Di sebuah kamar berukuran besar, terdengar suara merdu, merangkai beberapa kata yang keluar dari mulutnya dengan bernada.
Sambil mengelus perutnya yang buncit; karena sesuatu tengah berkembang di dalamnya, matanya menatap jendela yang dimasuki cahaya bulan malam ini.
Ada kebahagiaan membuncah di dalam dirinya kala ia tau, manusia yang sedang berkembang di dalam dirinya ini akan keluar dalam waktu dekat, walau ia belum tahu pasti.
"Seulgi, makan malam akan berlangsung." Ucap seorang wanita tua dari balik pintu kamarnya.
"Ya," Sahut Seulgi, si wanita hamil itu dari dalam. Menyunggingkan senyum saat melihat wanita tua di depannya, wanita yang telah ia anggap ibu sejak ia dibawa kesini, seorang wanita pribumi.
"Mau mbok bantu?" Tawarnya, Seulgi menggeleng pelan. Tentu saja ia memikirkan, wanita itu saja untuk ke kamarnya harus menaiki tangga dengan tubuh ringkihnya jika ia membantu Seulgi yang massa tubuhnya saat ini dua kali lipat, bisa-bisa setelahnya sekujur tubuh wanita itu sakit.
Setelah tuan dan nyonya itu pergi, Seulgi yang terakhir meninggalkan meja makan.
"Seulgi, pergilah ke kamar, jangan pedulikan ini." Larang wanita tua tadi, namanya Dewi, wanita pribumi yang dipekerjakan di sini. Nasib Seulgi sama seperti Mbok Dewi, hanya berbeda bidang saja dan ia dibawa dari Korea."Aku bantu membawa ke belakang saja, ya?" Seulgi ikut merapikan piring-piring bekas makan tadi.
"Seulgi." Suara itu membuat ia berhenti. "Kembalilah ke kamar," Nyonya rumah itu, Joohyun menghampirinya. "Suamiku menyuruhmu istirahat bukan bekerja." Joohyun menggandeng tangan ringkih Seulgi menuntun pergi ke atas.
"Nde, jeongsohamnida." Sebagai sesama Korea, Joohyun mengizinkan Seulgi berbicara dengan bahasa mereka.
Joohyun, wanita itu terlihat dingin dan dewasa, itu sebabnya suaminya mengambil ia sebagai pasangannya. Di awal kedatangan Seulgi, ia membuat 'tembok' tebal di antara mereka, namun di kehamilannya yang memasuki umur 6 bulan tembok itu 'sedikit' runtuh, hanya karena sebuah lantunan suara Seulgi yang menyerukan berbagai kalimat asal dengan sebuah nada yang sangat merdu. Kadang kalimat itu berisi ungkapan cintanya pada buah hatinya itu, atau rindu pada negaranya atau pedihnya kehidupan.
"Gomabseubnida," Ucap Seulgi di ambang pintu, ia pikir Joohyun akan pergi setelahnya, ke kamarnya yang di ujung lain lorong rumah ini. Namun, Joohyun malah ikut masuk menarik Seulgi.
"Nyanyikan sesuatu untukku sebagai tanda terimakasih, lalu aku akan keluar," Titah Joohyun, ia membaringkan dirinya di sisi ranjang Seulgi, membiarkan Seulgi duduk di sisi lainnya.
"Baiklah." Walau sedikit bingung dengan tingkah Joohyun, Seulgi tetap menurut, menyanyikan sebuah lagu yang baru ia pelajari dari si Mbok, Nina Bobo.
"Lagu apa itu?"
"Lagu pengantar tidur," Jawab Seulgi.
"Nyanyikan yang lain, yang biasa engkau nyanyikan untuk perut besarmu itu,"
Suara merdu Seulgi berakhir dengan sayup-sayup mata Joohyun yang terlihat menutup. "Pergilah, nanti suamimu mencari." Ucapan Seulgi seperti mereka melakukan hubungan terlarang saja.
"Bahkan dia yang menyuruhku menemanimu." Joohyun mengangkat tubuhnya untuk duduk mendekat pada Seulgi. Memperhatikan perut besar itu, yang akan menjadi anaknya saat ia keluar nanti. "Apa ia pernah menendang-nendang?" Tanya Joohyun penasaran.
Seulgi menganggukkan kepalanya, mengelus perutnya itu. "Aku ingin mengelusnya." Ingin Joohyun tiba-tiba.
"Tentu, kemarilah." Seulgi menyibak kaos yang ia pakai, menampilkan perut putihnya menonjol besar.
Mata Joohyun berbinar melihat pemandangan itu, benar-benar menakjubkan melihatnya secara langsung tanpa ada penghalang. Tangannya bergerak perlahan mendekat dan mengelus perut itu pelan dengan lembut.
"Apa ia menyebalkan?" Random memang pertanyaan Joohyun, ia hanya ingin mengetahui hal yang tak akan bisa ia rasakan, memang Joohyun mandul.
"Sedikit," Seulgi terkekeh setelahnya, "Kadang di malam hari ia membangunkanku dengan pergerakan tiba-tibanya dan membuatku susah tidur setelahnya."
"Kuharap saat ia keluar ia jangan tambah menyebalkan." Setelahnya Joohyun bangkit, melangkah keluar dari kamar Seulgi. "Jaljayo."
"Jaljayo."
jadi, aku kepikiran untuk nulis cerita ini setelah baca novel 'Cantik itu Luka', anw, bagi aku novel itu bagus, gak berpusat sama cinta-cintaannya aja, siapa tau kalian tertarik baca.
btw, karena ngetik cerita ini aku sampe lupa mau ngetik apa buat next part nya blue ㅋㅋㅋㅋㅋ
KAMU SEDANG MEMBACA
Seulgi
FanfictionJoohyun turun dari ranjang, namun tertahan keluar atas pertanyaan Seulgi, "Joohyun, apa yang kau lakukan?" "Mencicipi manisnya dirimu lagi." Wanita itu tertawa kecil melihat reaksi terkejut Seulgi, kemudian meninggalkan gundiknya itu.