi sebagian orang menganggap menjadi guru disekolah yang anaknya berkebutuhan khusus membosankan tapi bagi aku sendiri itu adalah profesi yang menyenangkan, karena kita bisa langsung turun tangan mengajar mereka, mengajar sekaligus beradaptasi dengan lingkungan mereka. Kita juga mengajar dan juga sekaligus belajar mensyukuri segala sesuatu yang Allah berikan kepada hamba-Nya untuk tidak disesali" ucap Rumaisa sambil menatap pria itu lekat dan di akhiri pria itu tersenyum.

"Jadi pengen bawa ke KUA deh" ucap pria itu diakhiri dengan kekehan.

"Ya allah kita masih sekolah tau udah mau ke KUA aja" ucap Rumaisa sambil tersenyum.

"Jangan senyum-senyum terus takut semut datang kesini buat ngerubungin kamu,karena saking manisnya senyumanmu ukti" ucap pria itu.

"gak capek apa gombal terus ntar juga mulutnya keselek ban tronton saking seringnya gombal" ucap Rumaisa sambil tertawa.

"Astagfirullah ngomongnya ya ukti, dijaga nanti kalau saya keselek ban tronton terus yang gombalin kamu lagi siapa kalau bukan saya" ucap pria itu.

"Ya mungkin ada akhi lain yang bakal gombalin ukti" ucap Rumaisa.

"Gak ada akhi seganteng saya ya, kalau ada pria selain saya yang gombalin kamu saya sumpelin mulutnya pakai bak tronton" ucap pria itu sambil tertawa dan tawanya pun menular kepada Rumaisa.

"Kok daritadi kita ngomongin tentang truk tronton si?" tanya Rumaisa.

"Kamu yang mulai duluan" ucap pria itu.

Kedua orang tersebut menikmati senja di sore harinya dengan obrolan ringan yang diselingi canda tawa dan juga tatapan yang penuh arti disetiap mata mereka beradu pandang.

Sore itu menjadi saksi bisu moment terindah yang akan selalu membekas dalam ingatan Rumaisa. Saksi bisu ia berbagi kisah dan canda tawa bersama pria yang selalu membuatnya merasa nyaman.

Flashback off.

Rumaisa tengah duduk dibelakang teras rumah Afkar didekat kolam renang, menikmati sejuknya cuaca pagi hari.

Pikirannya pun tengah berkelana mengingat momen-momen indah yang mungkin tak akan bisa terulang lagi bersama satu pria yang namanya masih saja menetap dihatinya dan juga yang selalu tergiang-ngiang di pikirannya.

Pria terbaik yang dititipkan Allah untuknya disaat semua pria menjauhinya karena bentuk fisik. Pria yang selalu membuatnya nyaman bila berada didekatnya.

Cause I love Him.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang