Chapter-20

1.6K 77 17
                                    

~Aku mengagumi setiap hal terkecil dalam dirimu dan mengatakan pada dunia tanpa menyebutmu dengan pasti, namun namamu tersebut pasti dalam doaku.

~Unknown.

..................................................................................

Pagi yang cerah membuat Rumaisa segera menyingkirkan gorden membuat Afkar sedikit terganggu.

"Ayolah ini masih pagi" gumam Afkar sambil menutup matanya dengan kedua tangan.

Rumaisa terkejut, ia pikir Afkar tidak mungkin terganggu tapi nyatanya Afkar terganggu. Karena Afkar sudah terlanjur terbangun dari tidurnya, Afkar membuka matanya.

Samar-samar Afkar melihat Rumaisa yang tengah berdiri tepat didekat jendela, matanya pun belum sepenuhnya terbuka.

"Jam berapa sekarang?" gumam Afkar.

Afkar segera bangkit dari duduknya sambil melihat kearah jarum jam yang menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Afkar bergegas masuk kedalam kamar mandi, Rumaisa memadang kepergian Afkar.

Setengah jam lamanya Afkar bersiap-siap bergegas pergi kekantor. Afkar melihat didalam lemari nya ada kotak putih berkilau yang berisi sepasangan cincin yang akan ia berikan untuk Kiyara.

Ia harus berbicara lagi tentang kelanjutan hubungannya dengan Kiyara. cincin itu dibelinya untuk anniversary yang menginjak tiga tahun, tapi apalah daya akhir-akhir ini hubungannya dengan Kiyara menjadi renggang karena telah diketahui oleh Zach.

Rumaisa belum beranjak pergi dari kamar Afkar, Rumaisa masih memandangi Afkar yang memegang kotak cincin yang ia temukan kemarin. Seperti yang Rumaisa lihat Afkar memandang kotak cincin itu dengan tatapan yang sulit untuk Rumaisa artikan.

Afkar segera memasukkan kembali kotak cincin itu kedalam lemari, ia masih bingung untuk saat ini. Ia melirik kearah Rumaisa yang ternyata sedang menatap dirinya, tatapan mata Rumaisa begitu teduh bagi Afkar.

Manik mata hitam pekat milik Rumaisa membius Afkar untuk lebih lama melihatnya, Rumaisa yang diperhatikan seperti itu segera memandang kearah lain. Ia merasa gugup diperhatikan seperti itu, apalagi semenjak kejadian kemarin, rasanya jantung Rumaisa ingin berhenti berdetak saat itu juga.

...

Rumaisa sedang didapur tapi tarikan ditangannya membuat Rumaisa menoleh. Lagi-lagi Casilda dan Jane yang menarik tangannya, mereka berdua menarik Rumaisa kelantai atas.

Rumaisa dipaksa masuk kedalam ruangan yang ada dipojok, begitu gelap didalamnya juga bau amis menyerbak membuat Rumaisa ingin muntah.  Nampaknya ruangan ini rahasia karena. Rumaisa belum mengetahui sebelumnya.

"M-mau apa nyonya?" tubuh Rumaisa gemetar saat tiba-tiba Jane menyalakan saklar lampu.

Terlihat ada cermin yang menggantung, cermin itu dipenuhi oleh bercak darah, ruangan itu ternyata adalah kamar mandi yang sepertinya sudah lama tidak dipakai. Rumaisa terlihat sangat takut apalagi melihat darah yang lumayan banyak sampai darah itu memenuhi lantai maupun tembok kamar mandi.

"Jane ayo cepat" Casilda memberi aba-aba untuk Jane dan dalam hitungan detik Jane mengguyur tubuh Rumaisa dengar air berwarna merah yang entah apa Rumaisa pun tidak ketahui.

Cause I love Him.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang