Chapter-33

586 32 25
                                    

~Jangan jadikan salah paham ini menjadi awal pertengkaran kita, aku tidak bermaksud membuatmu salah paham. Tolong maafkanku yang bodoh ini.

..................................................................................

Pagi hari Rumaisa terduduk termenung di balkon kamar sambil tatapannya terlihat kosong, tanpa memperdulikan rintik- rintik air hujan yang semakin deras. Gemercik Air hujan yang deras tak membuat Rumaisa berniat untuk masuk kedalam kamar. Sudah semalaman Afkar tidak pulang, entah dimana keberadaan Afkar Rumaisa pun tidak tahu.

Selepas Rumaisa melihat Afkar dicafe bersama Kiyara, Rumaisa langsung memutuskan untuk pulang diantar oleh Danish. Afkar tidak pulang membuat Rumaisa khawatir, Afkar membuat Rumaisa menjadi gelisah dan pikiran-pikiran lain yang membuat kepala Rumaisa menjadi pusing.

Rumaisa memejamkan mata sambil menghela dan menghembuskan nafas secara perlahan, menikmati suara rintik demi rintik air hujan yang turun. Hujan di pagi hari ini nampaknya sedang mendukung Rumaisa dan ikut bersedih, sama seperti Rumaisa yang sedang bersedih. Saat memejamkan tanpa sadar air mata Rumaisa terjatuh.

Sungguh Rumaisa sedang khawatir dan bersedih saat ini. banyak pertanyaan didalam kepalanya yang terus berputar-putar, juga ingatannya tentang kemarin dimana Afkar bersama Kiyara. Dimana Afkar memeluk Kiyara begitu erat juga usapan dipucuk kepala Kiyara yang entah terlihat begitu aneh bagi Rumaisa. Rumaisa berusaha untuk percaya kepada Afkar, namun rasanya sulit ditambah Afkar yang belum pulang saat ini.

Rumaisa takut, Rumaisa takut jika Afkar akan berpaling darinya dan kembali memilih Kiyara. Rumaisa sadar, Kiyara jauh lebih sempurna dibandingkan dirinya. Rumaisa sadar, Kiyara yang lebih dahulu mengenal Afkar dan tahu sifat asli Afkar yang Rumaisa tidak tahu. Dan, itu juga mungkin akan membuat Kiyara dengan mudah merebut Afkar kembali dari pelukan Rumaisa.

Jika memang betul Rumaisa hanya sebuah pelampiasan, lalu kenapa Afkar akan bersikap seperti mencintai Rumaisa. Kenapa Afkar dengan mudah menerima dan mencintai dirinya. Rumaisa tidak tahu mengapa ia menjadi se pesimis seperti ini, Rumaisa tidak tahu mengapa ia menjadi berprasangka buruk seperti ini. Rumaisa tidak tahu,apakah ia masih sanggup memperjuangkan cintanya untuk Afkar.

Karena, pasalnya mencintai Afkar bukanlah hal yang mudah, banyak rintangan yang harus Rumaisa hadapi. Mulai dari Rumaisa yang harus terus menyabarkan diri dengan sifat dingin nan datar Afkar sebelumnya, Rumaisa yang harus bersabar melihat Afkar yang bermesraan-mesraan bersama Kiyara. Rumaisa yang harus menulikan telinganya sejenak untuk tidak mendengar orang lain yang menyebut dirinya tidak pantas bersanding dengan Afkar.

Rumaisa ingat betul pertentangan keluarga Afkar yang menentang Rumaisa untuk tidak menikah dengan Afkar. Casilda dan Jane adalah kedua orang yang benar-benar tidak menyukai Rumaisa sampai saat ini, mereka berdua selalu berusaha menyakiti Rumaisa agar Rumaisa melepaskan Afkar.

Rumaisa sempat berpikir apakah dia salah mencintai Afkar yang sempurna dibandingkan dirinya, apakah salah Rumaisa merasakan dicintai pria seperti Afkar. Rumaisa sudah berusaha untuk mencintai dirinya sendiri sebelum membuka hati untuk mencintai pria, namun tetap saja percaya dirinya kurang membuat Rumaisa terkadang masih suka membading-bandingkan dirinya.

Rumaisa yang tengah duduk termenung agaknya tidak menyadari bahwa pintu kamar terbuka menampilkan Afkar yang berjalan dengan raut wajah lelah dan lesu. Rambutnya terlihat begitu berantakan dan wajahnya terlihat kusut. Afkar langsung saja duduk disofa dan memejamkan matanya untuk sesaat.

Afkar merenggangkan tangannya yang terasa sangat pegal dan sesaat kemudian Afkar menyadari bahwa ia tidak melihat Rumaisa. Afkar mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan Rumaisa, namun tetap saja ia tidak menemukannya didalam kamar. Kemana Rumaisa, pikir Afkar.

Cause I love Him.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang