Chapter-21

1.4K 77 4
                                    

Seorang laki-laki harus bisa bertingkah seperti anak kecil bersama istrinya. Tapi ketika istrinya membutuhkannya, maka ia harus bisa bersikap sebagaimana lelaki sejati.

~Umar Bin Khatab R.A.

..................................................................................

Afkar terduduk termenung sambil melihat Rumaisa yang masih tertidur. Dengan perlahan ia menggerakkan tangannya untuk mengelus pipi chubby Rumaisa. Rumaisa cantik apa adanya, bukan karena polesan make-up tapi karena hatinya yang membuatnya menjadi cantik untuk Afkar.

Ia bodoh karena telah mencampakkan Rumaisa, ia terlalu sibuk membenci Rumaisa karena fisik sampai tak sadar bahwa Rumaisa itu sempurna. Jam dipergelangan tangannya menunjukkan pukul 6 pagi, ia harus pulang sebentar untuk mengganti baju. Sepertinya ia tidak akan masuk kantor sampai kondisi Rumaisa membaik.

Afkar masih berpikir siapa pelaku tega mencelakai Rumaisa, ia tak percaya dengan ucapan Rumaisa. Tak mungkin kalau Rumaisa jatuh bisa sampai separah ini, ditambah luka merah. Afkar melihat kearah tangan Rumaisa yang masih sedikit berwarna merah, untung saja zat itu tidak terlalu berbahaya.

Afkar telah berjanji akan melindungi Rumaisa, ia harus menepati janji itu.

"Mas Afkar" panggil Rumaisa sambil melihat kearah Afkar.

Suara Rumaisa membuyarkan lamunan Afkar.

"Kenapa Rum? Butuh sesuatu?"

"Kamu gak pulang, kamu pulang saja untuk pergi kekantor."

Afkar menggelengkan kepala dengan cepat, " gak Rumaisa, saya gak akan kekantor sebelum kondisi kamu pulih, saya akan pulang tapi nanti saya akan kesini lagi."

"Mas, tapi saya gak mau ngerepotin dan juga mas sudah seharusnya mas pergi kekantor itu sudah jadi tanggung jawab."

"Rumaisa, saya mau jaga kamu disini sampai kondisi kamu pulih sudahlah kalau begitu saya pamit pulang sebentar nanti saya kembali lagi" Afkar bangkit dari duduknya, ia butuh mandi dan ganti baju.

Afkar dengan segera mencium kening Rumaisa.

"Kalau begitu saya pamit, assalamu'alaikum" Afkar segera pergi.

"Mas Afkar tunggu" tahan Rumaisa membuat Afkar kembali mendekat.

Dengan segera Rumaisa mengambil tangan kanan Afkar dan mencium punggung tangan Afkar lama, Afkar sedikit terkejut.

"Wa'alaikumsalam, hati-hati dijalan" ucap Rumaisa sambil tersenyum.

"Aish, saya kira kenapa" gumam Afkar, Rumaisa hanya tersenyum lalu Afkar segera pergi.

Selepas kepergian Afkar masuklah suster keruangan rawat Rumaisa.

"Bagaimana ibu Rumaisa sudah merasa lebih baik?" tanya suster tersebut dengan senyuman ramah.

"Alhamdullilah sus, cuma saya masih merasa perih saja. Oh iya sus, kira-kira saya kapan diperbolehkan pulang?"

"Syukurlah, mungkin lusa jika kondisi ibu sudah jauh lebih baik."

Cause I love Him.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang