Chapter-40

1K 47 14
                                    

~Untukmu yang kini telah menjadi Imamku, aku mencintaimu lebih dari yang engkau tahu. Aku terus menanti dan bersabar menunggu dimana semuanya bisa menerima kehadiranku disisimu.

~Rumaisa.

..................................................................................

     Tiga hari telah berlalu semenjak kejadian itu, sikap Afkar menjadi sedikit berubah. Afkar menjadi cuek dan hanya bicara seperlunya saja, sama seperti Afkar yang sebelumnya. Hal itu membuat Rumaisa bingung sekaligus sedih melihat perubahan sikap Afkar.Jika ditanya, Afkar hanya menjawab singkat setelah itu memilih diam membuat Rumaisa semakin bingung dengan perubahan sikap Afkar.

Seperti dipagi yang cerah ini, Rumaisa terbangun dengan tempat disebelahnya sudah kosong. Karena, Afkar yang akhir-akhir ini menjadi sibuk, atau sedang berusaha seperti menghindari Rumaisa.

Rumaisa menatap kosong kasur yang berada disebelahnya yang biasa Afkar tiduri. Jika biasanya di pagi hari Rumaisa terbangun disuguhi pemandangan wajah tampan Afkar, tapi untuk tiga hari ini tidak. Entahlah Rumaisa rasa sepertinya Afkar sedang berusaha menghindarinya, Afkar hanya pulang untuk membawa baju atau sekedar mandi sehabis itu pergi lagi.

Rumaisa terdiam sesaat, saat melihat handphonenya yang terletak diatas nakas, rasanya ia ingin sekali menghubungi Afkar. Sekedar untuk mengetahui keadaan pria itu dan juga mengatakan bahwa ia merindukan pria itu.

Setelah beberapa lama terdiam, Rumaisa memutuskan untuk mengulurkan tangannya mengambil handphonenya. Rumaisa tidak bisa diam saja. Rumaisa menyentuh ikon telpon berwarna hijau yang ada handphonenya, menghubungi nomor Afkar. Untuk beberapa saat Rumaisa menunggu sambungan telponnya diangkat, namun tetap saja panggilan itu belum Afkar jawab.

Rumaisa menghembuskan nafas kecewa karena Afkar belum juga mengangkat sambungan telponnya. Rumaisa mematikan sambungannya, lalu menelpon nomor Afkar kembali. Beberapa detik berlalu, namun panggilan telpon yang kedua kali belum dijawab dari seberang sambungan sana. Rumaisa masih terus berusaha menghubungi Afkar sampai ke sambungan kelima kalinya, namun lagi-lagi tidak ada tanda-tanda sambungan telpon diangkat oleh Afkar.

Rumaisa memutuskan untuk mengirim pesan untuk Afkar, Rumaisa harap Afkar akan membaca pesan yang ia kirimkan. Setelah mengirim pesan untuk Afkar, Rumaisa meletakkan kembali handphonenya diatas nakas dan bangkit untuk memulai aktifitasnya pagi hari ini.

Rumaisa mengelus perutnya, yang dimana didalamnya terdapat buah hatinya. Rumaisa berusaha untuk menyemangati dirinya untuk tetap kuat selalu. Rumaisa tersenyum tipis lalu melanjutkan kembali pekerjaan yang sudah tunda dengan terus terlarut dalam lamunannya. 

"Tetap semangat Rumaisa, mungkin mas Afkar lagi sibuk. Semuanya akan kembali seperti semula" gumam Rumaisa.

Disisi lain, Afkar tengah duduk dibalkon kamar apartement milik salah seorang sahabatnya. Matanya menatap kosong jalan raya dari atas yang sudah ramai dipenuhi kendaraan. Pikirannya saat ini sudah seperti benang kusut, pikirannya kacau,semuanya terlintas begitu saja membuat kepalanya seakan ingin pecah.

Sebuah fakta yang Afkar baru ketahui tentunya belum bisa ia terima dengan mudah, apalagi ini menyangkut adiknya yang merupakan saudara kembar dari Jane telah dibunuh oleh seorang perempuan yang adalah ibu dari Rumaisa. Afkar tidak menyalahkan Rumaisa atas kesalahan ibunya, hanya saja ia belum siap melihat Rumaisa.

Cause I love Him.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang